Minggu, 14 Agustus 2011

Kemunduran Dinasti Abbasiyah

Kemunduran Dinasti Abbasiyah

Faktor-Faktor Penyebab Kemunduran

a.      Faktor intern
1)      Kemewahan hidup di kalangan penguasa
Perkembangan peradaban dan kebudayaan serta kemajuan besar yang dicapai Dinasti Abbasiyah pada periode pertama telah mendorong para penguasa untuk hidup mewah, bahkan cenderung mencolok. Setiap khalifah cenderung ingin lebih mewah daripada pendahulunya. Kondisi ini memberi peluang kepada tentara profesional asal Turki untuk mengambil alih kendali pemerintahan
2)      Perebutan kekuasaan antara keluarga Bani Abbasiyah
Perebutan kekuasaan dimulai sejak masa al-Ma’mun dengan Al-Amin. Ditambah dengan masuknya unsur Turki dan Parsi. Setelah al-Mutawakkil wafat, pergantian khalifah terjadi secara tidak wajar. Dari kedua belas khalifah pada periode kedua Dinasti Abbasiyah, hanya empat orang khalifah yang wafat dengan wajar. Selebihnya para khalifah itu wafat karena dibunuh atau diracun dan diturunkan secara paksa.
3)      Konflik keagamaan
Sejak terjadinya konflik antara Muawiyh dan Khalifah Ali yang berakhir dengan lahirnya tiga kelompok umat : pengikut Muawiyah, Syi’ah, dan Khawarij, ketiga kelompok ini senantiasa berebut pengaruh. Yang senantiasa berpengaruh pada masa kekhalifahan Abbasiyah adalah kelompok Sunni dan kelompok Syi’ah. Walaupun pada masa-masa tertentu antara kelompok Sunni dan Syi’ah saling mendukung, misalnya pada masa pemerintahan Buwaihi, antara kedua kelompok tak pernah ada satu kesepakatan.

b.      Faktor ekstern
1)      Banyaknya pemberontakan
Banyaknya daerah yang tidak dikuasai oleh khalifah, akibat kebijakan yang lebih menekankan pada pembinaan peradaban dan kebudayaan Islam, secara real, daerah-daerah itu berada di bawah kekuasaan gubernur-gubernur yang bersangkutan. Akibatnya, provinsi-provinsi tersebut banyak yang melepaskan diri dari genggaman penguasa Bani Abbas. Adapun cara provinsi-provinsi tersebut melepskan diri dari kekuasaan Baghdad dalah : Pertama, seorang pemimpin lokal memimpin suatu pemberontakan dan berhasil memperoleh kemerdekaan penuh, seperti Daulah Umayah di Spanyol dan Idrisiyah di Maroko. Kedua, seseorang yang ditunjuk menjadi gubernur oleh khalifah, kedudukannya semakin bertambah kuat, kemudian melepaskan diri, seperti daulat Aglabiyah di Tunisia dan Thahiriyah di Kurasan.
2)      Dominasi Bangsa Turki
Sejak abad kesembilan, kekuatan militer Abbasiyah mulai mengalami kemunduran. Sebagai gantinya, para penguasa Abbasiyah memperkerjakan orang-orang profesional di bidang kemiliteran, khususnya tentara Turki, kemudian mengangkatnya menjadi panglima-panglima. Pengangkatan anggota militer inilah, dalam perkembangan selanjutnya, yang mengancam kekuasaan khalifah dipegang oleh Bani Abbas, di tangan mereka, khalifah bagaikan boneka yang tidak bisa berbuat apa-apa. Bahkan, merekalah yang memilih dan menjatuhkan khalifah yang sesuai dengan politik mereka.
Khalifah Dinasti Abbasiyah yang berkuasa pada masa kekuasaan Bangsa Turki I, mulai khalifah ke-10, Khalifah. Al-Mutawwakil (tahun 232 H.) hingga Khalifah ke-22, Khalifah Al-Mustaqfi Billah (Abdullah Suni-Qasim tahun 334 H). Pada masa kekuasaan bangsa Turki II (Bann Seljuk), mulai dari khalifah ke-27, Kbalifah Muqtadie bin Muhammad (tahun 467. H.) hingga khalifah ke-37, Khalifah Musta'shim bin Mustanshir (tahun 656 H.).
3)      Dominasi Bangsa Persia
Masa kekuasaan Bangsa Parsi (Banu Buyah) berjalan lebih dari 150 tahun. Pada masa ini, kekuasaan pusat di Baghdad dilucuti dan diber­bagai daerah muncul negara negara baru yang berkuasa dan membuat kemajuan dan perkembangan baru.
Pada awal pemerintahan Bani Abbasiyah, keturunan Parsi bekerja sama dalam mengelola pemerintahan dan Dinasti Abbasiyah meng­alami kemajuan yang cukup pesat dalam berbagai bidang. Pada periode kedua, saat kekhalifahan Bani Abbasiyah sedang mengadakan pergantian khalifah, yaitu dari Khalifah Muttaqi (khalifah ke-22) kepada Khalifah Muthie' (khalifah ke-23) tahun 334 H, Banu Buyah (Parsi) berhasil merebut kekuasaan.
Pada mulanya mereka berkhidmat kepada pembesar-pembesar dari para khalifah, sehingga banyak dari mereka yang menjadi panglima tentara diantaranya menjadi panglima besar. Setelah mereka memiliki kedudukan yang kuat, para Khalifah Abbasiyah berada di bawah telunjuk mereka dan seluruh pemenntahan berada di tangan mereka. Khalifah Abbasiyah hanya tinggal namanya saja, hanya disebut dalam doa-doa di atas mimbar, bertanda tangan di dalam peraturan dan pengumuman resmi dan nama mereka ditulis atas mata uang, dinar, dan dirham.

SEBAB-SEBAB KEHANCURN DINSTI ABBASIYAH

1.      Faktor Intern
a.     Lemahnya semangat patriotisme negara, menyebabkan jiwa jihad yang diajarkan Islam tidak berdaya lagi menahan segala amukan yang datang, baik dari dalm maupun dari luar
b.    Hilangnya sifat amanah dalam segala perjanjian yang dibuat, sehingga kerusakan moral dan kerendahan budi menghancurkan sifat-sifat baik yang mendukung negara selama ini.
c.    Tidak percaya pada. kekuatan sendiri. Dalam mengatasi berbagai pemberontakan, khalifah mengundang kekuatan asing. Akbatnya, kekuatan asing tersebut memanfaatkan kelemahan khalifah.
d.    Fanatik madzhab persaingan dan perebutan yang tiada henti antara Abbasiyah dan Alawiyah menyebabkan kekuatan umat Islam menjadi lemah, bahkan hancur berkeping-keping.
Perang ideologi antara Syi'ah dari Fatimiah melawan Ablu Sunnah dari Abbasiyah, banyak menimbulkan korban. Aliran Qaramithah yang sangat ekstrem dalam tindakan-tindakannya yang dapat menimbullcan bentrokan di masyarakat. Kelompok Hashshashin yang dipimpin oleh Hasan bin Shabah yang berasal dari Thus di Parsi merupakan aliran Ismailiyah, salah satu sekte Syi'ah adalah kelompok yang sangat dikenal kekejamannya, yang sering melakukan pembunuhan terhadap penguasa Bani Abbasiyah yang beraliran Sunni.
Pada saat terakhir dari hayatnya Abbasiyah, Tentara Tartar yang datang dari luar dibantu dari dalam dan dibukakan jalannya oleh golongan Awaliyin yang dipimpin oleh Alqamiy
e.           Kemorosotan ekonomi terjadi karena banyaknya biaya yang digunakan untuk anggaran tentara, banyaknya pemberontakan dan kebiasaan para penguasa untuk berfoya-foya, kehidupan para khalifah dan keluarganya serta pejabat-pejabat negar yang hidup mewah, jenis pengeluaran yang makin beragam, serta pejabat Yang korupsi dan semakin sempitnya wilayah kekuasaan khalifah karena telah banyak provinsi yang telah memisahkan diri

2.      Faktor Esktern
Disintegrasi, akibat kebijakan untuk lebih mengutamakan pembinaan peradaban dan kebudayaan Islam daripada politik, provinsi-provinsi tertentu di pinggiran mulai melepaskan dari genggaman penguasa Bani Abbsiyah. Mereka bukan sekadar memisahkan diri dari kekuasaan khalifah, tetapi memberontak dan berusaha merebut pust kekuasaan di Baghdad. Hal ini dimanfaatkan oleh pihak luar dan banyak mengorbankan umat, yang berarti juga menghancurkn Sumber Daya Manusia (SDM).
(Provinsi-provinsi yang melepaskan diri dari Dinasti Abbasiyah, dijelaskan selanjutnya). Yang paling membahayakan adalah pemerintahan tandingan Fatimiyah di Mesir walaupun pemerintahan lainnya pun cukup menjadi perhitungan para khalifah di Baghdad. Pada akhirnya, pemerintah-pemerintah tandingan ini dapat ditaklukkan atas bantuan Bani Saljuk atau Buyah.


0 comments: