Konsep Teori Lanjut Usia (Lansia)
2.3 Konsep Lansia
2.3.1 Pengertian Lansia
Menua (menjadi tua) adalah suatu proses
menghilangkan secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri
atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya, sehingga tidak dapat
bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Nugroho,
2000: 13).
Proses menua merupakan proses yang terus-menerus
(berlanjut) secara alamia. Dimulai sejak lahir dan umumnya dialami semua
makhluk hidup (Wahyudi Nugroho, 2000: 13).
Menurut undang-undang no. 9 tahun 1960 tentang
pokok-pokok kesehatan pasal 8 ayat 2, berbunyi: Dalam istilah sakit termasuk
cacat, kelemahan dan lanjut usia. Berdasarkan pertanyaan ini, lanjut usia
dianggap sebagai semacam penyakit. Hal ini tidak benar menurut Gerontologi
berpendapat lain, sebab lanjut usia bukan suatu penyakit, malainkan suatu masa
atau tahap hidup manusia. Seperti: bayi, kanak-kanak, dewasa tua dan lanjut
usia. Orang mati tidak karena lanjut usia, tetapi karena suatu penyakit dan
juga suatu kecelakaan. Menurut orang beragama seperti dicabut nyawa oleh
malaikat Izrail atas kehendak Allah SWT .
2.3.2 Faktor–faktor yang mempengaruhi ketuaan
Faktor–faktor yang mempengaruhi ketuaan meliputi:
Herditas
= keturunan atau genetic, Nutrisi = makanan, Pengalaman hidup , Lingkungan , Stres
( Wahyudi Nugroho, 2000: 19)
2.3.3. Batasan-batasan lanjut lansia
1)
Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO)
Lanjut
usia meliputi :
a. Usia pertengahan (middle age), ialah kelompok usia 45
tahun sampai 59 tahun.
b. Lanjut usia (elderly), ialah kelompok usia 60 tahun
sampai 74 tahun.
c. Lanjut usia tua (old), ialah kelompok usia 75 tahun
sampai 90 tahun.
d. Usia sangat tua (very old), ialah kelompok usia di atas
90 tahun
2) Menurut Prof. Dr. Ny. Sumiati Ahmad Muhammad
Membagi
periodisasi biologis perkembangan manusia sebagai berikut :
1. Usia 0 – 1 tahun
= masa bayi
2. Usia 1 – 6 tahun
= masa pra sekolah
3. Usia 6 – 10 tahun =
masa sekolah
4. Usia 10 – 20 tahun =
masa pubertas
5.
Usia 40 – 65 tahun
= masa setengah umur (pra senium)
6. Usia 65 tahun ke atas =
masa lanjut usia (senium)
3) Menurut Dra. Jos Masdani
Mengatakan : Lanjut usia
merupakan kelanjutan dari usia dewasa kedewasaan dapat dibagi 4 bagian, pertama
adalah fase inventus, antara 25 sampai 40 tahun, kedua adalah fase vertilitas,
antara usia 40 sampai 50 tahun. Ketiga fase prasenium antara usia 65 tahun
sampai 89 tutup usia.
4) Menurut Prof. Dr.
Koesoemoto Setyonegoro
Pengelompokkan
lanjut usia sebagai berikut :
a. Usia dewasa muda (eldey adulthood), antara
usia 18 atau 20 sampai 25 tahun.
b. Usia dewasa penuh/mortalitas, antara usia lebih
dari 25 sampai 60 tahun atau 65 tahun.
c. Lanjut usia (geriaticage), antara usia lebih dari 65
tahun sampai 70 tahun.
d. Young Old, antara usia 70 sampai 75 tahun.
e. Old, antara usia 75 sampai 80 tahun.
f. Very old, usia lebih dari 80 tahun.
Dilihat dari pembagian umur dari beberapa ahli tersebut
di atas, dapat disimpulkan bahwa yang disebut lanjut usia adalah orang yang
telah berumur 65 tahun ke atas.
2.3.4 Perubahan–perubahan yang terjadi pada Lansia
1. Perubahan fisik, yaitu :
a. Pada sel jumlahnya lebih sedikit, lebih besar ukurannya dan
terganggunya mekanisme perbaikan sel.
b. Pada sistem persyarafan terjadi penurunan berat otak 10–20%,
cepatnya menurut hubungan persyarafan lambat dalam respon dan waktu untuk beraksi, mengecilnya syaraf
panca indera, kurang sensitif terhadap sentuhan.
c. Pada sistem pendengaran terjadi presbiakusis
(gangguan pada pendengaran). Terjadi pengumpulan serumen dapat mengeras karena
meningkatnya keratin membrane tympani menjadi menyebabkan otosklerosis
d. Pada sistem kardiovaskuler, elastisitas
dinding aorta menurun, katub jantung menebal dan menjadi kaku. Kemampuan
jantung, memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun, hal
ini data menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya. Kehilangan elastisitas
pembuluh darah, kurangnya efektifitas pembuluh darah kapiler untuk oksigenasi,
perubahan posisi dari tidur ke duduk (mengakibatkan pusing mendadak), tekanan
darah meninggi diakibatkan oleh meningkatnya resistensi dari pembuluh darah perifer,
sistolis normal lebih kurang 170 mmHg dan diastolis
normal lebih kurang 90 mmHg.
e. Pada sistem respirasi, otot–otot pernapasan
kehilangan kekuatan dan menjadi kaku. Menurutnya aktifitas dari silia,
paru–paru kehilangan elastisitas, kapasitas residu meningkat,
menarik napas lebih berat, kapasitas pernapasan maksimum menurun dan kedalam
menurun. Alveoli ukurannya melebar dari biasa dan jumlahnya berkurang, O2 pada arteri menurun menjadi 75 mmHg, CO pada arteri tidak berganti kemampuan pegas
dinding arteri dan kekuatan otot pernapasan akan menurun seiring dengan
pertambahan usia.
f. Sistem gastrointestinal kehilangn gigi
penyebab utama adanya periodontal desease yang bisa terjadi setelah umur 30
tahun, penyebab lain meliputi kesehatan gigi yang buruk dan gizi yang buruk.
Indera pengecap (80%), hilangnya sensivitas
dari rasa pengecap tentang rasa asin, asam, dan pahit, esophagus melebar
lambung : rasa lampur menurun asal lambung menurun, waktu mengosongkan menurun periastik
lemah dan biasanya timbul konstipasi, fungsi absorbsi melemah,
hati makin mengecil dan menurunnya penyimpanan, berkurangnya aliran darah,
menciutnya ovari dan uterus, atrofi payudara. Pada
laki-laki testis masih dapat memproduksi spermatozoa, meskipun adanya
penurunan secara berangsur-angsur. Dorongan seksual menetap sampai usia di atas
70 tahun (asal kondisi kesehatan baik, yaitu kehidupan seksual dapat diupayakan
sampai masa lanjut, hubungan seksual secara teratur membantu memepertahankan
kemampuan seksual, tidak perlu cemas karena merupakan perubahan alami selaput
lendir vagina menurun, permukaan menjadi halus, sekresi menjadi
berkurang, reaksi sifatnya menjadi alkali dan etrjad
perubahan-perubahan warna.
g.
Pada sistem genitourinaria, aliran darah ke
ginjal menurun sampai 50%, fungsi tubulus berkurang, akibatnya kurangnya
kemampuan mengkonsentrasi urine, berat jenis-jenis urine menurun
sampai 200 ml atau menyebabkan frekuensi buang air seni meningkat, vasika
urinaria sudah dikosongkan pada pria usia lanjut, sehingga mengakibatkan
meningkatnya refensi urine : atrovi vulva, untuk seksual intercourse
masih juga membutuhkannya. Tidak ada batasan unsur tertentu fungsi seksual
seseorang berhenti, frekuensi seksual intercourse cenderung menurun
secara bertahap tiap tahun tetapi kapasitas untuk melakukan dan menikmati
berjalan terus sampai tua.
h. Pada sistem endokrin,
produksi hampir semua hormon menurun, fungsi paratiroid dan sekresinya tidak
berubah, menurunnya aktivitas tiroid. Menurunnya produksi aldosteron,
menurunnya sekresi hormon kelamin.
i.
Pada sistem intergumen
kulit keriput akibat kehilangan jaringan lemak, permukaan kulit kasar dan
bersisik, menurunnya respon terhadap trauma, mekanisme proteksi kulit menurun,
kulit kepala dan rambut menipis berwarna kelabu, rambut dalam hidung dan
telinga menebal, berkurangnya elastisitas akibat dari menurunnya cairan
dan vaskularisasi, pertumbuhan kuku lebih lambat, kuku jari menjadi
keras dan rapuh kuku kaki tumbuh secara berlebih dan seperti tanduk, kelenjar
keringat berkurang jumlahnya dan fungsinya, kuku menjadi pudar dan kurang
bercahaya.
j.
Para
sistem muskuluskeletal, tulang kehilangan density (cairan) dan makin rapuh
kifosis pinggang, lutut dan jari-jari pergelangan terbatas, persendian membesar
dan menjadi kaku. Tendon mengerut dan mengalami selerosis, otot-otot
polos tidak begitu berpengaruh, trofi serabut otot.
k. Pada sistem paengaturan temperatur tubuh, hipotalamus
dianggap bekerja sebagai suatu termasuk, yaitu menetapkan suatu suhu tertentu,
kemunduran terjadi karena berbagai faktor yang mempengaruhi.
2. Perubahan-perubahan
mental
Faktor-faktor
yang mempengaruhi perubahan mental antara lain : perubahan fisik khususnya
organ perasa. Kesehatan umum tingkat pendidikan keturunan dan lingkungan.
3. Perubahan aspek psikososial
Pekerjaan
yaitu memasuki masa pensiun. Idealnya masa pensiun merupakan waktu untuk
menikmati hal ini dalam hidup, tetapi yang diharapkan adalah kebalikannya.
Pensiun sering diasosiasikan dengan kehilangan seperti penghasilan, peran,
kerugian, dan harga diri (Wahjudi Nugroho, 2000).
Lansia harus beradaptasi pada perubahan
psikososial yang terjadi pada penuaan meskipun perubahan tersebut bervariasi,
tetapi beberapa perubahan biasa terjadi pada mayoritas lansia.
a. Pensiun
Pensiun sering dikaitkan
secara salah dengan kepasifan dan pengasingan, dalam kenyataanya pensiun adalah
tahap kehidupan yang dicirikan oleh adanya transisi dan perubahan peran yang
dapat menyebabkan stress psikososial. Stres ini meliputi perubahan peran pada pasangan atau keluarga dan
masyarakat isolasi sosial. Perencanaan pra pensiun sebaiknya pada usia baya dan
esensial pada usia baya akhir. Seseorang yang merencanakan aktivitas pensiun
juga mempunyai dampak pasangan. Contohnya ketegangan dapat terjadi karena
adanya perubahan peran dan dukungan serta karena ibu rumah tangga mungkin
merasa beban pekerjaan bertambah. Faktor paling kuat yang mempengaruhi kepuasan
hidup seorang pensiun adalah status
kesehatan, pilihan untuk terus bekerja, pendapatan yang cukup.
b. Isolasi Sosial
Banyak
lansia mengalami isolasi sosial yang meningkat sesuai dengan usia. Tipe
isolasi sosial yaitu sikap, penampilan, perilaku, dan geografi.
c. Isolasi Sikap
Isolasi sikap terjadi
karena nilai pribadi atau budaya. Lansiaisme adalah sikap yang berlaku yang
mentigmatisasi lansia. Suatu bias yang dan meningkat lansia. Karena itu isolasi
sosial sikap terjadi ketika lansia tidak secara mudah diterima dalam interaksi
sosial karena bias masyarakat. Seiring
lansia semakin ditolak, harga diripun berkurang, sehingga usaha bersosialisasi
berkurang.
d. Isolasi Penampilan
Isolasi penampilan
diakibatkan oleh penampilan yang tidak diterima atau faktor lain yang termasuk
dalam penampilan diri sendiri pada orang lain. Faktor kontribusi lain adalah
citra tubuh, hygiene, tanda penyakit yang terlihat dan kehilangan fungsi. Seseorang disolasi kerena penolakan oleh
orang lain atau karena sedikit interaksi yang dapat dilakukan akibat kesadaran
diri.
e. Isolasi Perilaku
Diakibatkan oleh
perilaku yang tidak dapat diterima pada semua kelompok usia dan terutama pada
lansia, perilaku yang tidak diterima secara sosial menyebabkan seseorang menarik
diri.
f. Isolasi Geografis
Terjadi
karena jauh dari keluarga, kejahatan di kota dan karier institusi. Dalam
masyarakat kini yang suka berpindah, umumnya anak hidup sangat jauh dari orang
tuanya. Sehingga kesempatan untuk yang mempunyai keterbatasan fisik atau
mengalami kematian pasangannya (Potter&Perry, 2005)
Tugas
pengembangan dan adaptasi bagi lansia meliputi dengan keadaan kehilangan teman
atau keluarga melalui kematian atau perpindahan lokasi, penyusunan terhadap
masa pensiun, mengatasi keadaan dengan pendapatan yang menurun, bergelut dengan
perubahan-perubahan peran sosial, memanfaatkan waktu senggan yang ada dengan
baik, penyesuaian terhadap fungsi seksualitas dan fisik, dan menerima kenyataan
akan kematian yang tidak terelakkan. (Joseph J. Gallo, 2998).
Perubahan-perubahan
yang terjadi pada tubuh seiring dengan penambahan usia sering kali disertai
dengan penyimpanan fisik dan psikologis (Joseph J. Gallo, 1998).
2.3.5 Aspek psikologis pada penuaan
Aspek psikologis pada penuaan pada lansia tidak dapat langsung tampak salah
pengertian yang umum tentang lansia adalah bahwa mereka mempunyai kemampuan
memori dan kecerdasan mental yang kurang adalah benar bahwa banyak lansia
mempunyai cara yang berbeda dalam memecahkan masalah bahkan mereka dapat melakukannya
dengan baik meskipun kondisinya telah menurun. Akan tetapi, juga terdapat bukti
bahwa lansia mengalami kemunduran mental yang substansial atau luas (Roger
Watson, 2003: 12).
2.3.6 Perlakuan Terhadap Lanjut Usia
Manusia usia lanjut dalam penilaian banyak orang adalah manusia yang sudah
tidak produktif lagi. Dengan demikian diusia lanjut terkadang muncul semacam
pemikiran bahwa mereka berada pada sisa-sisa umur menunggu datangnya kematian.
Di lingkungan peradaban barat, upaya untuk memberi perlakuan manusiawi
kepada para manusia lanjut dilakukan dengan menempatkan mereka di panti jompo,
dan ini merupakan cerminan dari rasa kasih sayang anak kepada orang tua.
Manusia
usia lanjut dipandang tak ubahnya seorang bayi yang memerlukan pemeliharaan dan
perawatan serta perhatian khusus dengan penuh kasih sayang (Dr. Jalaluddin,
1997).
2.3.7 Sumber Dukungan Sosial
Sistem pendukung bagi lansia terdiri dari tiga komponen yaitu :
jaringan-jaringan informasi, sistem pendukung formal, dan dukungan-dukungan
semiformal. Jaringan pendukung informal meliputi keluarga dan kawan-kawan.
Sistem pendukung formal meliputi tim keamanan sosial setempat, program-program
medikasi dan kesejahteraan sosial. Dukungan semiformal meliputi bantuan-bantuan
dan interaksi sosial yang disediakan oleh organisasi lingkungan sekitar seperti
perkumpulan gereja atau perkumpulan warga lansia setempat (Joseph J. Gallo,
1998).
Sumber pendukung pertama biasanya merupakan anggota keluarga seperti
pasangan, anak-anak, saudara kandung, atau cucu : namun struktur keluarga akan
mengalami perubahan jika ada anggota yang meninggal dunia, pindah ke daerah
lain atau menjadi sakit. Oleh karena kelompok pendukung yang lain sangat
penting. Beberapa dari kelompok ini adalah tetangga, teman dekat, kolega sebalumnya
dari tempat kerja atau organisasi dan anggota lansia di tempat ibadah. (Mickey
Stanley, 2006).
Partisipasi aktif dalam kegiatan religius dapat menurun seiring dengan
bertambahnya usia, tetapi beberapa orang lansia yang sebalumnya aktif di tempat
ibadah biasanya ingin melanjutkan aktifitas religiusnya. Bahkan tempat ibadah
dapat menjadi sumber dukugan sosial utama bagi lansia yang hanya sedikit atau
tidak memiliki anggota keluarga didekatnya. Dukungan itu dapat diberikan oleh
rohaniawan, sukarelawan yang dilatih atau staf atau sukarelawan dari tempat
ibadah.
0 comments:
Posting Komentar