Minggu, 14 Agustus 2011

Pengetahuan Bukanlah Sekedar Memperoleh Informasi, Melainkan Sebuah Proses Transformasi

Pengetahuan Bukanlah Sekedar Memperoleh Informasi, Melainkan Sebuah Proses Transformasi

A.     Memahami Keimanan Secara Fundamental

Pengertian iman menurut bahasa adalaH pembenaran konfirmasi, sedangkan syar' adalah pembenaran konfirmatif rasul terhadap segala sesuatu yang diketahui sumber kehadirannya secara pasti. Iman merupakan verbelitas keyakinan, pernyataan merupakan argumen ekplesitasnya dan praksis-praksis tindakan lahir dari hal yang disebut iman. Mengimani adanya Tuhan tidak cukup hanya sekedar meyakini dan mengucapkannya, tapi keimanannya itu harus diwujudkan melalui sebuah tindakan konkrit. Salah satu bukti keimanan itu ialah dapat mewujudkan apa yang telah diperintah­-Nya dan peduli terhadap lingkungan sekitar. Seperti menolong terhadap kaum-kaum lemah (mustadafin) yang membutuhkan pertolongan orang lain. Kaum lemah (mustadafin) mullah terpengaruh oleh godaan duniawi, yang dapat merusak keimanannya. Jadi harus ada keseimbangan antara hubungan vertikal dan hubungan horizontal (hablun minallah, hablun minannas).
Jauh atau dekat dengan Tuhan sepenuhnya tergantung kepada suasana hati seseorang. Hati yang talus dan nurani yang peka tidaklah sulit untuk mengkomunikasikan dengan Yang Ghaib, karena hati yang bersih, dapat terjaga dan perbuatan fasiq. Karena fasiq dapat merusak hati manusia yang beriman terhadap-Nya. Hati yang terjaga dari penyakit hati dapat mempermudah komunikasi dengan Tuhan dan terasa dekat bila kita selalu mengingat dan menjalani pesan-pesan-Nya yang tertuang dalam Kitab Suci.
Bagi seorang Muslim, imam adalah bagian paling mendasar dan kesadaran keagamaannya. Dalam berbagai makna dan tatsirannya, perkataan iman menjadi bahan pembicaraan yang tak kunjung usai di setiap pertemuan keagamaan untuk didiskusikan dalam rangka mencapai kepahaman tentang iman, dan yang selalu disebutkan dalam rangka peringatan agar dijaga dan diperkuat. Keteguhan keimanan seseorang akan membawanya kepada tingkat keimanan yang luhur. Dalam hal ini manusia itu harus dapat menjaganya dari perbuatan yang dapat menggoyahkan keimanan. Seperti syirik dan hal-hal yang dapat menjauhkan diri kita kepada Yang Kuasa.
Dasar keimanan Islam itu memberi kemantapan dan keyakinan kepada diri sendiri yang sungguh besar. Dengan dasar iman yang kokoh, seorang Muslim merasa mantap dan aman, betas dari rasa takut dan khawatir. Juga karena imannya, ia tidak pernah menderita rasa rendah diri berhadapan dengan orang atau bangsa lain, betapapun hebatnya. Jika iman itu betul-betul menancap pada diri Muslim, ia mempmaym hanya Tuhanlah yang mempunyai kekuatan dan menjaga dirinya dan hal-hal yang membahayakan

B.     Mengimani Adanya Tuhan Melalui Ciptaan-Nya.

Pada dasarnya tujuan hidup manusia adalah untuk "mengabdi" kepada Allah atau memperkembangkan potensi-potensinya sesuai dengan perintah (amr) Allah dengan kemauannya sendiri dan untuk memanfaatkan alam (yang secara otomatis adalah Muslim, "atau tunduk kepada Allah), ia pun harus mempunyai cara-cara yang memadai untuk memperoleh nafkah dan untuk "menemukan jalan yang benar". Mengimani adanya Tuhan tidak cukup sebatas percaya tanpa ada perenungan yang dapat membuktikan kebenaran adanya Tuhan. Dalam hal ini Tuhan telah banyak memberikan media untuk mengetahui-Nya lebih dekat. Media untuk mengenal Tuhan telah di jelaskan melalui al-Qur’an yaitu membaca ciptan-Nya baik yang ada bumi maupun di langit. Melalui perenungan terhadap ciptaan-Nya dan femnomena-fenomena yang terjadi menimpa umat manusia dapat di jadikan ibroh dan memberikan rasa percaya kita lebih mendalam.

C.     Ilmu Pengetahuan Sebagai Media Meraih Keimanan Paripurna

llmu sebagai hasil aktivitas manusiia yang mengkaji berbagai hal, baik diri manusia itu sendiri maupun realitas diluar dirinya, sepanjang sejarah perkembangannya sampai saat ini selalu mengalami ketegangan dengan berbagai aspek lain dari kehidupan manusia. Ilmu merupakan dasar dari segala tindakan manusia. Karena tanpa ilmu segala tindakan manusia menjadi tidak terarah, tidak benar dan tidak bertujuan. Memahami sesuatu dengan hakikatnya, dan itu bererti keyakinan dan pengetahuan. Jadi ilmu merupakan aspek teoritis dari pengetahuan. Dengan pengetahuan inilah manusia melakukan perbuatan amalnya untuk mendapatkan ridho-Nya. Karena setiap perbuatan yang dilakukan bukan karena Allah, maka akan sia-sia.

D.    Pengertian Kata llmu

Ilmu (didefnisikan sebagai sejenis ilmu pengetahuan, tetapi bukan sembarang pengetahuan, melainkan pengetahuan yang diperoleh dengan cara-cara tertentu berdasarkan kesepakatan diantara para ilmuwan. Ilmu, yang sudah menjadi bahasa Indonesia, bukan hanya sekedar Bahasa arab, tetapi juga tercantum dalam al-Qur'an.
Dalam, bahasa arab sehari-hari sebelum turunnya al-Qur'an, ilmu hanya berarti pengetahuan biasa. Tetapi melalui al-Qur'an yang turun tahap demi tahap, kata ini berproses dan membentuk makna dan pengetahuan tersendiri yang terstruktur. Memang kata ilmu itu bisa sekadar diartikan sebagai "pengetahuan" biasa, tetapi bisa lebih dari itu, tergantung dari pemahaman orang terhadap makna kata tersebut.
Pengertian ihnu pengetahuan terdapat pula dalam kata hikmah yang sudah menjadi kata Indonesia. Biasanya kata hikmah dipakai langsung tanpa terjemahan, dan pengertiannya adalah pelajaran. Kata ini sering digunakan dalam mengungkapkan pernyataan yang mengandung pelajaran yang dapat memberikan motivasi hidup terhadap orang lain. Baik motivasi untuk belajar ilmu pengetahuan maupun motivasi dalam meningkatkan ibadah kepada Allah SWT. dan memberi motivasi kepada orang lain. Dalam al-Quran sendiri kata hikmah memang berkaitan dengan hail pemikiran, hikmah merupakan sesuatu yang sangat berharga, seperti tercermin dalam al-Qur ’an :
Allah memberi hikmah kepada siapa yang dikehendaki-Nya Dan barang siapa yang mendapatkan hikmah, sungguh ia telah diberi kebajikan yang banyak. Dan tidak ada Yang dapat megambil pelajaran (dzikir), kecuali orang yang berakal (ulil albab). (Q.S: 2: 268).
Dari ayat di atas kita memperoleh pula definisi ulil albab, yaitu orang-orang yang melakukan pemikiran secara berulang-ulang dan terus menerus, sehingga akhirnya bisa meraih pengetahuan yang tertinggi, atau hikmah. Orang yang memiliki aktivitas mental dan menggunakannya untuk menatap ayat-ayat Tuhan dan mengaktualisasikan dalam dunia praksis disebut ulil albab. Tapi setinggi apapun pengetahuan seseorang, jika ia tidak peduli terhadap realitas sekitarnya, maka dia akan terperosok pada jalan yang salah. Dalam al-Qur’an juga dapat dijumpai gejala ini:
Sesungguhnya dalam terciptanya langit dan bumi dan silih bergantinya malam dan siang, adalah pertanda (ayat) bagi yang memiliki akal (ulil albab). Yaitu orang-­orang yang refleksi tentang Allah (dzikir), ketika mereka itu sedang berdiri, sedang duduk, atau sedang berbaring di atas lumbung mereka, dan mereka memikirkan (tafakkur) tentang kejadian langit dan bumi. (dan mereka pun berkata) : Tuhan kami, Engkau tidak menciptanya tanpa tujuan, Maha Suci Engkau. Selamatkan kami dari siksa neraka. (Q.S: 3:190-191).

Maulana Muhammad Ali dalam tafsirny mengatakan terhadap ayat ini, sebagaimana dinukil oleh M. Dawam Raharjo, konsekuensi berpikir dan berdzikir adalah menuntut ilmu. Sedangkan dasar dari ilmu pengetahuan itu, menurut al-Qur’n adalah proses berpikir, mempergunakan penalaran dan perenungan yang mendalam (dzikir), agar keimanan yang sejati diperoleh dalam proses perunungan dan dzikir. Namun intinya adalah bahwa pengetahuan itu dapat diperoleh melalui observasi (bashir) terhadap segala sesuatu yang merupakan dasar dari pemikiran, penalaran, perhitungan, pengukuran, dan perenungan. Dengan kata lain adalah sesuatu pengetahuan yang dapat dijelaskan.
Meskipun manusia tidak mungkin mengetahui Diri dan Hakikat Tuhan, namun manusia diperintahkan, dan bisa menindakkan, untuk giat memahami alam, sebatas yang mungkin. Justru adanya kemampuan berilmu inilah yang menjadi dasar penunjukan manusia menjadi wali penganti Tuhan di bumi. Karena itu, manusia harus aktif berilmu dan beramal, dalam rangka, tugas kekhalifahan itu. Jika kita menghendaki kebahagian di dunia dan akhirat, kita harus beriman dan berilmu sekaligus, yang kemudian keduanya, iman dan ilmu, itu akan mewarnai amal perbuatan kita. Sebab, amal perbuatan kita, berupa kegiatan keseharian, harus mendapatkan motivasi atau dorongan niat yang benar, sesuai bunyi hati nurani (kalbu, dhamir, atau fuad) yang telah dipertajam, di perpeka dan dihidupkan dengan iman dan ibadat atau kegiatan spiritual, dan diterangi oleh perhitungan ilmiah atau rasional yang tepat. Penggabungan antarakedua iman dan ilmu itu, dengan masing-masing cara pendekatannya, hendaknya ada pada setiap pribadi Muslim.
Karena itu, sepanjang ajaran al Qur’an, jaminan keunggulan dan superioritas, termasuk kemenangan dan kesuksesan, akan dikaruniakan Allah kepada mereka yang beriman dan berilmu. (Q.S. 58:11). Beriman dalam arti mempunyai orientasi Ketuhanan dalam hidupnya, dengan menjadian perkenan Tuhan sebagai tujuan segala kegiatannya. Dan berilmu berarti mengerti ajaran secara benar, dan memahami lingkungan hidup di mana dia akan berkiprah, sosial-budaya dan fisik Iman saja memang cukup untuk membuat orang berkiblat kepada kebaikan, dan mempunyai "itikad baik". Tapi iman tidak melengkapinya dengan kecakapan dalam bagaimana melaksanakan semuanya itu jadi tidak menjamin kesuksesan, ilmu saja, mungkin membuat orang cakap berbuat nyata­. Namun tanpa bimbingan iman, justru ilmunya itu akan membuatnya celaka, lebih celaka lagi pada orang lain yang tidak berilmu. Nabi saw. bersabda: "Barang siapa bertambah ilmunya namun tidak bertambah hidayahnya, make ia tidak bertambah apa-apa kecuali semakin jauh saja dari Allah SWT.
Dan uraian di atas setidaknya dapat memberikan pencerahan kepada kita bahwa keseimbangan iman (percaya adanya Allah) harus di topang dengan ilmu pengetahuan yang cukup, agar kita tidak terjebak pada fanatisme dan terhindar dari tindakan saling mengkafirkan orang lain yang selama ini terjadi. Bila iman itu telah tertanam di hati kita dengan baik, dan dibungkus dengan ilmu pengetahuan yang cukup, maka harus diaktualisasikan dalam kehidupan kita sehari-hari. Yaitu membantu kaum yang lemah dan memberi pemahaman tentang Tuhan.

0 comments: