Pendidikan merupakan usaha sadar yang
sengaja dirancang untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan
bertujuan untuk mencapai tujuan kualitas sumber daya manusia. Salah satu usaha
untuk meningkatkan sumber daya manusia dengan melalui proses pembelajaran baik
dilembaga formal maupun non formal. Salah satu proses pembelajaran untuk
meningkatkan kualitas sumber daya manusia adalah pembelajaran bahasa Arab.[1] Menjadi mafhum bagi pembelajar bahasa bahwasannya keterampilan berbahasa
itu setidaknya ada empat: al istima’ (mendengar), al kalam
(mengucapkan), al kitabah (menulis), al qiro’ah (membaca). Dimana
disetiap keterampilan tersebut mempunyai kelemahan dan kelebihan masing-masing.[2]
Mempelajari
bahasa asing membutuhkan formula tersendiri. Formula tersebut harus mampu
membebaskan sipembelajar dari hal-hal yang dapat mempersulit dan bahkan membuat
enggan sipembelajar untuk dapat mencapai
tujuannya. (menguasai bahasa asing yang diinginkan).[3]
Seiring dengan semakin meningkatnya kemampuan pelajar
dan semakin bertambahnya perbendaharaan kata, pemberian latihan untuk
mengungkapkan pikiran dan perasaan mereka secara lisan sudah layak untuk
disampaikan. Latihan pengungkapan kata secara lisan ini bisa dengan model
pembelajaran dialog, yakni merupakan latihan meniru dan menghafal dialog-dialog
mengenai berbagai macam situasi dan kesempatan. Melalui latihan ini, pelajar
diharapkan dapat mencapai kemahiran yang baik dalam percakapan yang dilakukan
secara wajar dan tidak dibuat-buat. Dialog-dialog tersebut disesuaikan dengan
tingkat kemahiran pelajar.[4]
Secara etimologis hiwar atau muhawaroh dapat diartikan
sebagai dialog, yakni suatu percakapan atau pembicaraan silih berganti antara
dua pihak atau lebih yang dilakukan melalui Tanya jawab, di dalamnya terdapat
kesatuan topic pembicaraan atau tujuan yang hendak dicapai dalam pembicaraan tersebut.[5]
Dialog-dialog yang diberikan kepada siswa disesuaikan
dengan tingkat kemahiran siswa dan jenjang pendidikannya yang bersifat
situasional. Materinyapun hendaknya disesuaikan dengan kehidupan sehari-hari
siswa.[6]
Para pelajar bahasa dengan metode ini
didorong untuk menghafal teks- teks klasik berbahasa asing dan terjemahannya
dalam bahasa pelajar, terutama teks- teks yang bernilai sastra tinggi, walaupun
dalam teks itu seringkali terdapat struktur kalimat yang rumit dan kosa kata
atau ungkapan yang sudah tidak terpakai.[7]
Madrasah yang memiliki garis
historis dengan pesantren tebuireng adalah madrasah salafiyah syafi’iyah seblak
yang berada dibawah naungan yayasan Khoiriyah Hasyim Seblak yang dalamnya
mempunyai beberapa unit pendidikan, mulai dari MI, Mts, MA Salafiyah Syafi’iyah
Seblak Jombang. Salah satu kegiatan penunjang di Mts Salafiyah Syafi’iyah ini
adalah kemampuan berbicara bahasa Arab yang digunakan sebagai pendekatan
pemahaman belajar bahasa Arab melalui model pembelajaran dialog.
Langkah ini merupakan cara untuk melaksanakan
peningkatan kemampuan berbicara bahasa Arab melalui model pembelajaran dialog, agar proses pembelajaran menjadi terarah,
sehingga dapat tercapai tujuan program yang telah ditetapkan. Berawal dari
latar belakang diatas maka penulis mengambil judul : “PENINGKATAN KEMAMPUAN
BERBICARA BAHASA ARAB MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DIALOG
[1] Wa Muna, Metodologi
Pembelajaran Bahasa Arab (Teori dan Aplikasi),( Teras, Yogyakarta,
2011), 7.
[2] Moh. Ainin, Metodologi
Penelitian Bahasa Arab,(Hilal Pustaka, Malang, 2007), 46.
[3] Acep Hermawan, Metodologi
Pembelajaran Bahasa Arab, (PT.Remaja Rosdakarya, Bandung 2011), 19.
[4] Fathul Mujib, Rekonstruksi Pendidikan bahasa Arab.
(Yogyakarta : Paedagogi, 2010), 62.
[6] Wa Muna, Metodologi
Pembelajaran Bahasa Arab (Teori dan Aplikasi),( Teras, Yogyakarta,
2011), 161.
[7]Ahmad Fuad Efendi, Metodologi
Pengajaran Bahasa Arab,( Malang, Misykat, 2005), 31.
0 comments:
Posting Komentar