Di Indonesia, bahasa arab di gunakan sebagai mata pelajaran pada
semua jenjang pendidikan islam. Dalam kenyataannya, mempelajari bahasa arab di
anggap sulit di sebabkan berbagai problem baik bersifat linguistik maupun non
linguistik. Di antara problem linguistik adalah pelafalan huruf dengan beberapa
harokatnya.
Dalam proses belajar
mengajar bahasa arab terdapat empat keterampilan berbahasa yang pada hakikatnya
tidak dapat di pisahkan, yaitu istima’ (menyimak), kalam (berbicara), qiro’ah
(membaca), dan kitabah (menulis). Pada tingkat dasar dan menengah, keterampilan
tersebut diajarkan secara terpadu (nadhariyah wahdah).
Di antara
keempat keterampilan bahasa tersebut, membaca merupakan faktor dasar dalam
membina dan memperhalus kepribadian seseorang. Membaca dapat menambah ilmu pengetahuan dan pengalaman.
Siapa yang tidak membaca dengan baik, tidak akan memperoleh hasil yang baik.
Membaca adalah jendela ilmu pengetahuan bagi santri. Dengan perantara membaca, ia dapat mengerti kebudayaan islam dan
arab. Oleh karena itu, membaca merupakan alat utama untuk mewujudkan keinginan
dan memberikan pemahaman kepada siswa asing (non arab) yang mempelajari
pemikiran bangsa arab dan buku-buku mereka.[1]
Informasi
tentang perkembangan dalam berbagai segi kehidupan disebarluaskan melalui
berbagai media, termasuk media cetak. Untuk memahami semua jenis yang termuat
dalam berbagai bentuk tulisan di perlukan kegiatan membaca, disertai kemampuan
untuk memahami isinya. Kemampuan memahami isi bacaan menjadi tujuan pokok dari
pengajaran membaca.[2].
Bahasa Arab bukan hanya sekedar bahasa komunikasi antar bangsa, lebih jauh dari itu bahasa arab
merupakan bahasa kunci bagi umat islam guna mendalami Islam dari
sumber-sumbernya yakni Al-Qur’an dan Al-Hadits. Perlu diketahui pula, dalam
mempelajari Al-Qur’an itu membutuhkan kemampuan berbahasa arab. Hal ini
menyebabkan bahasa arab menjadi wajib hukumnya dalam memahami makna perkataan
dan retorika Al-Qur’an dalam ta’bir (pengungkapan) serta ushlub (gaya bahasa)
dalam menjelaskam sesuatu.[3]
Al-Qur’an adalah kalam (firman) Allah sekaligus mu’jizat yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dengan berbahasa arab yang sampai kepada
manusia dengan cara mutawatir (langsung atau melalui lisan Nabi Muhammad SAW
kepada orang banyak) yang kemudian termaktub dalam bentuk mushaf, dimulai surat
Al-fatihah dan di tutup dengan surat An-Nas.[4]
Salah satu keistimewaan Al Quran adalah bahwa Al Quran di jamin
keotentikannya oleh Allah, sehingga terpelihara kandungannya sampai hari akhir.
Kebenaran dan keterpeliharaannya ini terbukti dalam beberapa ayat yang salah
satu artinya adalah :
Artinya : Sesungguhnya Kami-lah
yang menurunkan Al Quran, dan Sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya[5]
Diantara perangkat untuk memeliharanya
adalah dengan menyiapkan orang yang
menghafalkan Al-Qur’an pada setiap generasi. Namun demikian menghafal Al-Qur’an
tidaklah sama dengan menghafal hal-hal yang lain seperti bait-bait, sya’ir,
nastar (prosa) dan karya-karya sastra yang lainnya. Menghafal Al-Qur’an perlu
mempersiapkaan diri baik lahir maupun batin secara seksama dan niat kesungguhan
yang optimal. Oleh karena itu proses yang dijalani dalam penghafalan harus
melalui berbagai macam unsur dan tahapan
yang harus ditempuh agar dapat menghafal dengan baik dan benar.
Untuk menghafal Al-Qur’an sudah barang
tentu diperlukan metode yang dapat memudahkan usaha-usaha dalam menghafal,
sehingga dapat berhasil dengan baik dan dapat selesai dalam waktu yang relatif
singkat. Agar dapat menghafal Al-Qur’an dengan benar, maka disamping
mempraktekkan setiap hari. Faktor kemampuan berbahasa arab seseorang juga merupakan penunjang yang kuat dan dapat
mempengaruhi usaha dan hasil yang dicapai dalam aktifitas menghafal Al-Qur’an,
karena bahasa arab merupakan kebutuhan mutlak untuk memahami sumber hukum
islam.
Namun dalam kehidupan orang Indoneseia yang
notabene orang non arab, mengkaji dan memahami makna yang terkandung dalam Al-Qur’an
dan Al-Hadits maupun buku-buku keislaman yang berbahasa arab bukanlah suatu hal
yang mudah. Mempelajari bahasa arab tentunya menjadi suatu keharusan bagi
seorang muslim untuk dapat mengkaji dan memahami ajarannya.
Berangkat dari asumsi tersebut salah satu
lembaga pendidikan yang menyelenggarakan kegiatan pendalaman islam adalah
pesantren. Dalam dunia salafi,[6] pembelajaran bahasa arab lebih berorientasi
pada reading teks, hal ini karena kitab-kitab yang diajarkan ditulis tanpa
syakal sehingga untuk dapat membacanya dengan benar
penguasaan ilmu alat seperti : nahwu, shorof,
balaghoh, dan mantiq menjadi syarat wajib untuk dipelajari terlebih dahulu.
Hal
ini bisa dilihat pada faktor pengajaran metode pengajaran pesantren terkenal
klasik seperti sorogan, bandongan, halaqoh dan hafalan. Teknik penyajian metode
tersebut secara umum adalah seorang kyai dan santri masing-masing memegang
sebuah kitab berbahasa arab. Guru membacakan dan mengartikan kata demi kata dan
kalimat demi kalimat dengan terjemahannya, sementara para santri menyimak
bacaan guru dan menuliskan terjemahannya kedalam kitab mereka, atau dalam
istilah lain seperti “jenggot”, karena kata-kata dalam bahasa daerah ditulis
dibawah teks asli yang menyerupai jenggot.[7]
Sistem pengajaran bahasa arab semacam ini
dipandang kurang efektif dan efisien dalam penguasaan bahasa asing karena
memerlukan waktu yang lama. Disamping itu strategi dan metode tersebut output
pesantren terkesan berwatak lamban, pasif, kurang peka terhadap masalah karena
kurang terlatih. Dari hasil observasi dan wawancara yang peneliti lakukan
penulis tertarik untuk mengangkat pondok pesantren …………………….. sebagai obyek penelitian. Hal ini karena
pesantren tersebut merupakan salah satu lembaga pendidikan non formal dibawah
naungan yayasan ............................ yang memberikan kontribusi dalam
meningkatkan salah satu kemahiran bahasa arab yaitu kemahiran membaca Al-Qur’an
dan kitab kuning.
Pembelajaran bahasa arab di madrasah
diniyah Pondok Pesantren ............................lebih menekankan dengan
pelajaran nahwu shorof sebagai salah satu upaya untuk lebih mempermudah dan
mempercepat pembelajaran membaca referensi arab dan menghapal Al Quran, hal ini
bertujuan sebagai bekal santri untuk memahami Al-Qur’an dan Al-Hadits serta
teks-teks arab lainnya. Namun demikian, bukan berarti kegiatan belajar mengajar
hanya terbatas pada kemahiran membaca. Kemahiran yang lainnya seperti
mendengar, berbicara, dan menulis juga diberikan meskipun dalam porsi yang
terbatas karena dalam praktek pembelajaran didalam kelas tidak mungkin terjadi
pemisahan keempat kemahiran berbahasa.
Dari uraian diatas maka idealnya sesuai
dengan tujuan pembelajaran bahasa arab di madrasah diniyah Pondok Pesantren ............................
bisa membaca kitab referensi arab dengan baik, tetapi pada kenyataannya tidak
semua santri yang belajar bahasa arab bisa membaca referensi arab dan masih ada
beberapa santri yang belum bisa membaca referensi arab. Hal ini terlihat ketika
penulis mengamati pelaksanaan latihan membaca referensi arab pada saat evaluasi
belajar.[8]
Melihat fenomena ini, tentunya ada
permasalahan yang cukup menarik untuk dikaji lebih mendalam. Penulis ingin
mengetahui sejauh mana keberhasilan pengajaran bahasa arab melalui madrasah
diniyah di Pondok Pesantren Roudlotu Tahfidzil Qur’an. Sehingga peneliti
mengangkat sebuah judul : Peningkatan Kemampuan Membaca Referensi Arab Pada Santri Penghafal Al-Qur’an
[1] Abdullah dan nashir Abdullah Al Ghali, Usus I’dad al Kutub Al
Ta’limiyah li ghor al Nathiqhin (riyadh:Dar Al-I’tisham), hal. 57
[3] Abdurrahman Abdul
Khaliq, Raghib As-Sirjani, Cara Cerdas Hafal Al-Qur’an, Solo: Aqwam, 2007, hlm.
19.
[6] yang dimaksud dengan
pesantren salafi disini adalah pesantren yang tetap mempertahankan pengajaran kitab-kitab klasik sebagai inti pendidikan pesantren.
lihat zamahsyari dhofier. tradisi pesantren study tentang pandangan hidup
kyai(Jakarta LP3ES, 1984) hlm. 41.
[7] Radliyah Zainudin, Metodologi Dan Strategi Alternatif Pembelajaran
Bahasa Arab (Jakarta: Pustaka Riflah Group, 2005), hlm. 5-6
[8] Wawancara dengan Alumni PPP. Roudlotul Tahfidil Qur’an Bapak Yusuf
Hidayat, Hari Jum’at tanggal 6 Juni 2014 di Sentul Tembelang Jombang
0 comments:
Posting Komentar