Riwayat Hidup Nabi Muhammad SAW
A. Arab Sebelum Islam
Dalam membicarakan wilayah
geografis yang didiami bangsa arab sebelum Islam, orang hanya membatasi
pembicaraan hanya pada Jazirah Arab. Jazirah Arab terbagi menjadi dua bagian
besar, yaitu bagian tengah dan bagian pesisir. Sebagian besar daerah Jazirah
adalah padang pasir Sahara
yang terletak di tengah dan memiliki keadaaan dan sifat yang berbeda-beda
karena itu ia bisa dibagi menjadi tiga bagian :
- Sahara Langit memanjang 140 mil dari utara ke selatan dan 180 mil dari timur ke barat.
- Sahara Selatan yang membentang menyambung Sahara Langit ke arah timur sampai selatan Persia.
- Sahara Harrat, suatu daerah yang terdiri dari tanah liat yang berbatu hitam bagaikan terbakar.
Penduduk Sahara sangat sedikit
terdiri dari suku-suku Badui yang mempunyai gaya
hidup pedesaan dan nomadik, berpindah dari satu daerah ke daerah lain guna
mencari air dan padang
rumput untuk binatang gembalaan mereka kambing dan onta.
Dapaun daerah pesisir, penduduk
sudah hidup menetap dengan mata pencaharian bertani dan berniaga. Karena itu,
meraka sempat membina berbagai macam budaya, bahkan kerajaan.
Bila dilihat dari asal usul
keturunan, penduduk jazirah Arab dapat dibagi menjadi dua golongan besar, yaitu
Qahthaniyun (keturunan Qahthan) dan ‘Adaniyun (keturunan Ismail
bin Ibrahim). Pada mulanya wilayah utara diduduki golongan ‘Adaniyun,
dan wilayah selatan didiami oleh golongan Qahthaniyun.
Masyarakat, baik nomadik maupun
yang menetap, hidup dalam budaya kesukua Badui. Kelompok beberapa keluarga
membentuk kabilah (clan). Beberapa kelompok kabilah membentuk suku (tribe).
Mereka sangat menekankan hubungan kesukuan, sehingga kesetiaan atau solidaritas
kelompok menjadi sumber kekuatan bagi suatu kabilah atau suku. Mereka suka
bereperang. Karena itu peperangan antar suku sering sekali terjadi. Sikap ini
tampaknya telah menjadi tabiat yang mendarah daging dalam diri orang arab.
Dalam masyarakat yang suka berperang tersebut, nilai wanita menjadi sangat
rendah. Situasi seperti ini terus berlangsung sampai agama Islam lahir.
Akibat peperangan yang terus
menerus, kebudayaan mereka tidak berkembang. Karena itu, bahan-bahan sejarah
Arab pra Islam sangat langka didapatkan di dunia Arab dan dalam bahasa Arab. Sejarah
mereka hanya bisa diketahui dari dari masa kira-kira 150 tahun menjelang
lahirnya agama Islam. Pengetahuan itu diperoleh melalui syair-syair yang
beredar dikalangan perowi syair. Dengan begitu sejrah dan sifat masyarakat
Badui Arab dapat diketahui, antara lain, bersemangat tinggi dalam mencai nafkah,
sabar menghadapi kekerasan alam, dan juga dikenal sebagai masyarakat yang cinta
kebebasan.
Dengan kondisi alami yang seperti
tidak pernah berubah itu, masyarakat Badui pada dasarnya tetap berada dalam
fitrahnya. Kemurniannya terjaga, jauh lebih murni dari bangsa-bangsa lain.
Lain halnya dengan penduduk negeri
yang telah berbudaya dan mendiami pesisir jazirah Arab, sejarah mereka dapat
diketahui lebih jelas. Mereka selalu mengalami perubahan sesuai dengan
perubahan situasi dan kondisi yang mengitarinya.
Melihat bahasa dan hubungan dagang
bangsa Arab, Leboun berkesimpulan, tidak mungkin bangsa Arab tidak pernah
memiliki peradaban yang tinggi, apalagi hubungan dagang itu berlangsung selama
2000 tahun. Yakni, bangsa Arab ikut memberi saham dalam peradaban dunia,
sebelum mereka bangkit kembali pada masa Islam. Golongan Qahthaniyun,
misalnya, pernah mendirikan kerajaan Saba’ dan
kerajaan Himyar di Yaman, bagian selatan jazirah Arab. Kerajaan Saba’ inilah
yang membangun bendungan Ma’arib, sebuah bendungan raksasa yang menjadi sumber
air untuk seluruh wilayah kerajaan. Setelah kerajaan mengalami kemunduran,
muncul kerajaan Himyar menggantikannya. Kerajaan baru ini terkenal dengan
kekuatan armada niaga yang menjelajah mengarungi India,
Cina, Somalia, dan Sumatera ke
pelabuhan-pelabuhan Yaman. Perniagaan ketika itu dapat dikatakan dimonopoli
Himyar.
Terutama setelah bendungan Ma’arib
runtuh, masa gemilang kerajaan Himyar sedikit demi sedikit memudar. Banyak
bangunan roboh dibawa air dan sebagian besar penduduk mengungsi ke bagian utara
jazirah. Meskipun demikian, karena daerahnya berada pada jalur perdagangan yang
strategis dan tanahnya subur, daerah ini tetap menjadi incaran kerajaan besar
Romawi dan Persia
yang selalu bersaing untuk menguasainya.
Setelah kerajaan Himyar jatuh, jalur-jalur
perdagangan didominasi oleh kerajaan Romawi dan Persia. Pusat perdagangan Arab
serentak kemudain beralih ke daerah Hijaz. Makkah pun mejadi masyhur dan
disegani. Begitu pula suku Quraisy. Kondisi ini membawa dampak positif bagi mereka.
Pedagangan menjadi semakin maju. Akan tetapi kemajuan Mekkah tidaklah sebanding
dengan kemajuan yang pernah dicapai kerajaan-kerajaan Arab sebelumnya. Meskipun
demikian, dengan Makkah menjadi pusat peradaban, bangsa Arab bagaikan memulai
babakan baru dalam hal kebudayaan dan peradaban.
Jadi, apa yang berkembang
menjelang kebangkitan Islam itu merupakan pengaruh dari budaya bangsa-bangsa di
sekitarnya yang lebih awal maju daripada kebudayaan dan peradaban Arab.
Pengaruh tersebut masuk ke jazirah Arab melalui beberapa jalur; yang terpenting
diantaranya adalah: (1) Melalui hubugan dagang dengan bangsa lain, (2) Melalui
kerajaan-kerajaan protektorat, Hirah dan Ghassan, dan (3) Masuknya misi Yahudi
dan Kristen.
Melalui jalur perdagangan, bangsa
Arab berhubungan dengan bangsa-bangsa Syiria, Persia, Habsyi, Mesir (Qibthi),
dan Romawi yang semuanya telah mendapat pengaruh dari kebudayaan Hellenisme.
Melalui kerajaan-kerajaan protektorat, banyak berdiri koloni-koloni tawanan
perang Romawi dan Persia di Ghassan dan
Hirrah. Penganut agama Yahudi juga banyak mendirikan koloni di jazirah Arab,
yang terpenting diantaranya adalah Yatsrib. Penduduk koloni ini terdiri dari
orang-orang Yahudi dan orang-orang Arab yang menganut agama Yahudi.
Walaupun agama Yahudi dan Kristen
sudah masuk ke jazirah Arab, bangsa Arab kebanyakan masih menganut agama asli
mereka, yaitu percaya pada banyak dewa yang diwujudkan dalam bentuk berhala dan
patung
B. Riwayat Hidup Nabi Muhammad: Dakwah dan Perjuangan
1. Sebelum Masa Kenabian
Nabi
Muhammad SAW adalah anggota Bani Hasyim, suatu kabilah yang kurang berkuasa
dalam suku Quraisy. Nabi Muhammad lahir dari keluarga terhormat yang relatif
miskin. Ayahnya bernama Abdullah anak Abdul Muthalib, seorang kepala suku
Qurasy yang besar pengaruhnya. Ibunya adalah Aminah binti Wahab dari Bani
Zuhrah. Tahun kelahiran nabi dikenal dengan nama Tahun Gajah (570 M), karena
pada tahun itu pasukan Abrahah, gubernur kerajaan Habsyi (Ethiopia), dengan
menunggang gajah menyerbu Makkah untuk menghancurkan Ka’bah.
Muhammad
lahir dalam keadaan yatim karena ayahnya Abdullah, meningal dunia tiga bulan
setelah dia menikahi Aminah. Muhammad kemudian diserahkan kepada ibu pengasuh,
Halimah Sa’diyyah. Dalam asuhanyalah Muhammad dibesarkan sampai usia empat
tahun. Setelah itu, kurang lebih dua tahun dia berada dalam asuhan ibu
kandungnya. Ketika berusia enam tahun, dia menjadi yatim piatu.
Setealah
Aminah meninggal, Abdul Muthalib mengambil alih tanggung jawab merawat
Muhammad. Namun, dua tahun kemudian Abdul Muthalib meninggal dunai karena
renta. Tanggung jawab selanjutnya beralih kepada pamannya, Abu Thalib. Seperti
juga Abdul Muthalib, dia sangat disegani dan dihormati orang quraisy dan
penduduk Makkah secara keseluruhan, tetapi dia miskin.
Dalam
usia muda, Muhammad hidup sebagai penggembala kambing keluarganya dan kambing
penduduk Makka, dan Nabi Muhammad ikut
untuk pertama kali dalam kafilah dagang ke Syiria (Syam) dalam usia baru 12
tahun yang dipimpin oleh Abu Thalib. Di Bushra, sebelah selatan Syiria, ia
bertemu dengan pendeta kristen bernama Bukhairah. Pendeta ini melihat
tanda-tanda kenabian pada Muhammad sesuai dengan petunjuk cerita-cerita
kristen.
Pada
usia yang keduapuluh lima, Muhammad berangkat ke
Syria
membawa barang dagangan saudagar wanita kaya raya yang telah lama menjanda,
Khadijah. Muhammad memperoleh laba yang besar. Khadijah kemudian melamarnya.
Lamaran itu diterima dan perkawinan segera dilaksanakan. Ketika itu
Muhammad berusia 25 tahun dan Khadijah
berusia 40 tahun.
Peristiwa
penting yang memeprlihatkan kebijaksanaan Muhammad terjadi pada saat usianya 35
tahun. Waktu itu bangunan Ka’bah rusak berat. Perbaikan Ka’bah dilaksanakan
secara gotong royong. Para penduduk Makkah
membantu pekerjaan itu secara suka rela. Tetapi pada saat terakhir, ketika
pekerjaan tinggal mengangkat dan meletakkan hajar aswad di tempatnya semula,
timbul perselisihan. Setiap suku merasa berhak melakukan tugas terakhir dan
terhormat itu. Perselisihan semakin memuncak, namun akhirnya para pemimpin
Quraisy sepakat bahwa orang yang pertama
masuk ke Ka’bah melalui pintu Shafa, akan dijadikan hakim untuk memutuskan
perkara ini. Ternyata, orang yang pertama masuk itu adalah Muhammad. Ia pun
dipercaya menjadi hakim. Ia lantas membentangkan kain dan meletakkan hajar
aswad di tengah-tengah, lalu meminta seluruh kepala suku memegang tepi kain itu
dan mengangkatnya bersama-sama. Setelah sampai pada ketinggian tertentu,
muhammad kemudian meletakkan batu itu pada tempatnya semula. Dengan demikian,
perselisihan dapat diselesaikan dengan bijaksana dan semua kepala suku merasa
puas dengan cara penyelesaian seperti itu.
2. Masa Kerasulan
Menjelang
usianya yang keempat puluh, dia sudah terlalu memisahkan diri dari kegalauan
masyarakat, berkontemplasi ke gua Hira. Pada tanggal 17 Ramadlan tahun 611 M, malaikat jibril muncul
dihadapannya menyampaikan wahyu Allah yang pertama. Dengan turunnya wahyu
pertama itu, berarti Muhammad telah dipilih Tuhan sebagai Nabi. Dengan dakwah
secara diam-diam ini belasan orang telah memeluk agama Islam.
Setelah
beberapa lama dakwah tersebut dilakukan secara individual turunlah perintah
agar nabi menjalankan dakwah secara terbuka. Setelah dakwah terang-terangan
itu, pemimpin Quraisy mulai berusaha menghalangi dakwah rasul. Semakin
bertambahnya jumlah pengikut nabi, semakin keras tantangan dilancarkan kaum
Quraisy. Menurut Ahmad Syalabi, ada lima
faktor yang mendorong orang Quraisy menentang seruan Islam itu. (1) Mereka
tidak dapat membedakan antara kenabian dan kekuasaan, (2) Nabi Muhammad menyerukan persamaan hak antara bangsawan dan
hamba sahaya, (3) Para pemimpin Quraisy tidak dapat menerima ajaran tentang
kebangkitan kembali dan pembalasan di akhirat, (4) Taklid kepada nenek moyang
adalah kebiasaan yang berurat berkar pada bangsa Arab, (5) pemahat dan penjual
patung memandang Islam sebagai penghalang rezeki.
Untuk
kali berikutnya, mereka langsung kepada nabi Muhammad. Mereka mengutus Utbah
bin Rabiah, seorang ahli retorika untuk membujuk nabi. Mereka menawarkan tahta,
wanita dan harta asalkan Nabi Muhammad bersedia menghentikan dakwahnya. Semua
tawaran itu ditolak oleh Muhammad dengan mengatakan: “demi Allah, biar pun
mereka meletakkan matahari di tangan kananku dan bulan di tangan kiriku, aku
tidak akan berhenti melakukan ini, hingga agama ini menang atau akau binasa
karenanya”.
Setelah
cara-cara diplomatik dan bujuk rayu yang dilakukan oleh kaum Quraisy gagal,
tindakan-tindakan kekerasan secara fisik yang sebelumnya sudah dilaksanakan
semakin ditingkatkan. Kekerasan yang dilakukan oleh penduduk Mekkah terhadap
kaum Muslimin itu, mendorong Nabi Muhammad untuk mengungsikan
sahabat-sahabatnya ke luar Mekkah. Pada tahun ke lima
kerasulannya, nabi menetapkan Habsyah (Ethiopia) sebagai negeri tempat
pengungsian, karena Negus (raja) negeri itu adalah seorang yang adil.
Rombongan pertama sejumlah sepuluh orang pria dan empat orang wanita. Kemudian
menyusul rombongan kedua sejumlah hampir seratus orang, dipimpin oleh Ja’far
ibn Abu Thalib. Usaha orang-orang Quraisy untuk menghalangi hijrah ke Habsyah
ini, termasuk membujuk Negus agar menolak kehadiaran umat Islam di sana, gagal. Di samping
itu, semakin kejam mereka memperlakukan umat Islam, semakin banyak orang yang
masuk agam ini. Bahkan, di tengah meningkatnya kekejaman itu, dua orang kuat
Quraisy masuk Islam. Hamzah dan Umar ibn Khattab. Dengan masuk Islamnya dua tokoh
besar ini posisi umat Islam semakin kuat.
Menguatnya
posisi umat Islam memperkeras reaksi kaum musyrik Quraisy. Mereka menempuh cara
baru dengan melumpuhkan kekuatan Muhammad yang bersandar pada perlindungan Bani
Hasyim. Dengan demikian, untuk melumpuhkan kaum Muslimin yang dipimpin oleh
Muhammad mereka harus melumpuhkan Bani Hasyim terlebih dahulu secara
keseluruhan. Cara yang ditempuh adalah pemboikotan. Mereka memutuskan segala
bentuk hubungan dengan suku ini. Tidak seorang penduduk Makkah pun
diperkenankan melakukan hubungan jual beli dengan Bani Hasyim.
Pemboikotan
itu baru berhenti setelah beberapa pemimpin Quraisy menyadari bahwa apa yang
mereka lakukan sungguh suatu tindakan yang keterlaluan. Namun, tidak lama kemudian
Abu Thalib, paman Nabi yang merupakan perlindungan utamanya, meninggal dunia
dalam usia 87 tahun. Tiga hari setelah itu, Khadijah, istri Nabi, meninggal
dunia pula. Peristiwa itu terjadi pada tahun kesepuluh kenabian. Tahun ini
merupakan tahun kesedihan bagi Nabi Muhammad SAW. Untuk menghibur Nabi yang
sedang ditimpa duka, Allah mengisra’ dan memikrajkan beliau pada tahun ke-10
kenabian itu.
Setelah
peristiwa Isra’ dan Mikraj, suatu perkembangan besarbagi kemajuan dakwah Islam
muncul. Perkembangan datang dari sejumlah penduduk Yatsrib yang berhaji ke
Makkah. Mereka yang terdiri dari suku Aus dan Khazraj, masuk Islam dalam tiga
gelombang. Pertama, pada tahun kesepuluh kenabian. Kedua, pada tahun keduabelas
kenabian delegasi Yatsrib terdiri dari sepuluh orang dari suku Khazraj dan dua
orang suku Aus. Mereka meminta Nabi agar berkenan pindah ke Yatsrib. Mereka
berjanji akan membela Nabi dari segala ancaman. Nabi pun menyetujui usul yang
mereka ajukan.
Setelah
kaum musyrikin Quraisy mengetahui adanya perjanjian antara nabi dan orang-orang
Yatsrib itu, mereka kian gila melancarkan intimidasi terhadap kaum Muslimin.
Hal ini membuat nabi segera memerintahkan para sahabatnya untuk hijrah ke
Yatsrib.
Dalam
perjalanan ke Yatsrib nabi ditemani oleh Abu Bakar. Ketika tiba di Quba, sebuah
desa yang jaraknya sekitar lima
kilometer dari Yatsrib, nabi istirahat beberapa nari lamanya. Dia menginap di
rumah Kalsum bin Hindun. Di halaman rumah ini Nabi membangun sebuah masjid.
Inilah masjid pertama yang dibangun Nabi, sebagai pusat peribadatan. Sementara
itu, penduduk Yatsrib menunggu-nunggu kedatangannya. Waktu yang mereka
tunggu-tunggu itu tiba. Nabi memasuki Yatsrib dan penduduk kota ini mengelu-elukan kadatangan Beliau
dengan penuh kegembiraan. Sebagai penghormatan terhadap Nabi, nama kota Yatsrib diubah menjadi Madinatun Nabi (Kota
Nabi) atau sering pula disebut Madinatul Munawwarah (Kota yang bercahaya), karena dari sanalah
sinar Islam memancar ke seluruh dunia.
C. Pembentukan Negara Madinah
Setelah tiba dan diterima penduduk
yastrib (madinah), nabi resmi menjadi pemimpin penduduk kota itu. babak baru dalam sejarah islam pun
dimulai.ajaran Islamyang berkenaan dengan kehidupan masyarakat banyak turun di
Madinah. Nabi muhammad mempunyai kedudukan, bukan saja sebagai kepala agama,
tetapi juga sebagai kepala negara.
Dalam rangka memperkokoh
masyarakat dan negara baru itu, ia segera meletakkan dasar-dasar kehidupan bermasyarakat.
Dasar pertama, pembangunan masjid, selain untuk tempat salat, juga sebagai
sarana penting untuk mempersatukan jiwa mereka.
Dasar kedua, adalah ukhuwwah
islamiyyah, persaudaraan sesama Muslim. Nabi mempersaudarakan antara golongan Muhajirin,
orang-orang hijrah dari Makkah ke Madinah, dan Anshar, penduduk Madinah yang
sudah masuk Islam dan ikut membantu kaum Muhajirin tersebut.
Dasar ketiga, hubungan
persahabatan dengan pihak-pihak lain yang tidak beragama Islam.
Dengan terbentuknya negara
Madinah, Islam makin bertambah kuat. Perkembangan Islam yang pesat itu membuat
orang-orang Makkah dan musuh-musuh Islam lainnya menjadi risau. Kerisauan ini
akan mendorong orang-orang Quraisy berbuat apa saja. Nabi sebagai kepala
pemerintahan mengatur siasar dan membentuk pasukan tentara. Umat Islam
diizinkan berperang dengan dua alasan : (1) untuk mempertahankan diri dan melindungi
hak miliknya dan (2) menjaga keselamatan dalam penyebaran kepercayaan dan
mempertahankannya dari orang-orang yang menghalang-halanginya.
Perang pertama yang sangat
menentukan masa depan negara Islam ini adalah Perang Badar, perang antara kaum
Muslimin dengan msyrik Quraisy. Pada tanggal 8 ramadhan tahun ke 2 Hijriah,
nabi selama 305 orang muslim bergerak keluar kota membawa perlengkapan yang sederhana. Di
daerah Badar. Pasukan nabi bertemu dengan pasukan Quraisy yang berjumlah
sekitar 900 sampai 1000 orang nabi sendiri yang memegang komando. Dalam perang
ini kaum muslimin keluar sebagai pemenang.
Tidak lama setelah perang
tersebut, nabi menandatangani sebuah piagam perjanjian dengan beberapa suku
Badui yang kuat. Suku Badui ini ingin sekali menjalin hubungan dengan nabi
setelah melihat kekuatan nabi semakin meningkat.
Bagi kaum Quraisy Makkah,
kekalahan mereka dalam perang Badar merupakan pukulan berat. Mereka bersumpah
akan membalas dendam. Pada tahun ke-3 H, mereka berangkat menuju Madinah
membawa tidak kurang dari 3000 pasukan berkendaraan unta, 200 pasukan berkuda
di bawah pimpinan Khalid ibn Walid, 700 orang di antara mereka memakai baju
besi. Muhammad menyongsong kedatangan mereka dengan pasukan sekitar seribu
orang.
Pada tahun ke-6 H, ketika ibadah
haji sudah disyariatkan, nabi memimpin sekitar seribu kaum Muslimin berangkat
ke Makkah bukan untuk berperang, melainkan untuk melakukan ibadah Umrah.
Sebelum tiba di Makkah, mereka berkemah di Hudaibiyah. Penduduk Makkah tidak
mengizinkan mereka masuk kota.
Akhirnya, diadakan perjanjian yang dikenal dengan nama Perjanjian Hudaibiyyah.
Dengan perjanjian ini, harapan
untuk mengambil alih Ka’bah dan menguasai Makkah sudah makin terbuka. Ada dua faktor pokok yang
mendorong kebijaksanaan ini : pertama, Makkah adalah pusat keagamaan bangsa
Arab dalam Islam, Islam bisa tersebar keluar. Kedua, apabila suku nabi sendiri
dapat diislamkan, Islam akan memperoleh dukungan yang kuat karena orang-orang
Quraisy mempunyai kekuasaan dan pengaruh yang besar. Setahun kemudian, ibadah
haji ditunaikan sesuai dengan rencana.
Selama dua tahun perjanjian
Hudaibiyyah berlangsung, dakwah Islam sudah menjangkau seluruh jazirah Arab dan
mendapat tanggapan yang positif. Hampir seluruh jazirah Arab, termasuk
suku-suku yang paling selatan, menggabngkan diri dalam Islam. Perjanjian
Hudaibiyyah ternyata menjadi senjata bagi umat Islam untuk memperkuat dirinya.
Oleh karena itu, secara sepihak orang-orang kafir Quraisy membatalkan
perjanjian tersebut. Melihat kenyataan ini, rasulullah segera bertolak ke
Makkah dengan sepuluh ribu orang tentara untuk melawan mereka. Nabi Muhammad
tidak mengalami kesukaran apa-apa dan memasuki kota Makkah tanpa perlawanan. Beliau tampil
sebagai pemenang.
Sekalipun Makkah dapat dikalahkan,
masih ada dua suku Arab yang masih menentang, yaitu Bani Tsaqif di taif dan
Bani Hawazin di antara Taif dan Makkah. Kedua suku ini berkomplot membentuk
pasukan untuk memerangi Islam. Mereka ingin menuntut bela atas berhala-berhala
mereka yang diruntuhkan nabi dan umat Islam di Ka’bah. Nabi mengerahkan
kira-kira 12.000 tentara menuju Hunain untuk menghadapi mereka. Pasukan ini
dipimpin langsung oleh beliau sehingga umat Islam memenangkan pertempuran dalam
waktu yang tidak terlalu lama.
Dengan ditaklukkannya Bani Tsaqif
dan Bani Hawazin, seluruh Jazirah Arab berada di bawah kepemimpinan nabi dan
pada tahun ke-9 dan 10 H (630-6320 M) banyak suku dari berbagai pelosok Arab
mengutus delegasinya kepada Nabi Muhammad menyatakan ketundukan mereka.
Masuknya orang Makkah dalam agama Islam rupanya mempunyai pengaruh yang amat
besar pada penduduk padang
pasir yang liar itu.
Setelah itu, Nabi Muhammad segera
kembali ke Madinah. Beliau mengatur organisasi masyarakat kabilah yang telah
memeluk agama Islam. Petugas keagamaan dan para dai dikirim ke berbagai daerah
dan kabilah untuk mengajarkan ajaran-ajaran Islam, mengatur peradilan, dan
memungut zakat. Dua bulan setelah itu, nabi menderita sakit demam. Tenaganya
dengan cepat berkurang. Pada hari Senin, Tanggal 12 Rabiul Awal 11 H / 8 Juni
632 M., Nabi Muhammad SAW wafat di rumah
istrinya Aisyah.
Dari perjalanan sejarah nabi ini, dapat
disimpulkan bahwa Nabi Muhammad SAW., disamping sebagai pemimpin agama, juga
seorang negarawan, pemimpin politik, dan administrasi yang cakap. Hanya dalam
waktu sebelas tahun menjadi pemimpin politik, beliau berhasil menundukkan
seluruh jazirah Arab ke dalam kekuasannya.
0 comments:
Posting Komentar