Konsep Dasar Teori DPT Hb Combo
A. Faktor agent
Difteri
Penyakit akut yang
bersifat toxin mediated disease dan disebabkan oleh kuman corneybacterium diphteriae. Bakteri ini
ditemukan pertama kali pada membran penderita difteria tahun 1883 oleh Klebs.
Corneybacterium
differa adalah suatu basil biam positif produksi toksin terjadi bila hanya
kuman tersebut mengalami Lisegeniasi oleh bakteriafag yang mengandung informasi
genetic.
Pertusis
Pertusis adalah batuk
rejam/ batuk seratus hari merupakan suatu penyakit akut yang disebabkan oleh
bakteri borditelk pertusis. Penyakit ini merupakan penyakit tersering yang
menyerang anak-anak dan merupakan penyebab utama kematian.
Pertusis adalah batang
yang bersifat gram negatif dan membutuhkan media khusus untuk isolasinya. Kuman
ini menghasilkan beberapa antigen antara lain toksin pertusis filamen
hemaglutenin (FHA), adenil siklare, endotoksin dan sitotoksin trakea.
Pertusis
merupakan penyakit yang bersifat toxin mediated dan toksin yang dihasilkan
kuman (melekat pada getar saluran nafas atas) akan melumpuhkan bulu getar
tersebut sehingga menyebabkan gangguan aliran sekret saluran pernafasan dan
berpotensi menyebabkan pnemoni. Gejala utama pertusis timbul saat terjadinya penampakan
lendir dalam saluran nafas akibat kegagalan aliran bulu getar, yang lumpuh yang
berakibat terjadinya batuk piroksismal tanpa inspirasi utama yang sering
ditemukan adalah pneumonia bakterial, gangguan neurologis berupa gejala dan
ensefalopati akibat hipoleria. Komplikasi ringan yang sering ditemukan adalah
media, anoreksia, dehidrasi dan juga tekanan interadominal yang meningkat saat
batuk antara lain epistaksis perdarahan konjungtiva, peneumotoris.
Tetanus
Tetanus adalah salah
satu penyakit akut yang sering bersifat fatal yang disebabkan oleh oksitoksin
kuman clostridium tetani. Closmidium tetani adalah kuman berbentuk batang dan
bersifat anaerobik, gram positif yang mampu menghasilkan spora dengan bentuk
drumstik.
Kuman sensitif
terhadap sinar panas dan tidak bisa hidup dalam lingkungan beroksigen. Spora
ini dapat hidup dalam autotrof bersuhu 121° C selama 10-15 menit kuman ini
banyak tersebar kotoran dan debu jalan, dalam usus dan tinja kuda, domba,
kucing, tikus. Kuman ini masuk kedalam tubuh manusia melalui luka dan dalam
suasana anaerob. Kemudian produksi toksin terjadi dan disebarkan melalui darah
dan limfa.
B. Factor Host
Difteri,
pertusis, dan toksoid adalah terutama dapat mengenai :
1.
Neonatus umur 0-28
hari
2.
Bayi umur 28 hari –
2 tahun
3.
Bayi ³ 5 tahun
Kebanyakan
DPT dapat menyerang karena sebelumnya tidak pernah mendapatkan imunisasi DPT.
Faktor Invironment
Di negara berkembang seperti Indonesia
penyakit yang di sebabkan oleh bakteri difteri, pertusis, dan kuman tetanus
masih banyak di jumpai, hal ini disebabkan oleh tingkat kebersihan masih
kurang, dan masih kurangnya kesadaran masyarakat akan kekebalan terhadap
bakteri difteri, pertusis, dan kuman tetanus.
Bakteri dan kuman DPT dapat menyebar
melalui debu terutama pada musim kemarau yang mana debu tersebut mengandung
bakteri dan kuman DPT.
Port De Entry And Exit
Bakteri dan kuman dari DPT bisa masuk dan
keluar dari dan ke tubuh melalui saluran nafas melalui hidung.
Pencegahan
Dengan pemberian
imunisasi DPT dengan jadwal :
1. Imunisasi DPT dapat
diberikan 3x sejak umur 2 bulan dengan interval 4-6 minggu. DPT ± diberikan pada umur 2-4 bulan DPT 2 pada umur 3-5 bulan dan DPT 3 pada
umur 4-6 bulan dengan selanjutnya (DPT 4) diberikan satu tahun setelah DPT 3
yaitu pada umur 18-24 bulan dan DPT 5 pada saat masuk sekolah umur 5-7 tahun.
2. Sejak tahun 1998, DT
diberikan pada kegiatan imunisasi anak di sekolah dasar (bulan imunisasi anak
sekolah = BIAS) ulangan DT diberikan pada umur 12 tahun mengingat masih
dijumpai kasus difteria pada umur > 10 tahun.
3. Sebaiknya untuk
ulangan pada umur 12 tahun diberikan DT (ADT : adul close untuk vaksin
difteria) tetapi oleh karena di Indonesia DT belum ada di pasaran maka
diberikan DT.
Pemberantasan
Untuk pemberantasan dan
menghilangkan penyebab dari DPT pada bayi dapat dilakukan dengan cara pemberian
imunisasi DPT dengan dosis.
DPT/ DT 0,5 ml secara intramuskular baik
untuk imunisasi dasar dan ulangan.
Reaksi DPT Hb Combo
Reaksi yang dapat terjadi segera setelah
vaksinasi DPT antara lain demam tinggi, rewel, ditempat suntikan timbul
kemerahan, nyeri dan pembengkakan, yang akan hilang dalam 2 hari. Jika demam
pakailah pakaian yang tipis, bekas suntikan yang nyeri dapat di kompres air
dingin jika demam berikan parasetamol 15 mg/kgbb setiap 3-4 jam bila diperlukan
maksimal 6 kali dalam 24 jam, boleh mandi atau cukup di seka dengan air hangat.
Jika reaksi tersebut berat dan menetap bawalah bayi/ anak ke dokter.
Cara Penyimpanan
Vaksin akan rusak bila membeku pada
temperatur dibawah 0°C (vaksin hepatitis B membeku sekitar 0,5°C)
0 comments:
Posting Komentar