Selasa, 26 Juli 2011

Ontologi


Ontologi


  A.Pengertian

Ontologi merupakan salah satu diantara lapangan penyelidikan kefilsafatan yang paling kuno. Awal mula alam pikiran Yunani telah menunjukkan munculnya perenungan dibidang ontology. Dalam persoalan ontology, orang menghadapi persoalan bagaimanakah kita menerangkan hakikat dari segala yang ada ini ?. Pembahasan tentang ontology sebagai dasar ilmu yang berusaha untuk menjawab “apa” yang menurut Aristoteles merupakan The First Philosophy dan merupakan ilmu mengenai esensi benda.
Secara harfiyah, ontology adalah cabang metafisika yang membicarakan watak realitas tertinggi atau wujud.( M.Dahlan Al Barry,1994 : 542 ).
Kata ontology berasal dari perkataan Yunani : on = being, dan logos = logic. Jadi, ontology adalah The Theory of Being Qua Being ( teori tentang keberadaan sebagai keberadaan ). Louis O. Kattsoff dalam Elements of Filosophy mengatakan, ontology itu mencari ultimate realitas dan menceritakan bahwa diantara contoh pemikiran ontology adalah pemikiran Thales, yang berpendapat bahwa airlah yang menjadi ultimate subtance yang mengluarkan semua benda. Jadi asal semua benda hanya satu saja yaitu air.
Noeng Muhadjir dalam bukunya Filsafat Ilmu mengatakan, ontology membahas tentang yang ada, yang tidak terikat oleh satu perwujudan tertentu. Sedangkan menurur Jujun S. Suriasumantri dalam Pengantar Ilmu Dalam Perspektif mengatakan, ontology membahas apa yang ingin kita ketahui, seberapa jauh kita ingin tahu atau dengan perkataan lain, suatu pengkajian mengenai teori tentang “ada’.
Dari beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa :
1.    Menurut bahasa, ontology berasal dari kata on / ontos = ada, dan logos = ilmu. Jadi, ontology adalah ilmu tentang yang ada.
2.    Menurut istilah, ontology adalah ilmu yang membahas tentang hakikat yang ada, yang berbentuk jasmani/konkret maupun rohani/abstrak.
Term ontology pertama kali diperkenalkan oleh Rudolf Goclenius pada tahun 1636 M, untuk menamai tentang hakikat yang ada yang bersifat metafisis. Dalam perkembangannya, Christian Wolff ( 1679 – 1754 M ) membagi metafisika menjadi dua, yaitu metafisika umum dan metafisika khusus. Metafisika umum dimaksudkan sebagai istilah lain dari ontology. Dengan demikian, metafisika umum atau ontology adalah cabang filsafat yang membicarakan prinsip yang paling dasar atau paling dalam dari segala sesuatu yang ada. Sedang metafisika khusus masih dibagi lagi menjadi kosmologi, psikologi dan teologi.( Amsal Bahtiar, 2004 :135 ).

