Jumat, 15 April 2011

Teori dan Asuhan Kebidanan Gastroentritis

Teori dan Asuhan Kebidanan Gastroentritis

A. Pengertian

Gastroentritis adalah peradangan yang terjadi pada lambung dan usus yang memberikan gejala diare dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya yang disebabkan oleh bakteri, virus, dan parasit yang patogen.

B. Patofisiologi

Penyebab gastroentritis akut adalah masuknya virus (Rotravirus, denovirus enteris, virus norwalk) , bakteri atau toksin (compylobacteri, salmonella, escherichia coli, yersinia dan lainnya), parasit (biardia labia, cryptosporidium). Beberapa mikro organisme patogen ini menyebabkan infeksi pada sel-sel, memproduksi enterotoksin atau cytotoksin dimana merusak sel-sel, atau melekat pada dinding usus pada gastroentritis akut.
Penularan gastroentritis biasanya melalui fekal-oral dari satu penderita ke yang lainnya. Beberapa kasus ditemui penyebaran patogen dikarenakan makanan dan minuman yang terkontaminasi.
Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare adalah gangguan osmotic (makanan yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus, isi rongga usus berlebihan sehingga timbul diare). Selain itu menimbulkan gangguan sekresi akibat toksin di dinding usus, sehingga sekresi air dan elektrolit meningkat kemudian terjadi diare. Gangguan multilitas usus yang mengakibatkan hiperperistaltik dan hipoperistaltik.

Akibat dari diare itu sendiri adalah kehilangan air dan elektrolit (dehidrasi) yang mengakibatkan gangguan asama basa (asosiasi metabolik dan hipokalemia), gangguan gizi (intake kurang, output berlebih), hipoglikemia dan gangguan sirkulasi darah.

C. Gejala Klinis

  • Diare
  • Muntah
  • Demam
  • Nyeri abdomen
  • Membran mukosa mulut dan bibir kering
  • Fontanel cekung
  • Kehilangan berat badan
  • Tidak nafsu makan
  • Lemah


D. Komplikasi

  • Dehidrasi
  • Renjatan hipofolemik
  • Kejang
  • Bakterimia
  • Mal nutrisi
  • Hipoglikemia
  • Intoleransi sekunder akibat kerusakan mukosa usus
Dari komplikasi gastroentritis, tingkat dehidrasi dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

a. Dehidrasi ringan

Kehilangan cairan 2 – 5% dari berat badan dengan gambaran klinik turgor kulit kurang elastis, suara serak, penderita belum jatuh pada keadaan syok.

b. Dehidrasi

Kehilangan cairan 5 – 8% dari berat badan dengan gambaran klinis turgor kulit jelek, suara serak, penderita jatuh presyok nadi cepat dan dalam.

c. Dehidrasi berat

Kehilangan cairan 8 – 10% dari berat badan dengan gambaran klinik seperti tandatanda dehidras sedang ditambah dengan kesadaran menurun, apatis sampai koma, otot kaku sampai sianosis.

E. PENATALAKSANAAN MEDIS

  • Pemberian Cairan

Dialetik : pemberian makanan dan minuman khusus pda penderita dengan tujuan penyembuhan dan menjaga kesehatan adapun hal yang perlu diperhatikan :
  • Memberikan ASI
  • Memberikan bahan makanan yang mengandung kalori, protein vitamin, mineral dan makanan yang bersih
  • Obat-obatan

Keterangan :
  • Pemberian cairan, pada klien diare dengan memperhatikan derajat dehidrasinya dan keadaan umum

Cairan peroral
Pada klien dengan dehidrasi ringan dan sedang, cairan diberikan peroral berupa cairn yang berisikan NaCl dan Na, Hco, kal dan glukosa, untuk diare akut diatas 6 bulan dengan dehidrasi ringan, atau sedang kadar natrium 50 – 60 meg/l dapat dibuat sendiri (mengandung larutan garam dan gula) atau air tajin yang diberi gula dengan garam. Hal tersebut diatas adalah untuk pengobatan di rumah sebelum dibawah ke rumah sakit untuk mencegah dehidrasi lebih lanjut.

Cairan parenteral
Mengenai beberapa banyak cairan yang harus diberikan tergantung dari berat badan atau ringannya dehidrasi yang diperhitungkan kehilangan cairan sesuai dengan umur dan berat badannya.

  • Dehidrasi ringan

• 1 jam pertama 25-50 ml/kg BB/hari
• Kemudian 125 ml/kg BB/hari
  • Dehidrasi berat

Untuk anak umur 1 bulan – 2 tahun dengan berat badan 3 – 10 kg
  • 1 jam pertama : 40 ml/kg BB/jam : 10 tetes/kg BB/menit (infus set 1 ml = 15 tetes atau 13 tetes/kg BB/menit
  • 7 jam berikutnya 12 ml/kg BB/jam = 3 tetes / kg BB/menit (infus set 1 ml = 20 tetes)
  • 16 jam berikutnya 125 ml/kg BB oralit per oral bila anak mau minum, teruskan dengan 2A intra vena 2 tetes / kg BB / menit atau 3 tetes / kg BB/menit

Untuk anak lebih dari 2 – 5 tahun dengan berat badan 10 – 15 kg
  • 1 jam pertama 30 menit/kg BB/jam atau 8 tetes/kg BB/menit (infus set 1 ml = 15 tetes) atau 10 tetes / kg BB/menit (1 ml = 20 tetes)
  • 7 jam kemudian 127 ml/kg BB oralit peroral, bila anak tidak mau minum dapat diteruskan dengan 2A intravena 2 tetes/kg BB/menit atau 3 tetes/kg BB/menit

Untuk anak lebih dari 5 – 10 tahun dengan berat badan 15 – 25 kg
  • 1 jam pertama 20 menit/kg BB/jam atau 5 tetes/kg BB/menit (infus set 1 ml = 20 tetes)
  • 16 jam berikutnya 105 ml/kg BB oralit peroral


Diatetik (pemberian makanan)
Terapi diatetik adalah pemberian makanan dan minum khusus kepada penderita dengan tujuan meringankan, menyembuhkan serta menjaga kesehatan penderita. Hal-hal yang perlu diperhatikan :
  • memberikan ASI
  • Memberikan bahan makanan yang mengandung cukup kalori, protein, mineral dan vitamin, makanan harus bersih
  • Obat-obatan
  • Obat anti sekresi
  • Obat anti spasmolitik
  • Obat anti biotik

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Pemeriksaan laborat
  • Pemeriksaan tinja
  • Pemeriksaan gangguan asam basa dalam darah astropi, bila memungkinkan dengan menentukan pH keseimbangan analisa gs darah atau astrop, bila memungkinkan
  • Pemeriksaan kadar ureum dan krestinin untuk mengetahui fungsi ginjal

2. Pemeriksaan elektrolit intubasi duodenum untuk mengetahui jasad renik atau parasit secara kuantitatif terutama dilakukan pada penderita diare kronik

G. TANDA DAN GEJALA DEHIDRASI PADA BAYI

1. Dehidrasi ringan
  • Menangis tanpa air

Pada umumnya bayi menangis disertai air mata, segera waspadai bila ia menangis tetapi air matanya tidak keluar
  • Mulut dan bibir kering

Kekurangan cairan akan membuat hampir seluruh tubuh menjadi kering yang terlihat jelas adalah bagian mulut dan bibir yang kering.
  • Turun berat badan

Karena sedang mengalami pertumbuhan yang sangat pesat seluruhnya berat badan (BB) bayi terus meningkat. Namun jika yang terjadi malah sebaliknya, waspadalah. Tanda dari gejala dehidrasi ringan BB bayi turun sampai 5 persen BB asalnya.

2. Dehidrasi sedang
  • Ubun-ubun cekung

Bila cekung, padahal sebelumnya normal-normal saja dan saat itu bayi sedang diare, mungkin i sedang mengalami dehidrasi.
  • Jarang buang air kecil (BAK)

Frekuensi BAK bayi cukup banyk yakni di atas 3 cc/kg BB setiap jamnya. Namun bayi yang mengalami dehidrsi akan jarang mengeluarkan air seni. Bilapun BAK, air seni yang keluar sangat sedikit dan berwarna gelap.
  • Mata cekung

Kekurangan cairan pun bisa membuat mata bayi tampak cekung dan sekana terbenam
  • Kulit pucat dan tidak elastis

Cairan dalam tubuh berfungsi juga untuk kelembapan kulit. Bila cairan tersebut sangat minim, maka kulit tampak kering dan terlihat pucat. Untuk lebih memastikan cobalah untuk mencubit kulit bayi secara perlahan. Bayi positif mengalami dehidrasi, karena bayi tidak bisa mengungkapkan hal ini lalu ditunjukkan dengan perilaku yang sering tidur, bilapun terbangun dia hanya tergolek di tempat tidur tanpa aktifitas berat.
  • Demam

Seperti layaknya orang dewasa, gejala dehidrasi pada bayi dapat ditandai dengan peningkatan suhu tubuhnya. Jika diukur, suhunya bisa mencapai 38 derajat celcius karena jumlah cairan yang dibutuhkan tubuhnya tidak terpenuhi
  • Berat badan turun

Bila BB bayi turun semakin banyak, yaitu 5 – 10 persen dari BB asalnya, berarti dehidrasi bayi sudah meningkat taraf sedang.

3. Dehidrasi berat
  • Nafas dan denyut jantung cepat

Pada dehidrasi berat, gejala fisik yang terlihat merupakan kelanjutan dari gejala dehidrasi sedang. Gejala itu akan lebih nyata seluruhnya disusul kesadaran anak menurun, nafas jadi cepat, dan denyut jantung meningkat.
  • Hilang kesadaran

Karena cairan yang sangat dibutuhkan untuk mobilisasi tubuh berkurang, maka seluruh sistem kerja organ tubuh, terutama otak yang mengatur pola kerja tubuh akan terganggu, kalau otak tak berfungsi sempurna maka banyak bayi hilang kesadaran.
  • Berat badan turun drastis

Dalam waktu 24 jam bayi butuh cairan sebanyak 100 cc/kg BB-nya. Namun ketik mengalami dehidrasi berat, pengeluaran cairan makin tidak sebanding dengan kebutuhan saat itu, yakni bisa mencapai 200-250 cc/kg dalam sehari. Hal inilah yang membuat BB bayi bisa turun drastis yaitu lebih dari 10% BB asalnya.

H. IMUNISASI LENGKAP

1. BCG (Timbul jaringan parut)
  • Untuk mencegah TBC
  • Vaksin yang berisi kuman TBC yang telah dilemahkan
  • Diberikan 1 kali pada umur 0 – 11 bulan, akan tetapi umumnya diberikan pada bayi umur 2 – 3 bulan
  • Dosis untuk bayi dan anak < tahun adalah 0,05 mil. Cara pemberian ic di daerah insersio M deltoideus kanan.

2. Hepatitis B 
  • Diberikan sedini mungkin setelah lahir 
  • Diberikan berdasarkan HBs Ag pada ibu saat melahirkan 
  • Bayi dari ibu dengan status HBs Ag yang tidak diketahui 
  • Diberikan vaksin rekombinon (Hb vax – 11,5 Ng atau energi B Ng) atau vaksin plasma derived 10 mg dalam waktu 12 jam setelah lahir 
  • Dosis kedua diberikan pada umur 1 – 2 bulan 
  • Dosis ketiga umur 6 bulan 
  • Apabila pada pasien diketahui ibu HBs Ag positif seger berikan 0,5 ml HB IG (sebelum 1 minggu) 
  • Bayi lahir dari ibu HBs Ag positif 
  • Dalam waktu 12 jam setelah lahir diberikan 0,5 HBIG dan vaksin rekombinan. IM disisi tubuh yang berlainan 
  • Dosis kedua diberikan 1 – 2 bulan sesudahnya 
  • Dosis ketiga diberikan pada usia 6 bulan 
  • Bayi lahir dari ibu dengan HBs Ag negatif 
  • Diberikan vaksin kombinan dengan vaksin plasma derived secara IM pada umur 2 – 6 bulan  Dosis kedua diberikan 1 – 2 bulan kemudian 
  • Dosis ketiga diberikan 6 bulan setelah imuniasi pertama 

3. DPT (demam tinggi, rewel, timbul kemerahan) 
Diberikan 3x sejak umur 2 bulan dengan interval 4 – 6 minggu (0,5 cc) IM 
  • DPT 1 diberikan umur 2 – 4 bulan 
  • DPT 2 diberikan umur 3 – 5 bulan 
  • DPT 3 diberikan umur 4 – 6 bulan 
  • DPT 4 diberikan umur 18 – 24 bulan 
  • DPT 5 diberikan umur 5 – 7 bulan 

 4. Polio 
  • Untuk imunisasi dasar (Polio 1, 2, 3) vaksin diberikan 2 tetes peroral interval tidak langsung dari 4 minggu 
  • Polio O pada kunjungan I untuk meningkatkan cakupan imunisasi 
  • Polio O diberikan saat bayi dipulangkan dari rumah bersalin/rumah sakit agar tidak mencemari bayi lain mengingat virus polio hidup dapat diekskresikan melalui tinja 
  • Polio ulang diberikan satu tahun sejak imunisasi polio 4 selanjutnya saat masuk sekolah (5 – 65 tahun) 

Jenis vaksin 
  1. OPV (Oral polio vaccine) Tiap dosis 2 tetes = 0,1 ml 
  2. IPV (Inactivated poliomyelitis vaccine) Pemberian dengan dosis 0,5 ML dengan SC dalam 3x berturut-turut dengan jarak 2 bulan. 
5. Campak 
  • Vaksin campak diberikan pada umur 9 bulan (0,5 cc) SC 
  • Imunisasi ulangan pada saat masuk SD (5 – 6 tahun) 
  • Imunisasi ulangan juga dianjurkan dalam situasi tertentu : 1. Terdapat KLB peningkatan kasus campak 2. Seseorang yang tidak dapat menunjukkan catatan imunisasinya I.


KONSEP DASAR ASUHAN KEBIDANAN 

I. Langkah pertama : Pengkajian 
a. Data Subyektif 
1) Identitas bayi Mulai dari nama, umur, tanggal lahir, jenis kelamin jenis persalinan, BBL, PB, AS, alamat untuk pengenalan status. 

2) Identitas orang tua 
  • Nama dan umur orang tua untuk pengenalan status 
  • Agama : peru diketahui oleh petugs dalam rangka pemberian dukungan support terhadap orang tua klien 
  • Suku/bangsa : untuk mengetahui bahasa kebiasaan orang tua/klien 
  • Pendidikan : untuk mengukur kemampuan orang tua klien dalam menerima informasi dan konseling dari petugas 
  • Pekerjaan : mengetahui tingkat sosil ekonomi orang tua 
  • Alamat : untuk mengetahui tempat tinggal/keadan lingkungan rumahnya 


3) Keluhan utama 
Keluhan yang dialami oleh bayi saat datang memeriksakan diri misalnya : feses semakin cair, muntah, bila kehilangan banyak air dan elektrolit terjadi gejala dehidrasi, berat badan menurun pada bayi ubun-ubun besar cekung tonus dan turgor kulit berkurang, selaput lendir mulut dan bibir kering, frekuensi BAB lebih dari 4 kali dengan konsistensi encer 

4) Riwayat kesehatan yang lalu 
Riwayat penyakit sebelum bayi periksa, riwayat yang ada hubunganny dengan diare 

5) Riwayat kesehatan keluarga 
Riwayat kesehatan keluarga adanya penyakit menurun dan menular 

6) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu 
Untuk mengetahui adanya penyulit atau kelainan waktu ibu klien hamil dan melahirkan. 

7) Riwayat imunisasi 
Untuk mengetahui imunisasi yang sudah didapat bayi sampai umur sekarang 

8) Pola kebiasaan sehari-hari
a. Pola nutrisi 
Bagaimana pola makan/minum sehari-hari, jumlah banyak, dan jenis minuman ASI harus diberikan setiap 2 jam sekali selama + 15 menit dn diselingi susu formula untuk mencegah terjadinya dehidrasi berat 
b. Pola eliminasi 
Akan mengalami perubahan yaitu BAB lebih dari 4 kali sehari, BAK sedikit atau jarang 
c. Pola istirahat dan tidur 
Akan terganggu karena adanya distensi abdomen yang akan menimbulkan rasa tidak nyaman 
d. Pola hygiene 
Kebiasaan mandi dan ganti pakaian setiap harinya 
e. Pola aktifitas 
Akan terganggu karena kondisi tubuh yang lemah dan adanya nyeri akibat distensi abdomen 

b. Data Obyektif 
1. Pemeriksaan umum 
Keadaan umum : tampak lemah 
Kesadaran : composmentis sampai koma 
Suhu tubuh : tinggi Nadi : cepat dan lemah 
Pernafasan : agak cepat 

2. Pemeriksaan fisik 
Mata : cekung Ubun-ubun besar : cekung Selaput lendir, mulut dan bibir kering Berat badan menurun Anus : kemerahan Perkusi : adanya distensi abdomen Auskultasi : terdengar bising usus 

3. Pemeriksaan penunjang 
Pemeriksaan tinja, darah lengkap dan doudenum intubation yaitu untuk mengetahui penyebab secara kuantitatif dna kaulitatif. 

II. Langkah Kedua : Identifikasi Diagnosa Masalah Diagnosa 
Bayi ”...” umur ... bulan dengan gastroentritis akut (GEA) 
Ds : Ungkapan ibu klien tentang yang dialami bayi saat ini 
Do : Data yang didapat oleh petugas 
Masalah : Out put cairan yang berlebihan Mual muntah Distensia abdomen 

III. Langkah Ketiga : Antisipasi Masalah Potensial 
Potensial terjadi dehidrasi sedang 

IV. Langkah keempat : Identifikasi kebutuhan segera 
Pemberian cairan dan elektrolit sesuai dengan kebutuhan tingkat dehidrasi 

V. Langkah kelima 
Dx : Bayi ”...” umur ... bulan dengaan gastroentritis Akut (GEA) 
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan kebidanan 1 x 24 jam ibu klien mengerti tentang penjelasan dari petugas 
Kriteria : Klien mengerti penjelasan dari petugas 
Intervensi 
1. Lakukan pendekatan pada orang tua klien 
R:/ Dengan pendekatan terjalin kerjasama yang baik dan kepercayaan pada petugas 
2. Berikan penjelasan tentang hasil pemeriksaan bayinya 
R:/ Orang tua klien mengerti tentang kondisi bayinya 
3. Berikan HE kepada ibu klien tentang nutrisi dan cairan yaitu dengan memberikan ASI dan PASI (susu formula) sebagai selingan ASI sesering mungkin kepada bayi 
R:/ Agar nutrisi dan cairan tetap terpenuhi dan tidak terjadi dehidrasi berlanjut 
4. Berikan HE kepada ibu klien tentang personal hygiene terhadap botol minuman bayi 
R:/ Untuk mencegah masuknya kuman ke mulut bayi 
5. Berikan HE kepada ibu klien tentang personal hygiene terhdap bayi, popok dan pakaian bayi 
R:/ Agar tidak terjadi gangguan integritas kulit (iritasi) bayi 

Masalah I : Out put cairan yang berlebihan 
Tujuan : Defisit cairan dan elektrolit teratasi 
Kriteria : Tanda-tanda dehidrasi tidak ada, mukosa muluit dan bibir lembab, dan cairan seimbang 
 Intervensi 
1. Observasi TTV dan tanda-tanda dehidrasi 
R:/ Untuk mengetahui tingkat dehidrasi lebih lanjut 
2. Anjurkan keluarga untuk memberikan minum yang banyak kurang lebih 2000-2500 cc per hari 
R:/ Menghidnari terjadinya dehidrasi lebih lanjut 

Masalah II : Mual muntah 
Tujuan : Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi teratasi 
Kriteria : Intake nutrisi klien meningkat, mual muntah tidak ada 
Intervensi 
1. Kaji pola nutrisi dan perubahan yang terjadi 
R:/ Mengetahui perubahan nutrisi yang terjadi 
2. Kaji faktor penyebab gangguan pemenuhan nutrisi 
R:/ Mengetahui penyebab gangguan pemenuhan nutrisi 

Masalah III : Distensi abdomen 
Tujuan : Nyeri dapat teratasi 
Kriteria : Nyeri dapat berkurang/hilang, ekspresi wajah tenang 
Intervensi 
1. Kaji tingkat rasa nyeri 
R:/ Mengatasi tingkat rasa nyeri 
2. Atur posisi yang nyaman bagi klien 
R:/ Agar klien terpenuhi rasa nyaman 
3. Beri kompres hangat pada abdomen 
R:/ Agar rasa nyeri berkurang 

VI. Langkah Keenam : Implementasi 
Implementasi sesuai dengan rencana jenis tindakan bisa dikerjakan oleh bidan, kolaborasi, klien 


VII. Langkah Ketujuh : Evaluasi 
Evaluasi berhubungan dengan penatalaksanaan serta didasari atas tujuan dan kriteria. Dalam evaluasi menggunakan format SOAP yaitu : 
S : Data yang diperoleh dari wawancara langsung 
O : Data yang diperoleh dari perusahaan 
A : Pernyataan yang terjadi dri data subyektif dan data obyektif 
P : Perencanaan yang ditentukan sesuai masalah

0 comments: