Sabtu, 30 Juli 2011

Makalah Islam Tradisional

Makalah Islam Tradisional

BAB I

PENDAHULUAN

Pondok Pesantren Bahrul Ulum adalah pondok peantren yang cukup besar, sampai saat ini data sensus mencapai jumlah + 6.000 santri dan pelajar, yang mencakup semua santri yang tinggal di asrama maupun yang nduduk dari kampung masing-masing.
Madrasah yang ada didalamnya yaitu Play Group, TK, MI, MTsN dan MTs Plus BU, MAN, MA BU, SPPT, SMA dan MMA.
Dari masa ke masa Bahrul Ulum selalu menjalankan perkembangan baik secara fisik maupun kualitas dan kuantitas santri. Perkembangan tersebut memerlukan pengorbanan berbagai macam perjuangan yang sangat gigih dari para pengasuhnya
Hingga akhirnya pada saat ini, Pondok Pesantren Bahrul Ulum  menjadi pondok tradisional sekaligus modern.

BAB II

TINJAUAN SEJARAH DAN BUDAYA PESANTREN


A.     Sejarah dan Budaya Pesantren


  1. Asal Usul Pesantren

Asal usul pesantren tidak bisa dipisahkan dari sejarah pengaruh walisongo abad 15-16 di Jawa. Pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam yang unik di Indonesia. Lembaga pendidikan ini telah berkembang khususnya di Jawa selama berabad –abad. Maulana Malik [meninggal 1419 di Gresik Jawa Timur] spiritual father Walisongo, dalam masyarakat santri Jawa biasanya dipandang sebagai gurunya guru tradisi pesantren di tanah Jawa.[1]

Walisongo adalah tokoh-tokoh penyebar Islam di Jawa abad 16 – 16 yang telah berhasil mengkombinasikan aspek-aspek sekuler dan spiritual dalam memperkenalkan Islam kepada masyarakat. Mereka secara bertutur-turut adalah Maulana Malik Ibrahim, Sunan Ampel, Sunan Bonang, Sunan Kalijaga, Sunan Drajat, Sunan Giri, Sunan Kudus, Sunan Muria dan Sunan Gunung Jati, yang disebut wali 9. Wali dalam bahasa Inggris disebut saint. Sementara songo angka sembilan memiliki makna tersendiri yang cukup istimewa[2].

Bagi Walisongo, mendidik adalah tugas dan panggilan agama mendidik murid sama halnya dengan mendidik anak kandung sedniri, pesan mereka dalam konteks ini adalah “sayangi, hormati dan jagalah anak didikmu, hargailah tingkah laku mereka sebagainana engkau memperlakukan anak turunmu. Beri mereka makanan dan pakaian, hingga mereka bisa menjalankan syariat Islam dan memegang teguh ajaran agama tanpa keraguan.[3]

Pendekatan Walisongo dikemudian hari terinstitusi dalam tradisi pesantren, pola hidupo sholeh, modeling dengan mencontoh dan mengikuti para pendahulu yangterbaik, mengarifi budaya dan tradisi lokal adalah ciri utama komunitas ini. Seperti salah seorang putra Jaka Tingkir, Pangeran Benawa memilih thoriqot sebagai jalan hidupnya.

  1. Budaya pesantren

     Dalam uraian sejarah pesantren di atas, dapat ditarik kesimpulan tentang hakikat dan watak dasar pesantren, baik sebagai lembaga pendidikan atau sebagai sosio kultural politik. Karakteristik utama budaya pesantren diantaranya :

1.   Modeling

Modeling dalam ajaran Islam diidentikkan dengan uswatun hasanah, sedangkan dalam dunia pesantren lebih diartikan sebagia tasyabbuh

2.   Cultural resistance

Bhudaya ini mempertahankan budaya dan tetap bersandar pada ajaran dasar Islam, yang sudah berkembang berabad-abad.

3.   Budaya keilmuan yang tinggi
   Dunia pesantren senantiasa identik dengan dunia ilmu, yang mencakup komponen-komponen pendidikan yang mencakup pendidik, santri, murid, serta fasilitas tempat belajar mengajar


[1] KH. Syaifuddin, sejarah Kebangkitan Islam dan Perkembangannya diu Indonesia, Bandung, Al Ma’arif, 1979, hal. 263
[2] Ali Al-Jundi, Qurratul Ain Fo Ramadhan wal Idam, Dar Kutub, 1969, hal. 80-81
[3] Drewes, op. Cit., hal. 25


Download makalah lengkap disini

0 comments: