Senin, 21 Juli 2014

Peningkatan Kemampuan Berbicara Bahasa Arab Melalui Penerapan Model Pembelajaran Dialog


Pendidikan merupakan usaha sadar yang sengaja dirancang untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan bertujuan untuk mencapai tujuan kualitas sumber daya manusia. Salah satu usaha untuk meningkatkan sumber daya manusia dengan melalui proses pembelajaran baik dilembaga formal maupun non formal. Salah satu proses pembelajaran untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia adalah pembelajaran bahasa Arab.[1] Menjadi mafhum bagi pembelajar bahasa bahwasannya keterampilan berbahasa itu setidaknya ada empat: al istima’ (mendengar), al kalam (mengucapkan), al kitabah (menulis), al qiro’ah (membaca). Dimana disetiap keterampilan tersebut mempunyai kelemahan dan kelebihan masing-masing.[2]
Mempelajari bahasa asing membutuhkan formula tersendiri. Formula tersebut harus mampu membebaskan sipembelajar dari hal-hal yang dapat mempersulit dan bahkan membuat enggan  sipembelajar untuk dapat mencapai tujuannya. (menguasai bahasa asing yang diinginkan).[3]
Seiring dengan semakin meningkatnya kemampuan pelajar dan semakin bertambahnya perbendaharaan kata, pemberian latihan untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan mereka secara lisan sudah layak untuk disampaikan. Latihan pengungkapan kata secara lisan ini bisa dengan model pembelajaran dialog, yakni merupakan latihan meniru dan menghafal dialog-dialog mengenai berbagai macam situasi dan kesempatan. Melalui latihan ini, pelajar diharapkan dapat mencapai kemahiran yang baik dalam percakapan yang dilakukan secara wajar dan tidak dibuat-buat. Dialog-dialog tersebut disesuaikan dengan tingkat kemahiran pelajar.[4]
Secara etimologis hiwar atau muhawaroh dapat diartikan sebagai dialog, yakni suatu percakapan atau pembicaraan silih berganti antara dua pihak atau lebih yang dilakukan melalui Tanya jawab, di dalamnya terdapat kesatuan topic pembicaraan atau tujuan yang hendak dicapai dalam pembicaraan tersebut.[5]
Dialog-dialog yang diberikan kepada siswa disesuaikan dengan tingkat kemahiran siswa dan jenjang pendidikannya yang bersifat situasional. Materinyapun hendaknya disesuaikan dengan kehidupan sehari-hari siswa.[6]
Para pelajar bahasa dengan metode ini didorong untuk menghafal teks- teks klasik berbahasa asing dan terjemahannya dalam bahasa pelajar, terutama teks- teks yang bernilai sastra tinggi, walaupun dalam teks itu seringkali terdapat struktur kalimat yang rumit dan kosa kata atau ungkapan yang sudah tidak terpakai.[7]
            Madrasah yang memiliki garis historis dengan pesantren tebuireng adalah madrasah salafiyah syafi’iyah seblak yang berada dibawah naungan yayasan Khoiriyah Hasyim Seblak yang dalamnya mempunyai beberapa unit pendidikan, mulai dari MI, Mts, MA Salafiyah Syafi’iyah Seblak Jombang. Salah satu kegiatan penunjang di Mts Salafiyah Syafi’iyah ini adalah kemampuan berbicara bahasa Arab yang digunakan sebagai pendekatan pemahaman belajar bahasa Arab melalui model pembelajaran dialog.  
Langkah ini merupakan cara untuk melaksanakan peningkatan kemampuan berbicara bahasa Arab melalui model pembelajaran dialog,  agar proses pembelajaran menjadi terarah, sehingga dapat tercapai tujuan program yang telah ditetapkan. Berawal dari latar belakang diatas maka penulis mengambil judul : “PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA BAHASA ARAB MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DIALOG


[1] Wa Muna, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab (Teori dan Aplikasi),( Teras, Yogyakarta, 2011), 7.
[2] Moh. Ainin, Metodologi Penelitian Bahasa Arab,(Hilal Pustaka, Malang, 2007), 46.
[3] Acep Hermawan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, (PT.Remaja Rosdakarya, Bandung 2011), 19.
[4] Fathul Mujib,  Rekonstruksi Pendidikan bahasa Arab. (Yogyakarta : Paedagogi, 2010), 62.
[5] Iskandarwassid dkk, Startegi Pembelajaran Bahasa, (PT Remaja Rosda Karya, Bandung, 2011), 213.
[6] Wa Muna, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab (Teori dan Aplikasi),( Teras, Yogyakarta, 2011), 161.
[7]Ahmad Fuad Efendi, Metodologi Pengajaran Bahasa Arab,( Malang, Misykat, 2005), 31.

0 comments: