Jumat, 24 Juni 2011

Konsep Teori Sikap

Konsep Teori Sikap

Sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan sedangkan sikap seseorang terhadap suatu obyek adalah perasaan mendukung atau memihak (favorable) maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak (unfavorable) pada obyek tersebut (Azwar, 2005: 5).
Sikap adalah reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau obyek (Notoatmodjo, 2007: 124). Sikap adalah pandangan atau perasaan yang disertai kecenderungan untuk bertindak sesuai dengan sikap obyek tadi. Jadi sikap senantiasa terarah terhadap suatu hal, suatu obyek, tidak ada sikap yang tanpa obyek. Manusia dapat mempunyai sikap terhadap bermacam-macam hal.
Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku yang terbuka. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap obyek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap obyek.

A. Komponen Pokok Sikap

Sikap mempunyai tiga komponen pokok, yaitu :
a. Kepercayaan (keyakinan, ide dan konsep terhadap suatu objek). Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek.
b. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu obyek.
c. Kecenderungan untuk bertindak.
Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang penting dalam pembentukan sikap utuh (Notoatmodjo, 2007: 125)

B. Tingkatan Sikap

Seperti halnya pengetahuan, sikap terdiri dari berbagai domain, yaitu :
a. Menerima (receiving), yaitu bahwa orang atau obyek mau dari memperhatikan stimulus yang diberikan.
b. Merespon (responding), yaitu memberikan jawaban apabila ditanya mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari suatu sikap.
c. Menghargai (valuing), mengajar orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah.
d. Bertanggung jawab (responsible), yaitu bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko adalah merupakan sikap yang paling tinggi.

C. Pembentukan Sikap

Diantara berbagai faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap adalah pengalaman pribadi, kebudayaan orang lain yang dianggap penting, media massa, institusi atau lembaga pendidikan dan lembaga agama, serta faktor emosi dalam diri individu (Azwar, 2005: 30). Berikut ini akan diuraikan peranan masing-masing faktor-faktor tersebut dalam ikut membentuk sikap manusia.
a. Pengalaman pribadi
Apa yang telah dan sedang kita alami ikut membentuk dan mempengaruhi penghayatan kita terhadap stimulus. Tanggapan akan menjadi salah satu dasar terbentuknya sikap, untuk dapat mempunyai tanggapan dan penghayatan seseorang harus mempunyai pengalaman yang berkaitan dengan obyek psikoligis. Apakah penghayatan itu kemudian akan membetuk sikap positif atau negatif tergantung dari berbagai faktor.
b. Pengaruh orang lain yang dianggap penting
Orang lain disekitar kita merupakan salah satu diantara komponen yang ikut mempengaruhi sikap. Pada umumnya individu cenderung untuk memiliki sikap yang konformis atau searah dengan sikap orang yang dianggap penting. Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan berafiliasi dan keinginan untuk menghindari konflik dengan orang lain yang dianggap penting tersebut.
c. Pengaruh kebudayaan
Kebudayaan dimana seseorang hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap seseorang. Seseorang mempunyai pola sikap dan perilaku tertentu dikarenakan mendapat reinforcement (penguatan, ganjaran) dari masyarakat untuk sikap dan perilaku tersebut. Wujud kebudayaan menurut Koentjaraningrat (1990) ada tiga, diantaranya yaitu suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai, norma-norma , peraturan dan sebagainya, dan suatu kompleks aktivitas serta tindakan yang berpola dari manusia dalam masyarakat. Kebudayaan mempunyai pengaruh yang sangat besar bagi manusia dan masyarakat. Bermacam kekuatan harus dihadapi oleh masyarakat dan angota-anggotanya.
d. Media massa
Sebagai sarana komunikasi berbagai bentuk media massa mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan orang. Dalam menyampaikan informasi sebagai tugas pokoknya, media massa membawa pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan berpikir kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut. Apabila cukup kuat, akan memberi dasar efektif dalam menilai sesuatu hal, sehingga terbentuklah arah sikap tertentu.
e. Lembaga pendidikan dan lembaga agama
Lembaga pendidikan dan lembaga agama sebagai suatu sistem mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap, dikarenakan keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu. Pemahaman akan baik dan buruk, garis pemisah antara sesuatu yang boleh dan tidak boleh dilakukan, diperoleh dari pendidikan dan dari pusat keagamaan serta ajaran-ajarannya.
f. Pengaruh faktor emosional
Tidak semua bentuk ditentukan situasi lingkungan dan pengalaman pribadi seseorang. Kadang-kadang sesuatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai pengalaman frustasi atau peralihan bentuk mekanisme pertahan ego, sikap demikian dapat merupakan sikap yang sementara dan segera berlalu begitu frustasi telah hilang akan tetapi dapat pula merupakan sikap yang lebih persisten dan lebih lama.

D. Pengukuran Sikap

Salah satu aspek yang sangat penting guna memahami sikap dan perilaku manusia adalah masalah pengungkapan (assessment) atau pengukuran (measurement) sikap (Azwar, 2005: 87). Metode pengungkapan sikap dalam bentuk self-report yang hingga kini dianggap sebagai paling dapat diandalkan adalah dengan menggunakan daftar pernyataan-pernyataan yang harus dijawab oleh individu yang disebut sebagai skala sikap. Meode rating yang dijumlahkan populer dengan nama penskalaan model Likert yaitu merupakan metode penskalaan pernyataan sikap yang menggunakan ditribusi respons sebagai dasar penentuan skalanya.

Prosedur penskalaan dengan metode rating yang dijumlahkan didasari oleh dua asumsi, yaitu :
a. Setiap pernyataan sikap yang telah ditulis dapat disepakati sebagai termasuk pernyataan yang favorabel atau pernyataan yang tak favorabel
b. Jawaban yang diberikan oleh individu yang mempunyai sikap positif harus diberi bobot atau nilai yang lebih tinggi daripada jawaban yang diberikan oleh responden yang mempunyai sikap negatif.
Skor jawaban pada pernyataan sikap positif yaitu :
a. Sangat setuju (SS) jika responden sangat setuju dengan pernyataan kuisioner, dan diberikan skor 5.
b. Setuju (S) jika responden setuju dengan pernyataan kuisioner, dan diberikan skor 4.
c. Entahlah (E) jika responden setuju maupun tidak setuju dengan pernyatan kuisioner, dan diberikan skor 3.
d. Tidak setuju (TS) jika responden tidak setuju dengan pernyataan kuisioner, dan diberikan skor 2.
e. Sangat tidak setuju (STS) jika responden sangat tidak setuju dengan pernyataan kuisioner, dan diberikan skor 1.

Skor jawaban pada pernyataan sikap negatif yaitu :
a. Sangat setuju (SS) jika responden sangat setuju dengan pernyataan kuisioner, dan diberikan skor 1.
b. Setuju (S) jika responden setuju dengan pernyataan kuisioner, dan diberikan skor 2.
c. Entahlah (E) jika responden setuju maupun tidak setuju dengan pernyatan kuisioner, dan diberikan skor 3.
d. Tidak setuju (TS) jika responden tidak setuju dengan pernyataan kuisioner, dan diberikan skor 4.
e. Sangat tidak setuju (STS) jika responden sangat tidak setuju dengan pernyataan kuisioner, dan diberikan skor 5.

0 comments: