Minggu, 12 Februari 2012

Filosofi Thales sampai Gorgias


A.    Fisafat Yunani Pra-Socrates
Menurut Juhaya S.Pradja (2003 : 50 – 58), para filosof Yunani yang pertama tidak lahir di tanah airnya sendiri, melainkan di tanah perntuan di Asia Minor.
1.      Thales (642 – 546 SM)
Filnsofi alam pertama adalah Thales, yang hidup pada abad ke-6 sebelum Masehi. Di kalangan orang-orang Yunani pada waktu itu, ia dikenal sebagai salah seorang hoi liepta soplioi, yaitu tujuh orang yang bijaksana.
Sumber utama ajaran Thales diungkapkan oleh Aristoteles, sebagaimna dalam traktatnya mengenai metafisika Aristoteles menyatakan bahwa Thales adalah orang pertama yang memikirkan tentang asal muasal terjadinya alam semesta ini. Menurut Thales, asal mula alam ini adalah air. Air adalah pusat dan sumber segala yang ada atau pokok dari segala sesuatu. Segala sesuatu berasal dari air dan kembali menjadi air. Menurut Thales, tumbuh-tumbuhan dan binatang lahir di tempat yang lembap, bakteri-bakteri hidup dan berkembang di tempat yang lembab, bakteri makan sesuatu yang lembap dan kelembapan bersumber dari air. Dari air itu terjadilah tumbuh-tumbuhan dan binatang, bahkan tanah pun mengandung air. Argumen Thales merupakan argumen yang bukan hanya rasional, tetapi observatif, meskipun pada zamannya belum lahir ilmu pengetahuan yang segala sesuatu baru dinyatakan benar jika telah terbukti secara empirik dan observatif. Pandangan Thales menurut Juhaya S.Pradja (2000 : 51) merupakan pandangan yang rasional, karena dikemukakan melalui salah satu sumber pengetahuan yang konkret.
Naluri imanen Thales adalah animisme, yang memercayai bahwa bukan hanya yang hidup saja yang mempunyai jiwa, tetapi juga benda mati mempunyai jiwa. Aristoteles menamakan pendapat Thales yang menyatakan bahwa jagat raya ini memiliki jiwa, dengan nama hylezoime (Juhaya S.Pradja, 2000 : 51)
Sebuah cerita menuturkan bahwa Thales menyisihkan dirinya dari pergaulan awam. Ia berpikir senantiasa terikat kepada alam semesta. Pada suatu hari, Thales pergi berjalan-jalan. Matanya asyik memandang ke atas, melihat keindahan alam di langit. Tanpa sepengetahuannya, ia terjatuh masuk lubang. Seorang perempuan tua yang lewat di dekat itu menertawakannya sambil berkata, “Hai Thales, jalan di langit engku ketahui, tetapi jalanmu di muka bumi ini tidak kau ketahui”
Sungguhpun demikian, Thales terbilang Bapak Filosofi Yunani, sebab dialah, filosof pertama, yang tak pernah meninggalkan pelajaran yang dituliskannya sendiri. Filosofinya diajarkan dengan lisannya dan dikembangkan oleh murid-muridnya yang kemudian ditulis oleh Aristoteles.
Aristoteles mengungkapkan bahwa kesimpulan ajaran Thales ialah filsafatnya yang mengatakan bahwa segala sesuatu berasal dari air, dan semuanya itu air. Air yang cair itu adalah pangkal, pokok, dan dasar (principle) segala-galanya. Semua barang terjadi dari air dan semuanya kembali kepada air pula.[1]
Pada masa itu, ketika dunia penuh dengan takhayul dan kepercayaan yang serba mistik, munculnya buah pikiran yang mengatakan bahwa yang lahir itu tidak banyak, melainkan satu, memiliki makna yang mendalam.
Pikirannya membuka mata tentang wujud alam dan menyingkapkan rahasia dan tabir yang selama ini menutupi kalbu manusia. Kedalaman pandangan Thales sebagai filosof alam, telah membuka mata manusia tentang kelemahan rasional dari semua pandangan yang berbasis kepada legenda dan mitos. Thales, paling tidak, mengawali kemerdekaan berpikir manusia sebagai makhluk yang berakal.
Dalam pandangan Thales, animisme ialah kepercayaan bahwa bukan saja barang yang hidup mempunyai jiwa, tetapi juga benda mati. Kepercayaannya kesana dikuatkan oleh pengalaman pula. Besi berani dan batu api yang digosok sampai panas menarik barang yang dekat padanya. Ini dipandangnya sebagai mempunyai kodrat tanda berjiwa.
Dunia mitologi Yunani mulai tergeser oleh pandangan Thales, sehingga mitos-mitos yang dipercayai kebanyakn orang pada umumnya dipandang telah begitu lama membohongi alam pikiran manusia. Bahkan hebatnya Thales, dia berhasil menebak dengan tepat gerhana matahari yang terjadi pada masanya. Mungkin, dia pernah menyaksikan atau mendengar cerita gerhana yang terjadi sebelum itu, yaitu gerhana yang terjadi pada tahun 603 SM, dan dia telah mengetahui pula sedikit ilmu peredaran bintang, bahwa setiap 223 bulan atau 18 tahun 11 hari telah terjadi gerhana serupa, sehingga ia berhasil menebak dengan tepat gerhana matahari yang tentu telah terjadi pada tanggal 28 Mei 585 SM. Perbuatan ini menyebabkan dia termasyhur. Selain sebagai seorang ahli ilmu astronomi, yang sering dilukiskan dalam karikatur, sebagai seorang yang begitu sibuk dalam memerhatikan bintang-bintang hingga iapun terperosok jatuh ke dalam sumur. Dia mahir dalam ilmu ukur. Dia pernah pergi ke Mesir dan menyaksikan Pirmid. Di sana, dia berhasil mengajar orang Mesir untuk mengukur tinggi Piramid dengan mengukur bayangannya yang terjadi akibat sinar matahari. Dia konon dapat menentukan jarak kapal yang kelihatan dari pantai dari dua tempat yang berlainan. Banya dongeng dalam cerita rakyat Greek, yang menunjukkan keistimewaan Thales (Lihat Juhaya S.Pradja, 2000 : 51)
Thales disebut-sebut sebagai Bapal Filsafat Yunani, sebab dialah filosof yang pertama. Namun, ajaran filsafatnya tidak pernah ditulisnya, sehingga Aristoteles melukiskannya secara gamblang tentang perjalanan pemikiran Thales.

2.      Anaximandros
Anaximandros (610 – 547 SM) adalah murid Thales. Usianya lima belas tahun lebih muda daripada Thales, tetapi meninggal dunia dua tahun lebih dahulu. Sebagai filosofis, ia lebih besar daripada gurunya. Ia juga ahli astronomi, disamping itu, ia juga ahli ilmu bumi.
Sama halnya dengan gurunya, anaximndros juga ingin mencari asal dari segalanya. Ia tidak menerima saja apa yang diajarkan oleh gurunya. Yang dapat diterima akalnya ialah bahwa yang asal itu satu, tidak banyak. Akan tetapi, yang satu itu bukan air, dan bukan suatu anasir yang dapat diamati oleh pancaindera. Menurut Anaximandros, segala sesuatu itu berasal dari to opeiron, yaitu yang tak terbatas, sesuatu yang tak terhingga.
Menurut Anaximandros, Apeiron itu tidak dapat dirupakan, tidak ada persamaannya dengan salah satu barang yang kelihatan di dunia ini, sebab segala yang kelihatan itu, yang dapat ditentukan rupanya dengan pancaindera kita adalah barang yang asal, yang tidak berhingga dan tidak berkeputusan itu mustahil bagi salah satu dari barng yang berakhir itu. Segala yang tampak dan terasa dibatasi oleh lawannya. Yang panas dibatasi oleh dingin. Dimana bermula yang dingin, di sana berakhir panas. Yang cair dibatasi oleh yang beku. Yang terang dibatasi oleh yang gelap. Bagaimana yang terbatas itu dapat memberikan sifat kepada yang tidak berkeputusan ?
Mengenai terjadinya makhluk di bumi, Anaximandros menerangkan bahwa atas pengaruh panas tersebut, dari uap yang basah dibumi itu terjadilah makhluk-makhluk hidup, yang kemudin secara bertingkat-tingkat mengalami kemajuan dalam hidupnya. Pada mulanya, bumi ini diliputi oleh air semata-mata. Oleh sebab itu, makhluk yang pertma di atas bumi ialah hewan yang hidup di dalam air, seperti ikan. Akan tetapi, setelah tanah semakin kering, timbullah daratan maka makhluk yang lain mulai berkembang di atas daratan.
Pendapat Anaximandros tentang kejadian dan kemajuan makhluk di dunia ini banyak menyerupai teori evolusi Darwin yang muncul pada abad ke-19. tidak heran, kalau orang mengarang lelucon bahwa Anaximandros patut dipandang sebagai “Darwins”, yaitu pengikut Darwin yang pertama kali.
Dilihat dari kacamata ilmu modern sekarang, tampak adanya kejanggalan-kejanggalan pada keterangan Anaximandros tentang kejadian alami. Akan tetapi, dititik dari masanya, dimana segala keterangan berdasar kepada takhayul dan cerita yang ganjil-ganjil, pendapatnya itu merupakan buah pikiran yang maju, sehingga cukup untuk menilai Anaximandros sebagai pemikir yang genius.[2]
Demikianlah kesimpulan hukum dumia menurut pndangan Anaximandros. Disitu tampak kelebihannya daripada gurunya. Selagi Thales berpendapat bahwa barang yang asal itu salah satu dari yang lahir, yang tampak, yang berhingga juga, Anaximandros meletakkannya di luar alam yang memberikan sifat yang tidak berhingga padanya dengan tiada dapat diserupai.
Meskipun tentang asal kejadian alam tidak begitu jelas, dia adalah seorang yang, cakap dan cerdas. Dia tidak mengenal ajaran Islam atau Kristen bahwa semula tidak ada dunia lautan diciptakan menjadi ada dan nanti, akan kembali menjadi tidak ada dengan cara being and becoming. Tidak pula, dia mengenal kepercayaan India yang beranggapan bahwa ada Tuhan yang bertugas menciptakan, ada yang bertugas memelihara, dan ada yang. bertugas merusak. Baginya, alam adalah belantara keabadian di mana dunia kita juga berada, tidak ada penciptaan dan tidak ada permusuhan, yang ada yang gerak, evolusi dan perkembangan abadi, dan dunia yang ada adalah salah satu perwujudannya. Dalam perincian teorinya menjemukan, tetapi pada garis besarnya, is memakai metode ilmiah. Menurut dia, manusia yang ada adalah hasil dari dan perkembangan. Semua makhluk hidup berasal dari proses penguapan air samudra oleh matahari. Manusia, sebagaimana binatang, berasal dari ikan; Anaximandros sangat terpesona oleh pemandangan ikan, anjing laut, dan dia menganggap bahwa mereka mata rantai yang berada antara jenis ikan dan jenis binatang. Manusia tentu berasal dari binatang lain, karena waktu perawatannya, pada waktu kanak-kanak, memakan waktu yang begitu panjang, sedangkan jenis binatang lainnya begitu dilahirkan telah dapat memperoleh makanannya sendiri, maka dia telah tidak dapat bertahan hidup sebagaimana manusia yang ada kini.
Sifat-sifat yang diberikan oleh Anaximandros tentang apeiron, yaitu sebagai zat atau sesuatu yang tak terhingga, tak terbatas, tak dapat diserupakan dengan alam, pemahaman tentang apeiron dapat dianalogikan dengan pemahaman orang muslim tentang Tuhan.

3.      Anaximenes
Anaximenes (585-524 SM) adalah murid Anaximandros, yang secara substansial, pemahamannya tentang alam tidak berbeda dengan gurunnya. Anaximenes mengajarkan bahwa asal dari alam ini satu dan tidak terhingga Hanya saja, ia tidak dapat menerima ajaran Anaximenes bahwa yang asal itu tidak ada persarnaannya dengan barang yang lahir dan tak dapat dirupakan. Baginya, yang asl itu mestilah satu dari yang ada dan yang tampak. Barang yang asal itu ialah udara. Udara itulah yang satu dan tidak berharga. Pndangan Anaximenes tersebut didasarkan atas alasan-alasan sebagai berikut :
1)      Suatu kenyataan bahwa udara itu terdapat dimana-mana. Dunia ini diliputi oleh udara, tidak ada stu ruangan pun yang tidak terdapat udara di dalamnya. Oleh karena itu, udara itu tidak habis-habisny, tidak berkesudahan dan tidak berkeputusan
2)      Suatu keistimewaan dari udara ialah ia senantiasa bergerak. Oleh karena itu, udara memegang peranan yang penting dalam berbagai renvana kejadian dan perubahan dalam alam ini
3)      Udara adalah unsur kehidupan. Udara adalah dasar hidup. Tidak ada sesuatu pun yang hidup tanpa udara. Oleh karena itu, ia dapat menerima ajaran gurunya, bahwa “jiwa itu serupa dengan udara”. Sebagai kesimpulan atas ajarannya, ia mengatakan “Sebagaimana jiwa kita, yang tidak lain dari udara, menyatukan tubuh kita, demikian juga udara mengikat alam ini menjadi satu. Maksudnya, jiwalah yang menyusun tubuh manusi menjadi satu. Maksudnya, jiwalah yang menyusun tubuh manusia menjadi satu, dan menjaga agar tubuh tidak bercerai berai. Kalau jiwa keluar dari badan, badan menjadi mati hancur dan bercerai berai bagian-bagiannya. Juga alam besar ini ada karena udara, udaralah yang menjadi dasar hidupnya, jika tidak ada udara, hancurlah alam ini. Dengan demikian, alam (makro kosmos) dan manusia (mikro kosmos) itu pada dasarnya satu rupa”
Mengenai terjadinya alam ini, ia mengatakan, ”Semuanya terjadi dari udara. Karena gerak udaralah yang menjadi sebab terjadinya. Udara bisa jarang dan bisa rapat. Kalau udara menjadi jarang, terjadilah api, kalau udara terkumpul menjadi rapat, terjadilah angin dan awan, kalau udara bertambah padat lagi, turunlah hujan dari awan itu. Dari air terjadi tanah, dan tanah yang sangat padat menjadi batu”
Dari pandangan-pandangan dan hasil pemikiran filosof-filosof pertama dari Miletos di atas dapat diringkaskan sebagai berikut :
1)      Alam semesta itu merupakan satu keseluruhan yang mempunyai dasar atas asal yang satu, walaupun mereka tidak sepakat tentang yang satu, yang menjadi dasar dari kejadian alam semesta ini.
2)      Alam semesta ini dikuasai oleh hukum, kejadian-kejadian dalam alam tidak terjadi secara kebetulan, tetapi ada semacam keharusan di belakang kejadian-kejadian itu.
3)      Akibatnya, alam semesta ini merupakan kosmos, dalam arti alam yang teratur, sebagai lawan dari chaos dalam arti alam yang kacau balau

Anaximenes adalah seorang murid Anaximandros yang merupakan filosof alam terakhir dari kota Miletos. Sesudah ia meninggal dunia, kemajuan filosof alam berakhir di kota tersebut. Banyak ahli pikir yang berasal dari kota tersebut sebab kota Miletos pada tahun 194 SM diserang dan ditaklukkan oleh bangsa Persia. Dengan kepergian para ahli pikir itu, kebesaran kota Miletos sebagai pusat pengajaran filosofi alam telah lenyap.
Pandangan filsafatnya tentang kejadian alam ini sama dasarnya dengan pandangan gurunya. Ia mengajarkan bahwa barang yang asal itu satu dan tidak berhingga. Hanya saja ia tak dapat menerima ajaran Anaximandros bahwa barang yang asal itu tak ada persamaannya dengan barang yang lain dan tak dapat dirupakan. Baginya yang asal itu mestiah satu dari yang ada, dan yang tampk. Barang yang asal itu ialah udara. Udara itulah yang satu dan yang tidak berhingga
Anaximenes adalah seorang filosof alam yang juga memperbincangkan soal wujud jiwa tau roh. Ia menghubungkan udara sebagai bahan dasar roh yang menghidupkan manusia sebagai bagian dari alam. Pandangannya tentang wujud jiwa tidak dikupasnya panjang lebar dibandingkan filsafatnya tentang alam.


4.      Pythagoras
Pythagoras dilahirkan di Samos antara tahun 580 sami 570 SM. Kemudian, ai berimigrasi ke daerah koloni Grik di bagian selatan Italia pad tahun 529 SM karena sikap oposisinya terhadap pemerintahan tirani di bawah pemerintahan Plykrates. Sikapnya yang loyal terhadap golongan aristokrat, menyebabkan ia meninggalkan daerahnya dan pindah ke kota Krotona. Di tempt inlah, ia mendirikan perkumpulan agama yang terkenal sebagai mazhab pythagorean.
Di kota itu, Pythagoras membangun kelompok tarekat yang hidup mengasingkan diri dari keramaian. Ada yang berpendapat bahwa pythagoras terpengaruh oleh aliran mistik yang berkembang dalam alam Yunanu yang bernama Osfisisme
Ajaran terikat yang dikembangkan oleh Pythagoras riyadhah bathiniyah semacam pendidikan jiwa yang dimaksudkan untuk menyucikn roh. Pythagoras percaya akan kepindahan jiwa dari makhluk yang sekarang kepada makhluk yang akan datang. Apabila seseorang meninggal, jiwanya lebih kembali lagi ke dunia, masuk dalam badan salah satu hewan. Karena ajarannya itu, orang-orang menyindirnya dengan sebuah cerita bahwa pada suatu hari pythagoras sedang berjalan-jalan. Tampak olehnya seorang memukul anjing, sehingga anjing itu menjerit-jerit. Lalu ia berkata, ”Hai sanak, jangan dipukul anjing itu, di dalamnya ad jiwa seorang sahabatku, terdengar olehku dari jeritanyya”
Menurut kepercayaan pythagoras, manusia itu asalnya Tuhan. Jiwa itu adalah penjelmaan dari Tuhan yang jatuh ke dunia karena berdosa. Ia akan kembali ke langit ke dalam lingkungan Tuhan bermula, apabila sudah habis dicuci dosanya itu. Hidup murni adalah jalan untuk menghapus dosanya itu. Akan tetapi, prosesnya tidak tercapai sekaligus, melainkan berangsur-angsur. Sebab, jiwa itu berulang-ulang turun ke tubuh makhluk dahulu. Dengan jalan begitu, dari setingkat demi setingkat, ia mencapai kemurnian. Untuk mencapai hidup murni, orang wajib makan daging kacang yang sudah matang. Menurut kepercayaan itu, Pythagoras menjadi penganjur vegetrinisme, memkan sayur-myur dan buah-buahan saja.
Pythagoras mengajarkan filsfatnya dengan lisan. Kebenaran bagi pythagoras adalah keseimbangn antara roh dan jiwa, jasmani dan rohani. Ajarannya diakui kebenaraannya oleh seluruh muridnya. Jika ada yang mengatakan ”tidak benar”, itulah kebenarannya. Oleh karena itu, kebenaran bersifat positif dan negatif. Benar tentang benarnya kebenaran sesuatu dan benar tentang ketidakbenaran sesuatu.
Pythagoras dikenal sebagai seorang ahli dalam dunia mistik, seorang filosof, dan ahli dalam ilmu matematik dan ilmu berhitung. Dialah orang pertama yang mengemukakan teori dan hal angka-angka yang menjadi dasar ilmu berhitung. Karena dialah, orang menyadari bahwa berhitung itu bukan saja kecakapan menghitung seperti yang dikerjakan sehari-hari. Orang yang belajar matematik mengenal segi-segi pythagoras.
Falsafah pemikiranny banyak diilhami oleh rahasia angka-angk. Ia beranggapan bahwa hakikat dari segala sesuatu adalah angka. Benda dari benda lain dibatasi oleh angka. Kita menentukan segala sesuatu dengan bilangan. Batas, bentuk, dan angka dalam pengertian pythagoras adalah sesuatu yang sama. Segala sesuatu dalam alam raya tidak tertentu dan tidak menentu, benda atau materi adalah sesuatu yang tidak tertentu, segala hal setelah memiliki batas bentuk dan angka akan menjadi tentu dan pasti. Dunia angka adalah dunia kepastian dan dunia ini erat hubungannya dengan dunia bentuk. Ilmu angka dan ilmu bentuk adalah satu-satunya ilmu pasti (pure matehmathics).
Ajaran pythagoras tersebut tampaknya dirasakan terlalu tinggi oleh par pengikutnya. Hal ini terbukti dengan adanya perpecahan diantara mereka. Satu golongan hanya memperdalam ilmunya dan mengabaikan ajaran agmanya, sedngkan golongan lain tidak tertarik akan ilmu tentang angka-angka tersebut, tetapi mereka lebih tertarik untuk menempuh jalan menyucikan roh, dengan hidup bersahaja, berjalan tanpa alas kaki, dan tidak makan daging kacang, dn ikan. (Juhaya S. Pradja, 2000 : 55 – 56)

5.      Herakleitos
Herakleitos (540 – 480 SM) dilahirkan di Epheros dari suatu keluarga yang tergolong aristokrat. Ia mempunyai watak tidak mengenal kompromi dan sangat ekstreem dalam menentang demokrsi. Dia sangat bebas mengemukakan pendapatnya, terutama dalam hal mencela orang lain, bahkan tidak segan-segan, ia menghina orang-orang terkemuka yang dijunjung tinggi oleh banyak orang, seperti : Humeros, Arkhilokhes, hesiodos, pythagoras, Xanophaeus, hekataios, dan lain-lain.
Oleh sebab itu, tidak heran kalau ia tidak mau menerima pendapt filosof-filosof sebelumnya, dan mempunyai pandangan sendiri dalam filsafat. Klau filosof-filosof Lonia tertarik pada masalah substansi yang menjadi asal atau sebab dari alam dan filosofi Pythagoras tertrik pada masalah bentuk dan hubungan-hubungannya dalam alam yang bersifat kuantittaif, maka Herakleitos tertarik pada masalah perubahan-perubahan yang terjadi dalam alam (problem of changing of becoming). Herakleitos sangat terpengruh oleh kenyataan bahwa alam ini menglami perubahan terus menerus, sehingga terjadilah pluralitas dalam alam ini.
Menurut Herakleitos, tidak ada satu pun di alam ini yang bersifat tetap atau permanen. Apa yang kelihatan tetap, sebenarnya ia berada di dalam proses perubahan yang tiada henti-hentinya. Adapun ucapan-ucapan Herakleitos yang sangat terkenal yang menggambarkan pandangan filsafatnya, seperti : Pan tarhei kai uden menei, semuanya mengalir dan tidak ada satupun yang tinggal menetap. Engkau tidak bisa turun dua kali ke dalam sungai yang sama. Matahari adalah baru setiap hari.[3]
Herakleitos berkeyakinan bahwa api adalah elemen utama dari segala sesuatu yang timbul. Api merupakan lambang dari perubahan-perubahan dalam alam ini, sebab nyala api selalu memakan bahan bakar yang baru, dan bahan bakar senantiasa berubah menjadi asap dan abu.
Sungguhpun mempunyai pandangan sendiri yang berlainan dari pendirian par filosof sebelumnya, ia juga terpengaruh oleh alam pikir filosof alam dari Miletos. Ia juga menyatakan bahwa asal segala sesuatu hanyalah satu anasir, yakni api. Api itu lebih dari daripada air dan udara, dan setiap orang dapat melihat sifatnya yang mudah bergerak dan mudah bertukar rupa. Api membakar semuanya, menjadikan semuanya api dan akhirnya menukarnya lagi jadi abu. Semuanya bertukar menjadi api dan api bertukar menjadi semuanya. Yang kemudian ini dapat dilihat pada panas matahari yang menjadi syarat hidup bagi manusia, binatang dan tumbuh-tumbuhan.
Herakleitos memandang api sebagai anasir yang asal. Pandangannya itu semata-mata tidak terikat pada alam eksternal, alam besar, seperti pandangan filosof-filosof Miletos. Anasir yang asal itu dipandangnya pula sebagai kiasan dari segala kejadian. Api yang selalu bergerak dan berubah rupa itu menyatakan, bahwa tak ada yang tenang dan tetap. Yang ada hanya pergerakan senantiasa. Tidak ada yang boleh disebut ada, melainkan menjadi. Semuanya itu dalam kejadian.
Pandangan Herakleitos tentang keabadian adalah bermula dari pahamnya tentang ketiadaan yang abadi atau keabadian itu sendiri. Sebagaimana tiada yang tetap artinya tiada abadi, atau sebaliknya ketidaktepatan dan perubahan merupakan keabadian. Alam ini terus bergerak sebagai wujudnya yang abadi, dan karena gerakannya tidak berhenti sehingga keabadian itu rasional adanya.
Dia berpandangan bahwa perubahan itu dikuasai oleh hukum dunia yang satunya yaitu logos (pikiran). Orang yang mengetahui hukum dunia tentu akan bertindak menyatukan hukum itu. Seperti halnya logos menguasai dunia, perbuatan manusia akan dikuasai oleh akalnya. Hukum dalam alam besar tidak berbeda dengan hukum dalam alam kecil kita, yaitu hukum dnia yang satu tersebut. Logoslah yang menjadi dunia bergerak dan karena itulah, hukum dunia menurut irama yang tetap (Ahmad Syadali dan Mudzakir, 2004 : 51 – 53)

6.      Perminides
Perminides adalah seorang filosof Elea yang dilahirkan pada tahun 540 M. Ia terkenal sebagai seorang yang besar. Ia ahli politik dan pernah memangku jabatan pemerintah. Akan tetapi, bukan karena itu, ia terkenal melainkan karena ia terkenal sebagai ahli pikir yng melebihi siapa saja pada masanya. Filsafatnya : yang realitas dalam alam ini hanya satu, tidak bergerak, tidan berubah dasar pemikirannya, yang ada itu ada, mustahil tidak ada. Perubahan itu berpindah dari ada menjadi tidak ada, itu mustahil, sebagaiman mustahilnya yang tidak ada menjadi ada. Konsekuensi dari pandangan demikian ialah :
a.  Bahwa ”yang ada” adalah satu dan tidak terbagi, karena itu pluralitas tidak mungkin ada
b. Bahwa ”yang ada” itu tidak dijadikan, dan tidak akan dimusnahkan (dihilangkan). Dengan kata lain, ”yang ada” itu bersifat kekal dan tidak terubahkan
c. Bahwa ”yang ada” itu sempurna, tidak ada sesuatu yang dapat ditambahkan padanya, dan tidak ada sesuatu yang dapat diambil darinya
d.  Bahwa ”yang ada” itu mengisi segala tempat, sehingga tidak ada ruang yang kosong sebab kalau ada ruang kosong, ”yang ada” akan ada dalam pergerakan, dan pergerakan berarti perubahan. Hal serupa ini tidak mungkin” (Juhaya S.Pradja, 2000 : 57)
Sebagai ahli pikir yang brilian dan tidak tertandingi pada zamannya, Perminides mengatakan bahwa kebenaran adalah satu, namun berbeda-beda, bergantung pada subjek yang mengatakannya. Ada kebenaran yang dikatakan dengan rendah hti dan ada kebenaran yang disampaikan dengan cara teror dan paksa. Dan cara kedua berlaku dari zaman dahulu hingga zaman modern. Orang banyak tidak diajak berdiri sama tinggi dan duduk sama rendah dalam menghadapi masalah-masalah yang serba tidak ada kepastian. Mereka lebih suka dimanja dengan cerita khayal yang menyenangkan daripada pada kenytaan yang phit (Mohammad Hatta, 1986 : 15 – 17)
Perminides mengatakan bahwa segala kebenaran dapat dicapai dengan akal dan logika. Yang ada adalah ada, dan yang tak ada adalah tk ada. Yang tak mungkin tidak ada, dan yang tak da mustahil menjadi ada. Dunia ini tidak bertambah dan tidak berkurang. Perubahan yang tampak adalah tipuan belaka. ”Kau tak dapat mengetahui apa yang tak ada, ini adalah mustahil, dan tak juga kau dapat mengatakanny, karena yang dapat kau pikir dan yang bisa adalah barang yang tak berlainan”. Perminides menganggap bahwa di dunia tak ada barang barunya, tidak ada barang lahir keduanya, dan tidak ada barang menghilang dari dunia.
Perminides adalah seorang tokoh relativisme yang penting, kalau bukan yang terpenting. Perminides dikatakan sebagai logikawan pertama dalam pengertian sejarah filsafat, bahkan dapat disebut filosof pertama dalam pengertian modern. Sistemnya secara keseluruhan  disandarkan pada deduksi logis, tidak seperti Herakleitos, misalnya, yang menggunakan metode intuisi. Ternyata, Plato amat menghargai metode Perminides, dan Plato lebih banyak mengambil dari Perminides dibandingkan dengan dari filosofi lain pendahulunya. (Ahmad Mudzakir, 2004 : 55)
Ajaran Perminides, yang berbasis kepada yang satu dan tetap, bertentangan dengan ajaran Herakleitos. Pertentangan itu tampak pula pada paham keduniaan mereka. Herakleitos adalah nabi dari yang bergerak senantiasa, yang selalu dalam kejadian. Perminides adalah nabi dari yang tetap, yang tidak berubah-ubh. Bangun dunia Herakleitos dinamis, sedangkan bangun dunia Perminides statis.
Ajaran Perminides mendapat pertentangan dari filosofi di zamannya. Pandangannya tentang yang satu dan tetap banyak ditentang karena tidak realistik. Untuk penangkis serangan-serangan lawannya itu, muncul ke muka murid-muridnya, seperti Zeno dan Lelissos (Mohammad Hatta, 1986 : 23, Ahmad Syadali, 2004 : 55 – 56)

7.      Leukoppis
Leukippos (+ 540 SM) adalah seorang ahli pikir yang pertama kali mengajarkan tentang atom. Menurut pendapatnya, tiap benda terdiri dari atom. Atom dalah benda yang sangat kecil sehingga tak dapat dibagi-bagi lagi. Karena kecilnya atom itu tidak kelihatan, tetapi tetap ada, tidak hilang dan tidak berubah-ubah. Ia bergerak terus tidak henti-hentinya.
Dasar teori tentang atom ialah rumus tentang ”yang penuh yang korong”. Atom dinamainya yang penuh sebagai benda betapa pun kecilnya dan bertubuh. Setiap yang bertubuh mengisi lapangan yang kosong. Jadi, di sebelah yang penuh dan yang kosong itulah kejadian alam ini. Keduanya yang penuh dan yang kosong mesti ada sebab kalau tak ada yang kosong atom iru tak dapat bergerak
Paham Leukippos bahwa atom itulah yang ada, tetap tak berubah-ubah, dipengaruhi oleh teori gurunya Perminides (aliran Elea), sedangkan pahamnya bahwa atom itu banyak dan bergerak dipengaruhi oleh Herakleitos. Rupanya Leukippos akan melakukan kompromi dari dua teori yang bertentangan itu.
Seperti Perminides, ia menyatakan tidak mungkinnya ada penciptaan dan pemusnahan mutlak, tetapi tidak  ingin menolak kenyataan tentang banyak, bergerak, lahir ke dunia dan menghilang yang tampak pada segala sesuatu. Banyak, gerak, lahir dan hilang tidak mungkin kita phami tanpa adanya tidak ada. Dalam hal ini, ia sependapat dengan Perminides. Namun, ia menambahkan bahwa tidak ada mempunyai arti pula sebagaimana ada. Being berarti pemenuhan ruang, berarti pula penuh, nonbeing berarti kekosongan. (Ahmad Syadali dan Mudzakir, 2004 : 57)
Pandangan ontologis dari Leukippos tidak berbeda jauh dengan Perminides. Semua pada hakikatnya adalah hakikat, dan semua yang ada adalah hakikat. Hakikat itu ada yang ada dan yang tiada. Keberadaan dengan ketiadaan wujud aslinya sama, hanya realitasnya yang berbeda. Oleh karena itu, tidak akan ada yang tidak ada, karena ada dan tidak ada sebagai hukum alam yang sebenarnya.

8.      Demokritos
Eduard Teller (460 – 360 SM), seorang komentatir filsafat Yunani dari Jerman, berpendapat, ”democritus was a universal mind who embraced the whole of the philosophical knowledge of his tima, and in this respect can be compared only with Aristotle”
Dalam hidupnya, ia banyak mengadakan perjalanan ke Mesir, Babylonia, Persia, akhirnya ke Athena. Dengan semangat seorang idealis besar di semua zaman, E. Zeller menambahkan, i mengabdi hidupnya untuk penyelidikan dan berpandangan bahwa lebih baik menemukan hubungan sebab akibat dalam ilmu alam daripada menerima mahkota kerajaan terbesar di dunia.
Demokritos berpandangan bahwa segala sesuatu mengandung “penuh” dan “kosong”. Jika mau menggunakan pisau, kita harus menemukan ruang kosong supay dapat menembus. Jika apel itu tidak mengandung keosongan, ia tentu sangat keras dan tidak dapat secara fisik dibelah. Adapun bagian yang penuh dari segala sesuatu dapat dibagi-bagi menjadi titik-titik yang tak terbatas jumlahnya, dan karena kecilnya, ia tidak dapat ditangkap oleh pancaindera. Bagian kecil-kecil itu tak dapat dibagi dan tidak mengandung kekosongan. Ia bernama atomos, artinya, tak dapat dibagi. Atomos ini tidak lahir dan hilang, ia sangat homogen, satu dari ruang lain tidak berbeda, kecuali dalam bentuk dan besarnya, tak berubah-ubah sifatnya, kecuali hanya dalam letknya, lahir dan hilangnya suatu benda bergantung kepada bersatu atau berpisah-pisahnya atom-atom itu. Letak, bentuk dan besar kecilnya atom menentukan sifat-sifat benda. Atom-atom itu dalam keadaan bergerak selamanya, sebagaimana geraknya titik-titik debu yang dapat dilihat dalam berkas sinar matahari di udara yang tak berangin. Gerak itu terjadi tidak karena akal, ia terjadi secara mekanis.[4]
Demokritos adalah murid Leukipos dan sama dengan pendapat gurunya bahwa alam ini terdiri dari atom-atom yang bergerak-gerak tanpa akhir, dan jumlahnya sangat banyak.
Atom adalah benda yang bertubuh meskipun sangat halus. Diantara atom-atom yang banyak itu terdapat yang kosong dimana atom-atom bergerak. Demokritos sependapat dengan Herakleitos bahwa anasir yang pertama adalah api. Api terdiri dari atom yang sangat halus, hitam dan bulat. Atom apilah yang menjadi dasar dalam segala yang hidup. Atom api adalah jiwa.
Jiwa itu tersebar ke seluruh badan kita, yang menyebabkan badan kita bergerak. Waktu menrik napas, kita tolak ia keluar. Kita hidup hanya selama kita bernapas. Demikianlah  Demokritos menjadi atom sebagai asas, hidup penglihatan, perasaan dan pendengaran, semua timbul dari gerak atom. (Ahmad Syadali dan Mudzakir, 2004:58)

9.      Zeno
Zenol lahir tahun 490 SM di Elea. Ia menjadi terkenal karena ketangkasan perkataan dan ketajaman pikirannya. Zeno termasuk salah seorang dari murid-murid Perninides.Ia mempertahankan filsafat gurunya tidak dengan menyambung keterangan atau menambahkannya, melainkan dengan mengembalikan keterangan terhadap dalil-dalil orang-orang yang membantah pendapat gurunya ia menyatakan jika keterangan orang yang membantah dinyatakan salahnya pendirian gurunya (Perminides) benar dengan sendirinya. Oleh banyak filosof, ia dianggap banyak merelatifkan kebenaran yang telah mapan. Misa dan dalam memperbincangkan anak panah yang meluncur dari busurnya, Zeno mengatakan diam. Diam ialah bila suatu benda pada suatu saat berada di suatu tempat. Sebagaimana anak panah yang berada di suatu tempat, anak panah itu diam. Ini khas logika. Kita dengan jelas menyaksikan bahwa anak panah itu. bergerak dengan cepat. Siapa yang benar? Yang mengatakan bergerak atau yang mengatakan diam ? Itu relatif, kedua-duanya benar bergantung pada cara membuktikannya. Contoh lain seperti pernyataan ia tentang suara (pendengaran). Ia berkata bahwa jika sekarung gandum yang jatuh berbunyi, tiap-tiap biji gandum itu, betapa juga kecilnya, mesti pula berbunyi. Akan tetapi, jika sebutir gandum tiada berbunyi kalau jatuh, sekarung gandum yang jatuh pun tiada berbunyi pula. Sebab, karung gandum tak lain dari jumlah butir gandum di dalamnya.
Terhadap paham yang mengatakan, yang bergerak itu ada, Zeno mengemukakan empat pasal :
1.  Suatu gerakan tidak bisa bermula, sebab tiap-tiap badan tidak bisa sampai kepada suatu tempat atau titik yang dilalumiya
2.  Achilleus yang cepat seperti kilat tidak bisa mengejar penyu, yang begitu lambat jalannya. Sebab apabila ia tiba di tempat penyu tadi, dia sudah maju lagi sedikit ke muka
3.  Anak panah yang dipanahkan dari busurnya tidak bergerak, tetapi berhenti. Sebab, setiap saat ia berada pad satu tempat. Ada pada satu tempat sama artinya dengan berhenti.
4.  Setengah waktu sama dengan sepenuh wkt, Sebab; suave bdug yang bergerak terhadap suatu badan akan melalui panjang badan itu dalam setengah waktu atau sepenuh waktu. Dalam sepenuh waktu, apakah bergerak soma cepatnya ke arah yang bertentangan.[5]
Sikap yang dipakai oleh Zeno ialah meneruskan keterangan lawannya sampai selanjutnya sehingga bertentangan satu sama lain. Uraiannya itu rupanya seperti bertele-tele. Akan tetapi, jika diperiksa lebih dalam, ia menunjukkan berbagai kesukaran dalam logika.
Dalil pedama atau ketiga yang ditemukannya untuk meniadakan yang bergerak. Suatu badan yang bergerak juga dalam keadaan berhenti, karena yang mengatakan bahwa barang yang ada pada satu tempat itu berhenti. Tidak dapat dibantah. Bahwa barang yang bergerak setiap saat pula pada suatu.tempat yang tertentu sukar pula membantahnya. Bergerak yaitu melalui jalan dalam waktu. Sebab itu, setiap saat sekalipun seperseribu detik lamanya, badan yang bergerak itu ada pada satu tempat sepanjang jalan yang dilaluinya. (Ahmad dan Mudzakir, 2004 : 62-64)
Sebagai murid Perminides, Zeno cukup ulet dalam mempermainkan logika. Hanya bagi orang-orang yang kurang cerdas yang akan merasakan bingung memainkan keterampilan kata-kata Yang diuntainya seperti pernyataan bahwa anak -panah dilepaskan dari busurnya akan diam di suatu-tempat Yang pada saat tertentu ia senantiasa berada di tempat tertentu. Oleh karena itu, anak panah itu sebenamya diam, karena tidak mungkin berada di dua tempat dalam waktu yang bersamaan.

10.  Gorgias
Gorgias (427 SM) seorang filosof yang berpandangan bahwa : Pertama, tidak ada yang ada, maksudnya realitas itu sebenarnya tidak ada. Kita harus mengatakan bahwa realitas itu tunggal dan banyak, terbatas dan tak terbatas, dicipta dan tak dicipta.
Gorgias dalam akhir kesimpulan pemikirannya selalu paradoks karena ia harus mengatakan bahwa realitas itu tunggal dan banyak, terbatas dan tak terbatas dicipta dan tak dicipta. Karena kontradiksi tidak dapat diterima dalam pemikiran, menurut Gorgias, pemikiran lebih bik tidak menyatakan apa-apa tentang realitas (Ahmad Syadali dan Mudzakir, 2004 : 64)
Kedua, akal tidak juga mampu menyakinkan kita tentang bahan alam semesta ini, karena kit telah dikungkung oleh dilema subjektif. Orang berpikir sesuai dengan kemauan dengan idea kita yang sesuai dengan fenomena. Karena demikian, proses ini tidak akan menghasilkan kebenaran.
Ketiga, ia menegaskan, sekalipun realitas itu dapat kita ketahui, ia tidak akan dapat diberitahukan kepada orang lain. Dari sini, ia memperlihatkan kekurangan bahasa untuk menyebutkan isi pengetahuan itu, atau dengan kata lain, kata-kata tidak mempunyai pengertian absolut, dan kata-kata hanya mempunyai pengertian relatif. Dengan demikian, ia tidak pernah menjwab persoalan secara final (Ahmad Syadali dan Mudzakir, 2004 : 65)
Terdapat perbedaan pemikiran antara ajaran Gorgias dan ajaran pythagoras. Meskipun keduanya meniadakan kebenaran umum, pythagoras berkata, ”Tiap-tiap pendirian salah”. Setiap orang berkata benar, sebab setiap orang boleh benar. Tidak ada kebenaran yang umum, tetapi semua orang berkata benar. Benar milik bersama, seseorang telah berpendirian benar. Nah, pusing, bukan ?



[1] Hakim, Atang Abdul dan Beni Ahmad Soebani, 2008, Filsafat Umum, Bandung Pustaka Setia, hal 150
[2] Hakim, Atang Abdul dan Beni Ahmad Soebani, 2008, Filsafat Umum, Bandung Pustaka Setia, hal 153
[3] Bhtiar Amsal. 2007. Filsafat Ilmu, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, hal 24
[4] Hakim, Atang Abdul, dan Beni Ahmad Soebani, 2008. Filsafat Umum, Bandung : Pustaka Setia, hal 169
[5] Hakim, Abdul dan Beni Ahmad Soebari, 2008. Filsafat Umum, Bandung, Pustaka Setia, hal 171
Read more