B.     Paham – paham dalam ontology - metafisika

Adapun paham – paham dalam ontology adalah sebagai berikut :
1.      Monoisme
Paham ini menganggap bahwa hakikat yang asal dari seluruh kenyataan itu hanyalah satu saja, tidak mungkin dua. Paham ini terbagi ke dalam dua aliran :
a.       Materialisme
Aliran ini menganggap bahwa sumber yang asal itu adalah materi, bukan ruhani. Aliran ini sering juga disebut naturalisme. Menurutnya bahwa zat mati merupakan kenyataan dan satu – satunya fakta. Yang ada hanyalah materi, yang lainnya jiwa atau ruh tidaklah merupakan satu kenyataan yang berdiri sendiri. Jiwa atau ruh itu hanyalah merupakan akibat dari proses gerakan kebenaran dengan salah satu cara tertentu.
Kalau dikatakan bahwa materialisme sering disebut naturalisme, sebenarnya ada sedikit perbedaan diantara dua paham itu. Namun, materialisme dianggap suatu penampakan diri dari naturalisme. Naturalisme berpendapat bahwa alam saja yang ada, yang lainnya di luar alam tidak ada. Yang dimaksud alam di sini adalah segala – galanya, meliputi benda dan ruh. Jadi benda dan ruh sama nilainya dianggap sebagai alam yang satu. Sebaliknya, materialisme menganggap ruh adalah kejadian dari benda. Jadi tidak sama nilai benda dan ruh seperti dalam naturalisme.( Amsal Bahtiar, 2004 : 136 ).
Dari segi dimensinya, paham ini sering dikaitkan dengan teori Atomisme. Menurut teori ini semua materi tersusun dari sejumlah bahan yang disebut unsure yang bersifat tetap, tak dapat dirusakkan. Bagian terkecil dari unsure itulah yang dinamakan atom. Aliran pemikiran ini dipelopori oleh bapak filsafat yaitu Thales ( 624 – 546 S.M ), ia berpendapat bahwa unsure asal adalah air karena pentingnya bagi kehidupan. Prinsip – prinsip materialisme ini juga dikembangkan oleh ahli filsafat lain seperti Democritos ( 460 – 370 S.M ), dia berpendapat bahwa hakikat alam ini merupakan atom – atom yang banyak jumlahnya, tak dapat dihitung dan amat halus. Atom – atom inilah yang merupakan asal kejadian alam. ( Jujun S.Suriasumantri, 1996 : 64 ).
b.      Idealisme
Sebagai lawan materialisme adalah aliran idealisme yang disebut juga dengan spiritualisme. Idealisme bearti serba cita, sedang spiritualisme berarti serba ruh. Idealisme diambil dari kata “Idea”, yaitu sesuatu yang hadir dalam jiwa. Aliran ini beranggapan bahwa hakikat kenyataan yang beraneka ragam itu semua berasal dari ruh ( sukma ), yaitu sesuatu yang tidak berbentuk dan menempati ruang. Materi atau zat itu hanyalah suatu jenis dari pada penjelmaan ruhani.
Dalam perkembangannya, aliran ini ditemui pada ajaran Plato ( 428 – 348 ) dengan teori idenya. Menurutnya, tiap – tiap yang ada di alam mesti ada idenya, yaitu konsep universal dari tiap sesuatu.( Amsal Bahtiar, 2004 : 139 ).
Alam nyata yang menempati ruang ini hanyalah berupa bayangan saja dari alam ide itu. Jadi idelah yang menjadi hakikat sesuatu, menjadi dasar dari wujud sesuatu.

2.      Dualisme
Aliran ini berpendapat bahwa benda terdiri dari dua macam hakikat sebagai asal sumbernya, yaitu hakikat materi dan hakikat ruhani, benda dan ruh, jasad dan spirit. Kedua macam hakikat itu masing – masing bebas dan berdiri sendiri, sama – sama azali dan abadi. Hubungan keduanya menciptakan kehidupan di alam ini. Contoh yang paling jelas tentang adanya kerjasam kedua hakikat ini adalah dalam diri manusia. ( Amsal Bahtiar, 2004 : 142 ).
Tokoh paham ini adalah Descartes ( 1596 – 1650 M ) yang dianggap sebagai bapak filsafat modern. Ia menamakan kedua hakikat itu dengan istilah dunia kesadaran ( ruhani ) dan dunia ruang ( kebendaan ). Paham ini terkenal dengan rasionalisme, yaitu paham filsafat yang mengatakan bahwa akal ( reason ) adalah alat terpenting dalam memperoleh pengetahuan dan mengetes pengetahuan.
Umumnya manusia tidak akan mengalami kesulitan untuk menerima prinsip dualisme, karena setiap kenyataan lahir dapat segera ditangkap oleh panca indera kita, sedang kenyataan batin dapat segera diakui adanya oleh akal dan perasaan hidup.
3.    Pluralisme
Paham ini berpandangan bahwa segenap macam bentuk merupakan kenyataan. Dikatakan pula bahwa kenyataan alam ini tersusun dari banyak unsur, lebih dari satu atau dua entitas. Tokoh aliran ini pada masa Yunani kuno adalah Anaxagoras dan Empedocles yang mengatakan bahwa substansi yang ada itu terbentuk dan terdiri dari 4 unsur, yaitu tanah, air, api dan udara. Tokoh modern aliran ini adalah William James (1842 – 1910 M) dari New York yang terkenal sebagai seorang psikolog dan Filosof Amerika. Menurutnya, kenyataan terdiri dari banyak kawasan yang berdiri sendiri. Dunia bukanlah suatu Uni-Versum, melainkan suatu Multi-Versum. Dunia adalah suatu dunia yang terdiri dari banyak hal yang beraneka ragam atau pluralis.

4.      Nihilisme
Nihilisme berasal dari bahasa latin yang berarti nothing atau tidak ada. Istilah nihilisme diperkenalkan oleh Ivan Turgeniev dalam novelnya Father and Children yang ditulisnya pada tahun 1862 di Rusia. Doktrin tentang nihilisme sebenarnya sudah ada semenjak zaman Yunani kuno, yaitu pada pandangan Gorgias ( 483 – 360 S.M ) yang memberikan 3 proporsi tentang realitas. Pertama, tidak ada sesuatupun yang eksis dan realitas itu sebenarnya tidak ada. Kedua, bila sesuatu itu ada, ia tidak dapat diketahui. Ini disebabkan oleh penginderaan itu tidak dapat dipercaya karena penginderaan itu sumber ilusi. Ketiga, sekalipun realitas dapat diketahui, ia tidak akan dapat diberitahukan kepada orang lain.( Amsal Bahtiar, 2004 : 146 ).

5.    Agnotisisme
Paham ini mengingkari kesanggupan manusia untuk mengetahui hakikat benda, baik hakikat materi maupun hakikat ruhani. Kata Agnotisisme berasal dari bahasa Grik Agnostos yang berarti unknown. A artinya not, Gno artinya Know.
Timbulnya aliran ini dikarenakan belum dapatnya orang mengenal dan mampu menerangkan secara konkret akan adanya kenyataan yang berdiri sendiri dan dapat kita kenal. Tokoh aliran ini diantaranya adalah Soren Kierkegaard dan Martin Heidegger.
Soren Kierkegaard ( 1813 – 185 M ) yang tekenal dengan julukan bapak filsafat eksistensialisme menyatakan, manusia tidak pernah hidup sebagai suatu aku umum, tetapi sebagai aku individual yang sama sekali unik dan tidak dapat dijabarkan ke dalam sesuatu yang lain. Sementara itu, Martin Heidegger ( 1889 – 1976 ), seorang filosof Jerman mengatakan, satu – satunya yang ada itu adalah manusia, karena hanya manusialah yang dapat memahami dirinya sendiri. Jadi dunia ini adalah bagi manusia, tidak ada persoalan bagi alam metafisika.
Dari beberapa keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa, agnotisisme adalah paham pengingkaran atau penyangkalan terhadap kemampuan manusia mengetahui hakikat benda baik materi maupun ruhani. Aliran ini mirip dengan Skeptisisme yang berpendapat bahwa manusia diragukan kemampuannya mengetahui hakikat. Namun tampaknya agnotisisme lebih dari itu karena menyerah sama sekali.( Amsal Bahtiar, 2004 :148 ).

Menurut Prof. S. Takdir Alisyahbana, ontology - metafisika dibagi menjadi dua, yaitu : mengenai kuantitas ( jumlah ) dan yang mengenai kualitas ( sifat ). Yang mengenai kuantitas terdiri atas : monoisme, dualisme, dan pluralisme. Sedang yang mengenai kualitas dapat dibagi menjadi dua, yaitu (a) yang melihat hakikat kenyataan itu tetap, dan (b) yang melihat hakikat kenyataan itu sebagai kejadian.

Yang termasuk golongan pertama ( tetap ) ialah :
1.      Spiritualisme
2.      Idealisme ( materialisme )
Yang termasuk golongan kedua ( kejadian ) ialah :
1.  Mekanisme, yakni aliran yang berkeyakinan bahwa kejadian di dunia ini berlaku dengan sendirinya menurut hukum sebab akibat.
2.  Aliran teleologi, yakni aliran yang berkeyakinan bahwa kejadian yang satu berhubungan dengan kejadian yang lain, bukan oleh hukum sebab akibat, melainkan semata – mata oleh tujuan yang sama.
3.  Determinisme, yakni aliran yang mengajarkan bahwa kemauan manusia itu tidak merdeka dalam mengambil putusan – putusan yang penting, tetapi sudah terpasti lebih dahulu.
4.   Indeterminisme, yakni aliran yang berpendirian bahwa kemauan manusia itu bebas dalam arti yang seluas - luasnya. ( Drs. Poerwantana dkk, 1991 : 9 ).

Untuk lebih jelasnya dapat digambarkan dalam skema berikut :
Monoisme
Kuantitas Dualisme
Metafisika Pluralisme
Matrealisme
Kualitas Tetap
Idealisme / Spiritualisme
Mekanisme
Kejadian Teleologi
Deteminisme
Indeterminisme

PENUTUP

A.   Kesimpulan
Dari beberapa penjelasan tentang ontology dapat kita ketahui hakikat apa yang dikaji dalam suatu filsafat ilmu. Paham – paham tentang ontology telah dapat mengajarkan kita kepada para pemikir – pemikir atau filosof – filosof Yunani


DAFTAR PUSTAKA

Amsal Bahtiar, 2004, Filsafat Ilmu, Jakarta, PT.Raja Grafindo Persada
M. Dahlan Al Barry, 1994, Kamus Ilmiah Populer, Surabaya, Arkola
Jujun S. Suriasumantri, 1996, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, Jakarta, Pustaka Sinar Harapan 
Drs.Poerwantana, Drs.A. Ahmadi, M.A.Rosali, 1991, Seluk Beluk Filsafat Islam, Bandung, PT Remaja Rosdakarya

0 comments: