Kajian Teori tentang Jasa
A. Pengertian Jasa
Menurut Andria Payne (2001:8), jasa merupakan suatu kegiatan yang memiliki beberapa
unsur ketakberwujudan (ingtanbility) yang berhubungan dengannya, yang
melibatkan beberapa intraksi dengan konsumen atau dengan properti dalam
kepemilikannya, dan tidak menghasilkan transfer kepemilikan. Perubahan kondisi
mungkin saja terjadi dan produksi jasa bisa saja berhubungan atau bisa pula
tidak berkaitan dengan produk fisik.
Menurut pendapat Rambat Lupiyoadi (2006:6), jasa adalah : Semua aktivitas ekonomi
yang hasilnya tidak berupa produk dalam bentuk fisik atau kontruksi, yang
biasanya dikonsumsi pada saat yang sama dengan waktu yang dihasilkan dan
memberikan nilai tambah (seperti misalnya kenyamanan, hiburan, kesenangan,
kesehatan) atau pemecahan atas masalah yang dihadapi konsumen.
Jasa atau pelayanan merupakan suatu kinerja penampilan tidak berwujud dan
cepat hilang, lebih dapat dirasakan daripada dimiliki, serta konsumen lebih
dapat berpartisipasi aktif dalam proses mengkonsumsi jasa tersebut. Kondisi dan
cepat lambatnya pertumbuhan jasa sangat bergantung pada penilaian pelanggan
terhadap kinerja yang ditawarkan dan diberikan oleh pihak penyedia jasa, untuk
menghasilkan kepuasan pelanggan.
B. Karakteristik Jasa
Menurut Philip Kotler dan Kevin Lane Keller (2007:45)
menyatakan bahwa terdapat empat karakteristik jasa
yang berdampak pada desain pemasaran jasa, yaitu:
a. Tidak
berwujud (tangibility)
Sifat jasa yang
tidak berwujud mengakibatkan suatu jasa tidak dapat mencium, melihat,
mendengar, meraba dan merasakan hasilnya sebelum membelinya. Untuk mengurangi
ketidakpastian tersebut konsumen akan mencoba mencari informasi tentang jasa
tersebut, seperti lokasi perusahaan, rekam jejak kinerja perusahaan dan apa
yang akan didapat dari perusahaan tersebut jika kita melakukan transaksi serta
hal-hal lainnya,
b.
Tidak dapat dipisahkan (
inseparability)
Jasa umumnya
diproduksi dan dikonsumsi pada saat bersamaan. Jika seseorang melakukan
pembelian jasa, maka penyedia jasa tersebut merupakan bagian dari jasa. Karena
konsumen selalu menunggu sampai jasa tersebut diproduksi, maka interaksi
penyedia jasa dan konsumen merupakan cirri utama dari pemasaran jasa.
c. Bervariasi
(variabillity)
Jasa tergantung
kepada siapa penyedia jasa tersebut dan kapan serta dimana jasa diproduksi,
mengakibatkan jasa memiliki hasil yang berbeda – beda. Misalnya sebuah hotel
yang sangat ramah melayani dan tanggap terhadap keluhan-keluhan tamunnya,
sedangkan hotel yang lain tidak. Hal ini mengakibatkan pembeli jasa sangat
berhatihati terhadap adanya perbedaan ini, sehingga seringkali meminta pendapat
dari orang lain sebelum memilih suatu jasa.
d. Tidak
tahan lama (perishabillity)
Jasa tidak dapat
disimpan. Karakteristik perishability ini tidak akan menjadi masalah
jika permintaan tetap. Tetapi jika perusahaan berfluktuasi, maka perusahaan
jasa mengalami masalah. Misalnya perusahaan transportasi harus menyediakan
lebih banyak kendaraan selama jam-jam sibuk untuk memenuhi permintaan konsumen.
Industri jasa sangat beragam, sehingga tidak mudah untuk menyamakan pemasarannya.
Klasifikasi jasa dapat membantu memahami batasan-batasan dari industri jasa dan
memanfaatkan pengalaman industri lain yang mempunyai masalah dan kharakteristik
yang sama untuk diterapkan pada suatu bisnis jasa.
Menurut
Grififfin dalam Rambat Lupioadi (2001:6),
menyebutkan karakteristik jasa sebagai berikut:
a. Intangibility
tidak
berwujud. Jasa tidak bias dilihat, dirasa, diraba, didengar atau di cium
sebelum jasa itu dibeli. Nilai penting dari hal ini adalah nilai tak berwujud
yang dialami konsumen dalam bentuk kenikmatan, kepuasan, atau kenyamanan
b. Unstorability
tidak
dapat disimpan. Jasa tidak mengenal persediaan atau penyimpanan dari produk
yang telah dihasilkan. Karakteristik ini juga di sebut inseparability tidak dapat dipisahkan, mengingat pada umumnya jasa
dihasilkan dan dikonsumsi secara bersamaan.
c. Customization
kustomisasi.
Jasa sering kali didesain khusus untuk memenuhi kebutuhan pelanggan
C. Prilaku Konsumen Jasa
Fandi
Tjiptono, dan Gregorius Chandra Tjiptono (2005:43)
menyatakan bahwa perilaku konsumen jasa terdiri dari tiga tahap yaitu
prapembelian, konsumsi, dan evaluasi purna beli. Tahap prapembelian mencakup
semua aktivitas konsumen yang terjadi sebelum terjadi transaksi pembelian dan
pemakaian jasa. Tahap ini meliputi tiga proses, yaitu identifikasi kebutuhan,
pencarian informasi, dan evaluasi alternatif. Tahap konsumsi merupakan tahap
proses keputusan konsumen, dimana konsumen membeli atau menggunakan produk atau
jasa. Sedangkan tahap evaluasi purnabeli merupakan tahap proses pembuatan konsumen
sewaktu konsumen menetukan apakah konsumen sudah telah melakukan keputusan
pembelian yang tepat.
0 comments:
Posting Komentar