Sabtu, 17 September 2011

Kajian Teori Kusta


Kajian Teori Kusta

A.    Pengertian

Kusta adalah penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh mycobacterium lepra yang interseluler obligat, yang pertama menyerang saraf tepi, selanjutnya dapat menyerang kulit, mukosa mulut, saluran nafas bagian atas, sistem endotelial, mata, otot, tulang, dan testis (Djuanda, 1997 : 51 )

Kusta adalah penykit kronis yang disebabkan oleh infeksi mycobacterium lepra (Arief Mansjoer, 2000 : 65)

B.     Etiologi

Kuman penyebabnya adalah mycobacterium leprae yang di temukan oleh GA, Hansen pada tahun 1874 di norwegai. Mycobacterium leprae berbentuk basil dengan ukuran 3-8cm x 0.5um, tahan asam dalam alkohol, dam positif garam

C.     Tanda dan gejala kusta

a.    Kulit dengan bercak putih atau kemerahan dengan mati rasa

b.    Penebalan dalm saraf tepi di sertai kelainan berupa mati rasa dan kelemahan pada otot tangan, kaki, dan mata

c.    Pada pemeriksaan kulit BTA (+)

Dikatakan menderita kusta apabila di temukan satau atau lebih dari tanda pasi kusta dalam waktu pemeriksaan klinis. ( dirjen PPM & PL, 2003)

D.    Derajat cacat kusta

WHO ( 19995 ) dalam djuanda, A, 1997 membagi cacat kusta menjadi 3 tingkat kecacatan, yaitu :

a.       Cacat pada tangan dan kaki

1.    Tingkat 0 : tidak ada anestesi, dan kelainan anatomis

2.    Tingkat 1 : ada anestesi, tetapi tidak ada kelainan anatomis

3.    Tingkat 2 : terdapat kelainan anatomis

b.      Cacat pada mata

1.   Tingkat 0 : tidak ada kelainan pada mata ( termasuk visus )

2.   Tingkat 1 : ada kelianan mata, tetapi tidak terlihat, visus sedikit berkurang

3.   Tingkat 2 : ada lagoptalmus dan visus sangat terganggu ( visus 6/60, dapat menghitung jari pada jarak 6 m )

E.     Jenis-jenis cacat kusta

Menurut Djuanda, A, 1997 jenis dari cacat kusta di kelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu :

a.   Cacat primer

Adalah kelompok cacat yang di sebabkan langsung oleh aktivitas penyakit, terutama kerusakan akibat respon jarinagn terhadap m.laprae.

Yang termasuk ke dalam cacat primer adalah :

1.  Cacat pada fungsi saraf :

a)  Fungsi saraf sensorik misalnya : anestesi

b) Fungsi saraf motorik misalnya : daw hand, wrist drop, fot drop, clow tes, lagoptalmus

c) Fungsi saraf otonom dapat menyebabkan kulit menjadi kering dan elastisitas kulit berkurang, serta gangguan reflek vasodilatasi

2.  Inflamasi kuman pada kulit dan jaringan subkutan menyebabkan kulit berkerut dan berlipat-lipat

3.  Cacat pada jaingan lain akibat infiltrasi kuman kusta dapat terjadi pada tendon, ligamen, tulang rawan, tulang, testis, dan bola mata.

b.      Cacat sekunder

1.  Cacat ini terjadi akibat cacat primer, terutama adanya kerusakan saraf sensorik, motorik, dan otonom

2. Kelumpuhan motorik menyebabkan kontraktur, sehingga terjadi gangguan berjalan dan mudah terjadinya luka

3. Lagoptalmus menyebabkan kornea menjadi kering dan memudahkan terjadinya kreatitis

4. Kelumpuhan saraf otonom menjadikan kulit kering dan berkurangnya elastisitas, akibat kulit mudah retak dan terjadi infeksi sekunder.

F.      Klasifikasi Kusta

Menurut WHO ( 1981 ) kusta di bagi menjadi dua, yaitu :

a.   Ultitalsiler berarti mengandung banyak basil :

1.    Tipe LL ( lepromatosa polar )

2.    Tipe BL ( borderline lepromatosus )

3.    Tipe BB ( mid borderline )

b.   Pausibasiler berarti mengandung sedikit basil, yaitu :

1.    Tipe TT ( tuberoloid polar )

2.    Tipe BT ( borderline tuberkoloid )

3.    Tipe I ( indeterminate )

G.    Penatalaksanaan

a.       Perawatan luka

Prinsip dari perawatan luka adalah imobilisasi dengan mengistirahatkan kaki yang luka ( misalnya : tongkat, bidai ), merawat luka setiap hari dengan membersihkannya, membuang jaringan mati, dan menipiskan penebalan kulit yang selanjutnya di kompres.

b.      Perawatan mata yang tidak tertutup rapat ( lagoptalmus )

1. Gunakanlah cermin setiap hari untuk melihat apakah ada mata yang merah, bila ada laporkan ke petugas puskesmas

2. Tariklah kulit di sudut mata, ke arah luar denganh jari tangan sebanyak 10 kali setiap latihan, lakukanlah 3 kali sehari.

3. Lindungilah mata dari sinar matahari, debu dan angin

c.       Perawatan tangan yang mati rasa ( anestesi )

1. Lindungilah tangan yang mati rasa dari panas, benda kasar dan tajam untuk mencegah luka

2. Rendamlah tangan setiap hari dengan air bersih dalam baskom selama 30 menit untuk menjadikan kulit lembab.

3. Setelah di rendam gosok kulit menebal dengan batu apung untuk menjadikan kulit lembut.

4. Olesi dengan minyak kelapa bersih dalam keadaan basah.

d.   Perawatan tangan yang bengkok ( kontraktur )

1. Latih jari tangan yang bengkok 3 kali sehari, supaya jari-jari tangan tidak menjadi kaku.

2. Rendamlah tangan 3 kali sehari dengan air bersihselama 30 menit dan olesi tangan yang bengkok dengan minyak kelapa nersih dalam keadaan basah.

3. Luruskan jari-jari tangan yang bengkok dengan tangan yang lain sebanyak 20 kali tiap latihan, lakukan 3 kali sehari

4. Taruh tangan di atas paha dan luruskan jari-jari tangan sebanyak 20 kali setiap latihan, lakukan 3 kali sehari

e.   Pencegahan luka

1.    Selalu memakai alas kaki

2.    Jangan berjalan terlalu lama

3.    Berhati-hati terhadap api, air panas, dll

4.    Behati-hati saat duduk bersila

5.    Memeriksa keadaan kaki dan kulit apakah ada tanda-tanda kemerahan, melepuh.

f.    Perawatan tangan yang luka

1.    Kurangi tekanan pada tangan yang luka

2.    Luka harus selalu bersih, bila luka panas, bau dan bengkak segera ke puskesmas

3.    Rendamlah tiap hari tangan dengan air bersih selama 30 menit

4.    Balut luka dengan air bersih.

 

0 comments: