Jumat, 24 Juni 2011

Konsep Teori Sikap

Konsep Teori Sikap

Sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan sedangkan sikap seseorang terhadap suatu obyek adalah perasaan mendukung atau memihak (favorable) maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak (unfavorable) pada obyek tersebut (Azwar, 2005: 5).
Sikap adalah reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau obyek (Notoatmodjo, 2007: 124). Sikap adalah pandangan atau perasaan yang disertai kecenderungan untuk bertindak sesuai dengan sikap obyek tadi. Jadi sikap senantiasa terarah terhadap suatu hal, suatu obyek, tidak ada sikap yang tanpa obyek. Manusia dapat mempunyai sikap terhadap bermacam-macam hal.
Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku yang terbuka. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap obyek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap obyek.

A. Komponen Pokok Sikap

Sikap mempunyai tiga komponen pokok, yaitu :
a. Kepercayaan (keyakinan, ide dan konsep terhadap suatu objek). Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek.
b. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu obyek.
c. Kecenderungan untuk bertindak.
Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang penting dalam pembentukan sikap utuh (Notoatmodjo, 2007: 125)

B. Tingkatan Sikap

Seperti halnya pengetahuan, sikap terdiri dari berbagai domain, yaitu :
a. Menerima (receiving), yaitu bahwa orang atau obyek mau dari memperhatikan stimulus yang diberikan.
b. Merespon (responding), yaitu memberikan jawaban apabila ditanya mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari suatu sikap.
c. Menghargai (valuing), mengajar orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah.
d. Bertanggung jawab (responsible), yaitu bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko adalah merupakan sikap yang paling tinggi.

C. Pembentukan Sikap

Diantara berbagai faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap adalah pengalaman pribadi, kebudayaan orang lain yang dianggap penting, media massa, institusi atau lembaga pendidikan dan lembaga agama, serta faktor emosi dalam diri individu (Azwar, 2005: 30). Berikut ini akan diuraikan peranan masing-masing faktor-faktor tersebut dalam ikut membentuk sikap manusia.
a. Pengalaman pribadi
Apa yang telah dan sedang kita alami ikut membentuk dan mempengaruhi penghayatan kita terhadap stimulus. Tanggapan akan menjadi salah satu dasar terbentuknya sikap, untuk dapat mempunyai tanggapan dan penghayatan seseorang harus mempunyai pengalaman yang berkaitan dengan obyek psikoligis. Apakah penghayatan itu kemudian akan membetuk sikap positif atau negatif tergantung dari berbagai faktor.
b. Pengaruh orang lain yang dianggap penting
Orang lain disekitar kita merupakan salah satu diantara komponen yang ikut mempengaruhi sikap. Pada umumnya individu cenderung untuk memiliki sikap yang konformis atau searah dengan sikap orang yang dianggap penting. Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan berafiliasi dan keinginan untuk menghindari konflik dengan orang lain yang dianggap penting tersebut.
c. Pengaruh kebudayaan
Kebudayaan dimana seseorang hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap seseorang. Seseorang mempunyai pola sikap dan perilaku tertentu dikarenakan mendapat reinforcement (penguatan, ganjaran) dari masyarakat untuk sikap dan perilaku tersebut. Wujud kebudayaan menurut Koentjaraningrat (1990) ada tiga, diantaranya yaitu suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai, norma-norma , peraturan dan sebagainya, dan suatu kompleks aktivitas serta tindakan yang berpola dari manusia dalam masyarakat. Kebudayaan mempunyai pengaruh yang sangat besar bagi manusia dan masyarakat. Bermacam kekuatan harus dihadapi oleh masyarakat dan angota-anggotanya.
d. Media massa
Sebagai sarana komunikasi berbagai bentuk media massa mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan orang. Dalam menyampaikan informasi sebagai tugas pokoknya, media massa membawa pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan berpikir kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut. Apabila cukup kuat, akan memberi dasar efektif dalam menilai sesuatu hal, sehingga terbentuklah arah sikap tertentu.
e. Lembaga pendidikan dan lembaga agama
Lembaga pendidikan dan lembaga agama sebagai suatu sistem mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap, dikarenakan keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu. Pemahaman akan baik dan buruk, garis pemisah antara sesuatu yang boleh dan tidak boleh dilakukan, diperoleh dari pendidikan dan dari pusat keagamaan serta ajaran-ajarannya.
f. Pengaruh faktor emosional
Tidak semua bentuk ditentukan situasi lingkungan dan pengalaman pribadi seseorang. Kadang-kadang sesuatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai pengalaman frustasi atau peralihan bentuk mekanisme pertahan ego, sikap demikian dapat merupakan sikap yang sementara dan segera berlalu begitu frustasi telah hilang akan tetapi dapat pula merupakan sikap yang lebih persisten dan lebih lama.

D. Pengukuran Sikap

Salah satu aspek yang sangat penting guna memahami sikap dan perilaku manusia adalah masalah pengungkapan (assessment) atau pengukuran (measurement) sikap (Azwar, 2005: 87). Metode pengungkapan sikap dalam bentuk self-report yang hingga kini dianggap sebagai paling dapat diandalkan adalah dengan menggunakan daftar pernyataan-pernyataan yang harus dijawab oleh individu yang disebut sebagai skala sikap. Meode rating yang dijumlahkan populer dengan nama penskalaan model Likert yaitu merupakan metode penskalaan pernyataan sikap yang menggunakan ditribusi respons sebagai dasar penentuan skalanya.

Prosedur penskalaan dengan metode rating yang dijumlahkan didasari oleh dua asumsi, yaitu :
a. Setiap pernyataan sikap yang telah ditulis dapat disepakati sebagai termasuk pernyataan yang favorabel atau pernyataan yang tak favorabel
b. Jawaban yang diberikan oleh individu yang mempunyai sikap positif harus diberi bobot atau nilai yang lebih tinggi daripada jawaban yang diberikan oleh responden yang mempunyai sikap negatif.
Skor jawaban pada pernyataan sikap positif yaitu :
a. Sangat setuju (SS) jika responden sangat setuju dengan pernyataan kuisioner, dan diberikan skor 5.
b. Setuju (S) jika responden setuju dengan pernyataan kuisioner, dan diberikan skor 4.
c. Entahlah (E) jika responden setuju maupun tidak setuju dengan pernyatan kuisioner, dan diberikan skor 3.
d. Tidak setuju (TS) jika responden tidak setuju dengan pernyataan kuisioner, dan diberikan skor 2.
e. Sangat tidak setuju (STS) jika responden sangat tidak setuju dengan pernyataan kuisioner, dan diberikan skor 1.

Skor jawaban pada pernyataan sikap negatif yaitu :
a. Sangat setuju (SS) jika responden sangat setuju dengan pernyataan kuisioner, dan diberikan skor 1.
b. Setuju (S) jika responden setuju dengan pernyataan kuisioner, dan diberikan skor 2.
c. Entahlah (E) jika responden setuju maupun tidak setuju dengan pernyatan kuisioner, dan diberikan skor 3.
d. Tidak setuju (TS) jika responden tidak setuju dengan pernyataan kuisioner, dan diberikan skor 4.
e. Sangat tidak setuju (STS) jika responden sangat tidak setuju dengan pernyataan kuisioner, dan diberikan skor 5.

Read more

Selasa, 14 Juni 2011

Konsep Teori Toddler

Konsep Teori Toddler

1. Pengertian Toddler

Anak usia toddler adalah anak usia 12 – 36 bulan (1-3 tahun) pada periode ini anak berusaha mencari tahu bagaimana sesuatu bekerja dan bagaimana mengontrol orang lain melalui kemarahan, penolakan dan tindakan keras kepala. Hal ini merupakan periode yang sangat penting untuk mencapai pertumbuhan dan perkembangan intelektual secara optimal (Perry, 1998).

2. Pertumbuhan dan Perkembangan Toddler

Whaley dan Wong’s (2000) mengemukakan pertumbuhan merupakan bertambah jumlah dan besarnya sel seluruh bagian tubuh yang secara kuantitatif dapat diukur. Sedangkan perkembangan merupakan bertambahnya sempurnanya fungsi alat tubuh yang dapat dicapai melalui tumbuh kematangan belajar.
Usia 1 tahun merupakan usia yang penuh berbagai hal yang menarik antara lain berubah dalam cara makan, cara bergerak, juga dalam keinginan dan sikap atau perasaan si kecil apabila disuruh melakukan sesuatu yang tidak ia sukai, ini akan menyatakan sikap dan nalurinya mengatakan " tidak" baik dengan kata-kata maupun perbuatan, meskipun sebetulnya hal itu di sukai (Psikolog menyebutnya Negatifisme). Kenyataan ini berbeda pada saat usia di bawah sate tahun, si kecil akan menjadi seorang penyidik yang sangat menjengkelkan, mereka akan menyelinap keluar masuk setiap sudut rumah, menyentuh semua benda yang ditemukannya, menggoyangkan meja dan kursi, menjatuhkan benda apapun yang dapat dijatuhkan, memanjat apa yang bisa dipanjat, memasukkan benda-benda kecil kedalam benda yang lebih besar dan sabagainya. Pendek kata tangannya tidak bisa diam setiap hari (Hurlock, 2002:98).
Pada usia 2 tahun si kecil akan cenderung mengikuti orang tuanya kesana-kemari, ikut ikutan menyapu, mengepel, menyiram tanaman, semua ini di lakukan dengan penuh kesungguhan. Pada usia 2 tahun anak sudah mulai belajar bergaul, ia senang sekali menonton anak lain bermain, perasaan takut dan cemas sering terjadi apabila orang tuanya meninggalkan anak sendiri. Seandainya orang tua harus bepergian lama atau memutuskan untuk kembali bekerja dan meminta bantuan orang lain untuk mengawasi anaknya, biasanya anak tidak rewel pada saat orang tua pergi tetapi pada saat mereka kembali anak akan terus-menerus melekat pada ayah dan ibunya dan tidak mengizinkan siapapun juga mendekatinya, karena ia takut orang tuanya akan pergi lagi. Perasaan takut akan semakin menghambat pada saat tidur ia mau berbaring jika ayah atau ibunya duduk di sampingnya ( Hurlock, 2002:101).
Anak pada usia 3 tahun biasanya lebih mudah dikendalikan karena anak sudah dalam perkembangan emosi, sehingga mereka menganggap ayah dan ibunya sebagai orang yang istimewa. Sikap permusuhan dan kebandelan yang muncul pada usia antara 2 ½ - 3 tahun tampaknya makin berkurang, Sikap pada orang tua bukan saja bersahabat tetapi sangat ramah dan hangat. Anak menjadi sangat patuh pada orang tuanya, sehingga mereka akan bertingkah laku baik dan menurut sekali. Jika keinginan mereka bertentangan dengan kehendak orang tuanya karena mereka tetap makluk hidup yang mempunyai pendapat sendiri. Pada usia 3 tahun anak cenderung meniru siapa pun yang dilakukan orang tuanya sehari-hari disebut proses identifikasi. Dalam proses inilah karakter anak di bentuk jauh lebih banyak dari petunjuk yang diterima dari orang tuanya, seperti membentuk model diri mereka, membina kepribadian, membentuk sikap dasar, baik terhadap pekerjaan, orang tua dan dirinya sendiri (Hurlock, 2002:111).
Secara umum perkembangan anak Toddler (Thompson, 2003:58) di bagi menjadi 3 yaitu :
1. Perkembangan Kognitif
Menurut Jean Piagiet pada usia 1-3 tahun anak sudah dapat :
a. Membedakan diri sendiri dengan setiap objek.
b. Mengenal diri sebagai pelaku kegiatan dan mulai bertindak dengan tujuan tertentu contohnya : menarik seutas tali untuk menggerakkan sebuah mobil atau menggerakkan mainan supaya bersuara.
c. Menguasai keadaan tetap dari objek misalnya : menyadari bahwa benda tetap ada meskipun tidak terjangkau oleh mata.

2. Bahasa
Pada usia Toddler, anak mulai menggunakan bahasa, kata-kata sebagai symbol dapat menunjukan benda-benda atau kelompok benda dan satu objek dapat menunjukkan benda lain.
3. Sosial
Sebagian besar anak toddler merasa cukup aman tanpa kehadiran orang tuanya mereka dapat enak berinteraksi dengan anak lain maupun dengan orang dewasa.

3. Faktor Pengaruh Pertumbuhan dan Perkembangan Anak

1. Faktor herediter
Merupakan faktor yang dapat diturunkan sebagi dasar dalam mencapai tumbuh kembang anak disamping faktor lain. Faktor herediter adalah bawaan, jenis kelamin, ras, suku bangsa.
2. Faktor lingkungan
Merupakan faktor yang memegang peranan penting dalam menentukan tercapai dan tidaknya potensi yang sudah dimiliki antara lain :
a. Lingkungan pranatal
Merupakan lingkungan dalam kandungan, mulai konsepsi lahir sampai yang meliputi gizi pada waktu ibu hamil, zat kimia atau toksin, kebiasaan merokok dan lain-lain.
b. Lingkungan postnatal
Seperti sosial ekonomi orang tua, nutrisi, iklim atau cuaca, olahraga, posisi anak dalam orang tua dan status kesehatan.

Read more

Sabtu, 04 Juni 2011

Konsep Teori Pengetahuan dan Sikap

Konsep Teori Pengetahuan dan Sikap

1. Pengertian

Pengetahuan merupakan hasil dari “Tahu” dan terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap sesuatu obyek. Penginderaan terjadi melalui panca indera yaitu : penglihatan, pendengaran, penciuman rasa dan raba. Namun sebagian besar pengetahuan seseorang didapat melalui panca indera mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku seseorang (Notoatmodjo, 2003).

2. Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku seseorang (over behavior) pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu :
a. Know (Tahu)
Yaitu mengingat, menghafal suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya, ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.

b. Comprehension (Pemahaman)
Yaitu suatu kemampuan untuk menjelaskan atau menginterprestasikan secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat diinterpretasi dengan benar.
c. Application (Penerapan)
Yaitu kemampuan untuk menggunakan konsep, prinsip dan prosedur materi yang telah dipelajari pada waktu, situasi atau kondisi sesungguhnya.
d. Analysis (Analisis)
Yaitu kemampuan untuk menjabarkan materi atau obyek dalam bentuk komponen-komponen. Hal ini dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja, dapat menggambarkan/membuat bagan, membedakan atau memisahkan, mengelompokkan dan lain sebagainya.
e. Synthesis (Sintesis)
Yaitu kemampuan untuk melakukan/menghubungkan bagian-bagian kedalam satu bentuk keselarasan yang baru dengan kata lain. Sintesis adalah kemampuan untuk menyusun formulir baru dengan formasi yang ada.
f. Evaluasi
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keselarasan yang baru dengan kata lain evaluasi adalah kemampuan untuk menilai dan menyusun formulir dari formula-formula yang ada.
Berdasarkan hal tersebut diatas disebutkan bahwa pengetahuan adalah suatu proses mulai dari mengingat, memahami, selanjutnya mampu melanjutkan , menjabarkan dan mampu untuk menilai dari suatu objek atau stimulus tertentu (Notoadmojo, 2003).

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

a. Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang pada orang lain terhadap sesuatu hal agar mereka dapat memahami. Tidak dapat dipungkiri bahwa makin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah pula mereka menerima informasi, dan pada akhirnya makin banyak pula pengetahuan yang dimilikinya. Sebaliknya jika seseorang tingkat pendidikannya rendah, akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap penerimaan, informasi dan nilai-nilai yang baru diperkenalkan (Mubarok, 2007).
b. Pekerjaan
Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun tidak langsung (Mubarok, 2007).
c. Umur
Dengan bertambahnya umur seseorang akan terjadi perubahan dan pada aspek fisik dan psikologis (mental). Pertumbuhan pada fisik secara garis besar ada empat kategori perubahan pertama, perubahan ukuran, kedua, perubahan proporsi, ketiga, hilangnya ciri-ciri lama, keempat, timbulnya ciri-ciri baru. Ini terjadi akibat pematangan fungsi organ. Pada aspek psikologis atau mental taraf berpikir semakin matang dan dewasa (Mubarok, 2007).
d. Minat
Pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Ada kecenderungan pengalaman yang kurang baik seseorang akan berusahan untuk melupakan, namun jika pengalaman terhadap obyek tersebut menyenangkan maka secara psikologis akan timbul kesan yang sangat mendalam dan membekas dalam emosi kejiwaannya, dan akhirnya dapat pula membentuk sikap positif dalam kehidupannya (Mubarok, 2007).
e. Kebudayaan lingkungan sekitar
Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap kita. Apabila dalam suatu wilayah mempunyai budaya untuk menjaga kebersihan lingkungan maka sangat mungkin masyarakat sekitarnya mempunyai sikap untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan, karena lingkungan sangat berpengaruh dalam pembentukan sikap pribadi atau sikap seseorang (Mubarok, 2007).

f. Informasi
Kemudahan untuk memperoleh suatu informasi dapat membantu mempercepat seseorang untuk memperoleh pengetahuan yang baru (Mubarok, 2007).

4. Cara Memperoleh Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo, 2003 cara memperoleh pengetahuan dapat dikelompokkan menjadi dua :

a. Cara tradisional untuk memperoleh pengetahuan

Cara kuno atau tradisional ini dipakai orang untuk memperolah kebenaran pengetahuan, sebelum diketemukannya metode ilmiah, atau metode penemuan sistematik dan logis. Cara-cara penemuan pengetahuan pada periode ini meliputi :
1) Cara coba salah (trial and error)
Cara ini telah dipakai orang sebelum adanya kebudayaan, bahkan mungkin sebelum adanya peradaban. Pada waktu itu seseorang apabila menghadapi persoalan atau masalah, upaya pemecahannya dilakukan dengan coba-coba saja. Cara coba-coba ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah, dan apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil, dicoba kemungkinan yang lain. Apabila kemungkinan ketiga gagal dicoba kemungkinan keempat dan seterusnya, sampai masalah tersebut dapat terpecahkan. Itulah sebabnya maka cara ini disebut metode trial (coba) and error (gagal atau salah) atau metode coba-salah/coba-coba.

2) Cara kekuasaan atau otoritas
Dalam kehidupan manusi sehari-hari, banyak sekali kebiasaan-kebiasaan dan tradisi-tradisi yang dilakukan oleh orang, tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan tersebut baik atau tidak. Kebiasaan-kebiasaan seperti ini biasanya diwariskan turun temurun dari generasi ke generasi berikutnya. Misalnya, mengapa harus ada upacara selapanan dan turun tanah pada bayi, mengapa ibu yang sedang menyusui harus minum jamu, mengapa anak tidak boleh makan telor dan sebagainya.
Kebiasaan seperti ini tidak hanya terjadi pada masyarakat tradisional saja, melainkan juga terjadi pada masyarakat modern. Kebiasaan-kebiasaan seperti ini seolah-olah diterima dari sumbernya sebagai kebenaran yang mutlak. Sumber pengetahuan tersebut dapat berupa pemimpin-pemimpin masyarakat baik formal maupun informal, ahli agama, pemegang pemerintahan dan sebagainya. Dengan kata lain, pengetahuan tersebut diperoleh berdasarkan otoritas atau kekuasaan, baik tradisi, otoritas pemerintah, otoritas pemimpin agama, maupun ahli ilmu pengetahuan.

3) Berdasarkan pengalaman pribadi
Pengalaman adalah guru yang baik, yang bermakna bahwa pengalaman itu merupakan sumber pengetahuan untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu pengalaman pribadi pun dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa yang lalu.

4) Melalui jalan pikiran
Dalam memperoleh kebenaran pengetahuan manusia telah menggunakan jalan pikirannya melalui induksi atau deduksi. Induksi yaitu : proses penarikan kesimpulan yang dimulai dari pernyataan-pernyataan khusus ke pernyataan yang bersifat umum.
Deduksi yaitu : pembuatan kesimpulan dari pernyataan umum kepada khusus.

b. Cara modern

Cara baru atau cara modern dalam memperoleh pengetahuan lebih sistematis, logis dan alamiah. Cara ini disebut “metode penelitian ilmiah” atau lebih populer disebut metodologi penelitian yaitu dengan mengembangkan metode berfikir induktif. Mula-mula mengadakan pengamatan langsung terhadap gejala-gejala alam atau kemasyarakatan kemudian hasilnya dikumpulkan dan diklasifikasikan, akhirnya diambil kesimpulan umum.
Memperoleh kesimpulan dilakukan dengan observasi langsung dan membuat pencatatan. Pencatatan ini mencakup tiga hal pokok yakni :
  1. Segala sesuatu yang positif yakni gejala tertentu yang muncul pada saat dilakukan pengamatan.
  2. Gejala sesuatu yang negatif yakni gejala tertentu yang tidak muncul pada saat dilakukan pengamatan.
  3. Gejala-gejala yang muncul secara bervariasi yaitu gejala-gejala yang berubah-ubah pada kondisi tertentu.
Berdasarkan hasil pencatatan-pencatatan ini kemudian ditetapkan ciri-ciri atau unsur-unsur yang pasti pada suatu gejala. Selanjutnya hal tersebut dijadikan dasar pengambilan kesimpulan atau generalisasi. Prinsip-prinsip umum yang dikembangkan sebagai dasar untuk mengembangkan metode penelitian yang lebih praktis. Selanjutnya diadakan penggabungan antara proses berfikir deduktif-induktif. Venvikatif sehingga melahirkan suatu cara penelitian yang dikenal dengan metode penelitian ilmiah.

4. Kriteria Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan cara wawancara atau angket yang yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden kedalam pengetahuan yang ingin diketahui atau diukur dapat disesuaikan dengan tingkatan tersebut di atas. Sedangkan kualitas pengetahuan pada masing-masing tingkat pengetahuan dapat dilakukan dengan skoring yaitu:
1. Baik : 76% - 100%
2. Cukup : 56% - 75%
3. Kurang : <56% (Nursalam, 2003). 

Konsep Teori Sikap

1. Pengertian Sikap 

Sikap adalah derajat efek positif atau efek negatif terhadap suatu objek psikologis (Azwar, 2008) Sikap sebagai suatu pola perilaku, tendensi atau kesiapan antisipasi, predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi sosial atau secara sederhana. 
Sikap adalah respon terhadap stimuli sosial terkondisikan (Azwar, 2008). 
Sikap sebagai keteraturan tertentu terhadap perasaan (afeksi), pemikiran (kognisi), dan predisposisi tindakan (konasi) seseorang terhadap dirinya sendiri, orang lain, objek atau lain-lain (Azwar, 2003). 
Sikap adalah penilaian (bisa berupa pendapat) seseorang terhadap stimulus atau objek (dalam hal ini adalah masalah kesehatan, termasuk penyakit). Setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek, proses selanjutnya akan menilai atau bersikap terhadap stimulus atau objek kesehatan tersebut (Notoatmodjo, 2003). 
Sikap adalah merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek (Notoatmodjo, 2003: 130). 

2. Struktur Sikap Mengikuti skema trodik, 

Struktur sikap terdiri atas tiga komponen yang saling menunjang yaitu: 
  1. Komponen kognitif Berisi kepercayaan seseorang mengenai apa yang berlaku atau apa yang benar bagi objek sikap. 
  2. Komponen efektif Menyangkut masalah emosional subjektif seseorang terhadap suatu objek sikap. 
  3. Komponen perilaku atau konatif perilaku Menunjukkan bagaimana perilaku atau kecenderungan berperilaku yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan objek sikap yang dihadapinya (Azwar, 2008). 

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sikap 

Menurut Azwar (2008) menyebutkan faktor-faktor yang berpengaruh dalam pembentukan sikap adalah : 
a. Pengalaman pribadi Tanggapan akan menjadi salah satu dasar terbentuknya sikap. Untuk dapat mempunyai tanggapan dan penghayatan, seseorang harus mempunyai pengalaman yang berkaitan dengan objek psikologis. Apakah penghayatan itu kemudian akan membentuk sikap positif atau sikap negatif, akan tergantung pada berbagai faktor lain. 
b. Pengalaman Orang yang di Anggap Penting Orang lain di sekitar kita merupakan salah satu diantar komponen sosial yang ikut mempengaruhi sikap kita. Seseorang yang kita anggap penting, seseorang yang kita harapkan persetujuannya bagi setiap gerak tingkah dan pendapat kita, seseorang yang tidak ingin kita kecewakan, atau seseorang yang berarti khusus bagi kita. 
c. Kebudayaan Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap kita. Apabila kita hidup dalam budaya yang mempunyai norma longgar bagi pergaulan heteroseksual, sangat mungkin kita akan mempunyai sikap yang mendukung terhadap masalah kebebasan pergaulan heteroseksual. 
d. Media Massa Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dll. Mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan opini dan kepervcayaan orang. Dalam penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya, media massa membawa pula pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. 
 e. Lembaga Pendidikan dan Agama Lembaga pendidikan serta lembaga agama sebagai suatu sistemmempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu. Pemahaman akan baik dan buruk, garis pemisaah antara sesuatu yang tidak boleh dilakukan, diperoleh dari pendidikan dan dari pusat keagamaan serta ajaran-ajarannya. 
f. Faktor Emosional Tidak semua bentuk sikap ditentukan oleh situasi lingkungan dan pengalaman pribadi seseorang. Kadang-kadang, suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego. 

4. Tingkatan Sikap 

Seperti halnya dengan pengetahuan (Notoatmodjo, 2003: 132) di bagi menjadi 4 tindakan sikap antara lain: 
  1. Menerima Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memberikan stimulus yang diberikan (objek). 
  2. Merespon Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyesuaikan tugas yang diberikan adalah suatu idikasi dari sikap. Karena denga suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan. Lepas pekerjaan itu benar atau salah adalah berarti orang menerima ide tersebut. 
  3. Menghargai Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah indikasi dan sikap tingkat tiga. 
  4. Bertanggung Jawab Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko. 

5. Pengukuran Sikap 

Skala sikap yang berisi pernyataan-pernyataan terpilih dan telah diuji reabilitas dan validitasnya maka dapat digunakan untuk mengungkapkan sikap kelompok responden. Kriteria pengukuran sikap yakni : 
a) Sikap positif jika nilai T skor yang diperoleh responden dari kuesioner > T mean.
b) Sikap negatif jika nilai T skor yang diperoleh responden dari kuesioner < T mean. 

Skor jawaban Jawaban dari item pernyataan sikap positif 
  • Sangat setuju (SS) jika responden sangat setuju dengan pernyataan kuesioner, dan diberikan melalui jawaban kuesioner skor 5. 
  • Setuju (S) jika responden setuju dengan pernyataan kuesioner, dan diberikan melalui jawaban kuesioner skor 4. 
  • Entahlah (E) jika responden setuju maupun tidak setuju dengan pernyataan kuesioner, dan diberikan melalui jawaban kuesioner skor 3. 
  • Tidak setuju (TS) jika responden tidak setuju dengan pernyaan kuesioner, dan diberikan melalui kuesioner skor 2. 
  • Sangat tidak setuju (STS) jika responden sangat tidak setuju dengan pernyataan kuesioner, dan diberikan melalui jawaban kuesioner skor 1. 

Jawaban dari item pernyataan untuk sikap negatif 
  • Sangat setuju (SS) jika responden sangat setuju dengan pernyataan kuesioner, dan diberikan melalui jawaban kuesioner skor 1. 
  • Setuju (S) jika responden setuju dengan pernyataan kuesioner, dan diberikan melalui jawaban kuesioner skor 2. 
  • Entahlah (E) jika responden setuju maupun tidak setuju dengan pernyataan kuesioner, dan diberikan melalui jawaban kuesioner skor 3. 
  • Tidak setuju (TS) jika responden tidak setuju dengan pernyaan kuesioner, dan diberikan melalui kuesioner skor 4. 
  • Sangat tidak setuju (STS) jika responden sangat tidak setuju dengan pernyataan kuesioner, dan diberikan melalui jawaban kuesioner skor 5.

Read more