Selasa, 22 Juli 2014

Pengaruh Kualitas Layanan, Harga Dan Lokasi Terhadap Keputusan Menginap


A.    Latar Belakang Masalah
                  Saat ini di Surabaya  semakin banyak bermunculan usaha-usaha jasa yang bergerak diberbagai bidang. Dengan demikian, persaingan yang tajam sering terjadi pada industri jasa di Indonesia, khususnya untuk unit usaha  perhotelan. Hal ini dapat dilihat dari semakin banyaknya produsen yang terlibat dalam pemenuhan kebutuhan yang diinginkan konsumen,  menyebabkan setiap perusahaan harus mampu menempatkan orientasi perusahaan jasa untuk meningkatkan kepusan konsumen sebagai tujuan utama. Perusahaan harus dapat memberikan kepuasan kepada pelanggan barang atau jasa yang mempunyai nilai lebih tinggi dengan mutu lebih baik dan harga lebih terjangkau, fasilitas yang memadai serta pelayanan yang lebih baik dari pada pesaing lainnya.
                  Industri perhotelan adalah industri jasa yang memadukan antara produk dan layanan. Desain bangunan, interior dan eksterior kamar hotel serta restoran, suasana yang tercipta di dalam kamar hotel, restoran serta makanan dan minuman yang dijual beserta keseluruhan fasilitas yang ada merupakan contoh produk yang dijual. Sedangkan layanan yang dijual adalah keramah-tamahan dan ketrampilan staff/ karyawan hotel dalam melayani pelanggannya.
                  Bisnis hotel banyak berkembang di berbagai kota, termasuk di kota besar seperti Surabaya. Banyaknya masyarakat yang menjadikan Surabaya sebagai tujuan dari mobilitasnya juga ikut mempengaruhi pertumbuhan jumlah hotel yang ada. Pada umumnya berbagai pusat pemerintahan, pusat pendidikan, pusat hiburan, maupun pusat bisnis berada di kota. Potensi tersebut yang menjadikan kota besar seperti Surabaya menjadi tujuan kunjungan masyarakat, baik untuk sementara maupun untuk menetap guna mendapatkan mata pencaharian. Selain itu, masyarakat yang ingin mendapatkan hiburan juga pergi ke kota, demikian halnya dengan masyarakat yang ingin mendapatkan pendidikan yang lebih memadai juga mengunjungi kota. Banyaknya kepentingan masyarakat untuk menuju kota menjadikan penghuni kota semakin bertambah, dan akibatnya lahan untuk pemukiman penduduk semakin sempit dan harga tanah atau bangunan semakin mahal.
Bagi masyarakat dari luar Surabaya yang memiliki kepentingan di Surabaya untuk beberapa saat merasa enggan jika harus membeli rumah untuk menginap sampai urusannya selesai mengingat mahalnya harga rumah di Surabaya. Fenomena tersebut memberikan inspirasi bagi pelaku usaha untuk membangun usaha hotel atau penginapan di Surabaya, sehingga jumlah hotel atau penginapan di Surabaya terus bertambah. Menurut Badan Pengelolaan Teknologi Informasi dan Komunikasi tahun 2004, jumlah hotel di Surabaya dapat diklasifikasikan menjadi beberapa macam pada tabel : 
Tabel 1
JUMLAH HOTEL DI SURABAYA
Klasifikasi Hotel
Jumlah
Bintang 5
7 Hotel
Bintang 4
4 Hotel
Bintang 3
9 Hotel
Bintang 2
2 Hotel
Bintang 1
6 Hotel
Melati 3
13 Hotel
Melati 2
14 Hotel
Melati 1
62 Hotel
Badan Pengelolaan Teknologi Informasi dan Komunikasi 2004
Salah satu bisnis perhotelan yang melayani berbagai lapisan masyarakat adalah Hotel ..............................beralamat di ……………… Hotel ..............................berdiri pada tahun 1990, pemiliknya bernama H. Abdul Manan Isa. Hotel ..............................berstatus bintang satu dengan kapasitas 26 kamar. Sebagai Hotel berkelas melati 1, Hotel ..............................memiliki daya saing yang kuat dalam persaingan industri jasa di bidang perusahaan hotel. Dalam melakukan pemasarannya, saat ini telah melengkapi ketersediaan akomodasi jasa kamar yang ditawarkan kepada pengguna jasanya, menetapkan harga yang bersaing, melakukan promosi melalui berbagai media yang ada, selain itu letak hotel yang strategis, di dekat pusat kota ini juga memudahkan bagi masyarakat yang menginginkan pelayanan hotel, proses check in maupun check out yang cepat, karyawan hotel yang ramah serta berharap selalu dapat memenuhi apa yang dijanjikan hotel kepada konsumennya.
Konsumen yang datang ke Hotel ..............................mempunyai motivasi atau pendorong yang berbeda dalam memanfaatkan produk jasa yang ditawarkan apakah menyewa kamar, keistimewaan-keistimewaan yang ditawarkan oleh pihak Hotel nantinya akan menjadi suatu indikator bagi kepuasan konsumen sehingga pihak perusahaan perlu meningkatkan kualitas jasanya.  Konsumen dalam hal ini merupakan komunitas yang heterogen yang berasal dari berbagai latar belakang, sifat, kebiasaan, daerah, budaya, dan tingkat ekonomi. Dengan dilatarbelakangi oleh beberapa teori, penelitian sebelumnya dan fenomena masalah tersebut, maka dilakukan penelitian untuk menganalisis pengaruh kualitas pelayanan, harga dan lokasi terhadap keputusan konsumen untuk menginap di Hotel ……………….. Menurut Payne (2001: 27) pemasaran jasa merupakan proses mempersepsikan, memahami, menstimulasi dan memenuhi kebutuhan pasar sasaran yang dipilih secara khusus dengan menyalurkan sumber-sumber sebuah organisasi untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
                  Dalam melakukan pemasarannya, saat ini telah melengkapi ketersediaan akomodasi jasa kamar yang ditawarkan kepada pengguna jasanya, menetapkan harga yang bersaing, melakukan promosi melalui berbagai media yang ada, selain itu letak hotel yang strategis, di dekat pusat kota ini juga memudahkan bagi masyarakat yang menginginkan pelayanan hotel, proses check in maupun check out yang cepat, karyawan hotel yang ramah serta berharap selalu dapat memenuhi apa yang dijanjikan hotel kepada konsumennya. Strategi bauran pemasaran jasa yang dilakukan suatu perusahaan juga diharapkan akan berpengaruh terhadap tingkat hunian kamar hotel.
Setiap hotel akan mengharapkan konsumennya untuk dapat kembali menginap. Oleh karena itu, perlu mengetahui pengaruh variabel-variabel seperti pelayanan, harga, dan lokasi. Variabel tersebut saling berkaitan antar satu dengan yang lain dan dapat mempengaruhi kunjungan konsumen di hotel tersebut. Mengingat bahwa keputusan menginap sangat dipengaruhi oleh faktor kualitas layanan, harga dan lokasi sehingga dalam penelitian ini, penulis hanya akan membahas mengenai kualitas layanan, harga dan lokasi Hotel ...............................
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian terhadap konsumen Hotel ..............................dengan judul : “Pengaruh Kualitas Layanan, Harga Dan Lokasi Terhadap Keputusan Menginap Di Hotel ..............................”.
Read more

Kajian Teori tentang Jasa

Kajian Teori tentang Jasa

A.    Pengertian Jasa

Menurut Andria Payne (2001:8), jasa merupakan suatu kegiatan yang memiliki beberapa unsur ketakberwujudan (ingtanbility) yang berhubungan dengannya, yang melibatkan beberapa intraksi dengan konsumen atau dengan properti dalam kepemilikannya, dan tidak menghasilkan transfer kepemilikan. Perubahan kondisi mungkin saja terjadi dan produksi jasa bisa saja berhubungan atau bisa pula tidak berkaitan dengan produk fisik.
Menurut pendapat Rambat Lupiyoadi (2006:6), jasa adalah : Semua aktivitas ekonomi yang hasilnya tidak berupa produk dalam bentuk fisik atau kontruksi, yang biasanya dikonsumsi pada saat yang sama dengan waktu yang dihasilkan dan memberikan nilai tambah (seperti misalnya kenyamanan, hiburan, kesenangan, kesehatan) atau pemecahan atas masalah yang dihadapi konsumen.
Jasa atau pelayanan merupakan suatu kinerja penampilan tidak berwujud dan cepat hilang, lebih dapat dirasakan daripada dimiliki, serta konsumen lebih dapat berpartisipasi aktif dalam proses mengkonsumsi jasa tersebut. Kondisi dan cepat lambatnya pertumbuhan jasa sangat bergantung pada penilaian pelanggan terhadap kinerja yang ditawarkan dan diberikan oleh pihak penyedia jasa, untuk menghasilkan kepuasan pelanggan.

B.     Karakteristik Jasa

Menurut Philip Kotler dan Kevin Lane Keller (2007:45) menyatakan bahwa terdapat empat karakteristik jasa yang berdampak pada desain pemasaran jasa, yaitu:
a.       Tidak berwujud (tangibility)
Sifat jasa yang tidak berwujud mengakibatkan suatu jasa tidak dapat mencium, melihat, mendengar, meraba dan merasakan hasilnya sebelum membelinya. Untuk mengurangi ketidakpastian tersebut konsumen akan mencoba mencari informasi tentang jasa tersebut, seperti lokasi perusahaan, rekam jejak kinerja perusahaan dan apa yang akan didapat dari perusahaan tersebut jika kita melakukan transaksi serta hal-hal lainnya,
b.      Tidak dapat dipisahkan ( inseparability)
Jasa umumnya diproduksi dan dikonsumsi pada saat bersamaan. Jika seseorang melakukan pembelian jasa, maka penyedia jasa tersebut merupakan bagian dari jasa. Karena konsumen selalu menunggu sampai jasa tersebut diproduksi, maka interaksi penyedia jasa dan konsumen merupakan cirri utama dari pemasaran jasa.
c.       Bervariasi (variabillity)
Jasa tergantung kepada siapa penyedia jasa tersebut dan kapan serta dimana jasa diproduksi, mengakibatkan jasa memiliki hasil yang berbeda – beda. Misalnya sebuah hotel yang sangat ramah melayani dan tanggap terhadap keluhan-keluhan tamunnya, sedangkan hotel yang lain tidak. Hal ini mengakibatkan pembeli jasa sangat berhatihati terhadap adanya perbedaan ini, sehingga seringkali meminta pendapat dari orang lain sebelum memilih suatu jasa.
d.      Tidak tahan lama (perishabillity)
Jasa tidak dapat disimpan. Karakteristik perishability ini tidak akan menjadi masalah jika permintaan tetap. Tetapi jika perusahaan berfluktuasi, maka perusahaan jasa mengalami masalah. Misalnya perusahaan transportasi harus menyediakan lebih banyak kendaraan selama jam-jam sibuk untuk memenuhi permintaan konsumen. Industri jasa sangat beragam, sehingga tidak mudah untuk menyamakan pemasarannya. Klasifikasi jasa dapat membantu memahami batasan-batasan dari industri jasa dan memanfaatkan pengalaman industri lain yang mempunyai masalah dan kharakteristik yang sama untuk diterapkan pada suatu bisnis jasa.
Menurut Grififfin dalam Rambat Lupioadi (2001:6), menyebutkan karakteristik jasa sebagai berikut:
a.  Intangibility tidak berwujud. Jasa tidak bias dilihat, dirasa, diraba, didengar atau di cium sebelum jasa itu dibeli. Nilai penting dari hal ini adalah nilai tak berwujud yang dialami konsumen dalam bentuk kenikmatan, kepuasan, atau kenyamanan
b.   Unstorability tidak dapat disimpan. Jasa tidak mengenal persediaan atau penyimpanan dari produk yang telah dihasilkan. Karakteristik ini juga di sebut inseparability tidak dapat dipisahkan, mengingat pada umumnya jasa dihasilkan dan dikonsumsi secara bersamaan.
c.  Customization kustomisasi. Jasa sering kali didesain khusus untuk memenuhi kebutuhan pelanggan

C.    Prilaku Konsumen Jasa

Fandi Tjiptono, dan Gregorius Chandra Tjiptono (2005:43) menyatakan bahwa perilaku konsumen jasa terdiri dari tiga tahap yaitu prapembelian, konsumsi, dan evaluasi purna beli. Tahap prapembelian mencakup semua aktivitas konsumen yang terjadi sebelum terjadi transaksi pembelian dan pemakaian jasa. Tahap ini meliputi tiga proses, yaitu identifikasi kebutuhan, pencarian informasi, dan evaluasi alternatif. Tahap konsumsi merupakan tahap proses keputusan konsumen, dimana konsumen membeli atau menggunakan produk atau jasa. Sedangkan tahap evaluasi purnabeli merupakan tahap proses pembuatan konsumen sewaktu konsumen menetukan apakah konsumen sudah telah melakukan keputusan pembelian yang tepat.

Read more

Senin, 21 Juli 2014

Peningkatan Kemampuan Berbicara Bahasa Arab Melalui Penerapan Model Pembelajaran Dialog


Pendidikan merupakan usaha sadar yang sengaja dirancang untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan bertujuan untuk mencapai tujuan kualitas sumber daya manusia. Salah satu usaha untuk meningkatkan sumber daya manusia dengan melalui proses pembelajaran baik dilembaga formal maupun non formal. Salah satu proses pembelajaran untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia adalah pembelajaran bahasa Arab.[1] Menjadi mafhum bagi pembelajar bahasa bahwasannya keterampilan berbahasa itu setidaknya ada empat: al istima’ (mendengar), al kalam (mengucapkan), al kitabah (menulis), al qiro’ah (membaca). Dimana disetiap keterampilan tersebut mempunyai kelemahan dan kelebihan masing-masing.[2]
Mempelajari bahasa asing membutuhkan formula tersendiri. Formula tersebut harus mampu membebaskan sipembelajar dari hal-hal yang dapat mempersulit dan bahkan membuat enggan  sipembelajar untuk dapat mencapai tujuannya. (menguasai bahasa asing yang diinginkan).[3]
Seiring dengan semakin meningkatnya kemampuan pelajar dan semakin bertambahnya perbendaharaan kata, pemberian latihan untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan mereka secara lisan sudah layak untuk disampaikan. Latihan pengungkapan kata secara lisan ini bisa dengan model pembelajaran dialog, yakni merupakan latihan meniru dan menghafal dialog-dialog mengenai berbagai macam situasi dan kesempatan. Melalui latihan ini, pelajar diharapkan dapat mencapai kemahiran yang baik dalam percakapan yang dilakukan secara wajar dan tidak dibuat-buat. Dialog-dialog tersebut disesuaikan dengan tingkat kemahiran pelajar.[4]
Secara etimologis hiwar atau muhawaroh dapat diartikan sebagai dialog, yakni suatu percakapan atau pembicaraan silih berganti antara dua pihak atau lebih yang dilakukan melalui Tanya jawab, di dalamnya terdapat kesatuan topic pembicaraan atau tujuan yang hendak dicapai dalam pembicaraan tersebut.[5]
Dialog-dialog yang diberikan kepada siswa disesuaikan dengan tingkat kemahiran siswa dan jenjang pendidikannya yang bersifat situasional. Materinyapun hendaknya disesuaikan dengan kehidupan sehari-hari siswa.[6]
Para pelajar bahasa dengan metode ini didorong untuk menghafal teks- teks klasik berbahasa asing dan terjemahannya dalam bahasa pelajar, terutama teks- teks yang bernilai sastra tinggi, walaupun dalam teks itu seringkali terdapat struktur kalimat yang rumit dan kosa kata atau ungkapan yang sudah tidak terpakai.[7]
            Madrasah yang memiliki garis historis dengan pesantren tebuireng adalah madrasah salafiyah syafi’iyah seblak yang berada dibawah naungan yayasan Khoiriyah Hasyim Seblak yang dalamnya mempunyai beberapa unit pendidikan, mulai dari MI, Mts, MA Salafiyah Syafi’iyah Seblak Jombang. Salah satu kegiatan penunjang di Mts Salafiyah Syafi’iyah ini adalah kemampuan berbicara bahasa Arab yang digunakan sebagai pendekatan pemahaman belajar bahasa Arab melalui model pembelajaran dialog.  
Langkah ini merupakan cara untuk melaksanakan peningkatan kemampuan berbicara bahasa Arab melalui model pembelajaran dialog,  agar proses pembelajaran menjadi terarah, sehingga dapat tercapai tujuan program yang telah ditetapkan. Berawal dari latar belakang diatas maka penulis mengambil judul : “PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA BAHASA ARAB MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DIALOG


[1] Wa Muna, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab (Teori dan Aplikasi),( Teras, Yogyakarta, 2011), 7.
[2] Moh. Ainin, Metodologi Penelitian Bahasa Arab,(Hilal Pustaka, Malang, 2007), 46.
[3] Acep Hermawan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, (PT.Remaja Rosdakarya, Bandung 2011), 19.
[4] Fathul Mujib,  Rekonstruksi Pendidikan bahasa Arab. (Yogyakarta : Paedagogi, 2010), 62.
[5] Iskandarwassid dkk, Startegi Pembelajaran Bahasa, (PT Remaja Rosda Karya, Bandung, 2011), 213.
[6] Wa Muna, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab (Teori dan Aplikasi),( Teras, Yogyakarta, 2011), 161.
[7]Ahmad Fuad Efendi, Metodologi Pengajaran Bahasa Arab,( Malang, Misykat, 2005), 31.
Read more