Selasa, 20 Desember 2011

Organisasi, Lembaga dan Tokoh-Tokoh Pendidikan Islam


Organisasi, Lembaga dan Tokoh-Tokoh Pendidikan Islam

  1. ORGANISASI ISLAM DAN PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA

Organisasi islam di Indonesia lahir disebabkan karena tumbuhnya sikap patriotisme dan rasa nasionalisme serta sebagai respon terhadap eksploitasi politik pemerintah kolonial belanda yang mengakibatkan kemunduran total dikalangan masyarakat Indonesia.
Tokoh-tokoh islam menumbuhkan dan mengembangkan sikap dan rasa nasionalisme dikalangan rakyat dengan melalui pendidikan. Dengan sendirinya kesadaran berorganisasi yang dijiwai dengan perasaan nasionalisme yang tinggi menimbulkan perkembangan dan era baru dikalangan Indonesia, kemudian penyelenggaraan pendidikan yang bersifat nasional itu dimasukkan pada agenda perjuangan. Dengan ini maka lahirlah sekolah-sekolah swasta atas usaha para perintis kemerdekaan.[1]
Ada beberapa organisasi-organisasi sosial keagamaan yang banyak melakukan aktifitas kependidikan, diantaranya :
a.      Al-Jami’at Al-Khoiriyyah
Organisasi ini didirikan di Jakarta pada tanggal 17 juli 1905. Perhatian organisasi ini ditujukan pada pendirian dan pembinaan sekolah tingkat dasar dan pengiriman anak-anak ke turki untuk melanjutkan studinya. Organisasi ini merupakan organisasi modern petama dikalangan masyarakat islam, yang memiliki AD/AR, Daftar anggota yang tercatat rapat-rapat secara berskala dan yang mendirikan suatu lembaga pendidikan yang boleh dikatakan cukup modern (kurikulum, kelas-kelas, pemakaian bangku-bangku, papan tulis dan buku)
Dengan demikian organisasi ini bisa dikatakan sebagai pelopr pendidikan islam modern di Indonesia. [2]
 b.      Al Ishlah Wal Al Irsyad
Al Ishlah wal Al Irsyad adalah pecahan dari organisasi Jami’at Khoiriyyah, didirikan pada tahun 1913 dan mendapat pengesahan dari belanda pada tanggal 11 Agustus 1915. menurut Steenbrink, organisasi ini lahir karena adanya perpecahan dikalangan Jami’at Khoir mengenai hak istimewa golongan Sayyid, mereka yang tidak setuju dengan kehormatan berlebihan dengan sayyid dikecam dan dicap sebagai reformis, kemudian mendirikan organisasi Jam’iyyah Al Ishlah Wal Irsyad Al ‘Arabiyyah. Tujuan organisasi ini yaitu:
1.  Merubah tradisi dan kebiasaan orang arab tentang kitab suci, bahasa arab, bahasa belanda dan bahasa-bahasa lainya.
2. Membangun dan memelihara gedung-gedung pertemuan, sekolah dan unit percetakan.
Salah satu perubahan yang di lakukan Al Irsyad adalah pembaharuan dibidang pendidikan. Pada tahun 1913 didirikan disebuah perguruan modern di Jakarta, dengn sistem kelas. Materi pelajaran yang diberikan adalah pelajaran umum dan agama. Sekolah-sekolah Irsyad berkembang dan meluas sampai ke kota-kota dimana Al Irsyad mempunyai cabang dan cara umum, semuanya berada ditingkat rendah.  
Di Jakarta dan Surabaya didirikan sekolah guru  untuk melatih dan mendidik calon-calon guru bagi kebutuhan sekolah Al Irsyad selain itu juga dibuka kursus dimana siswi-siswi bisa memilih spesialisasi dari mata pelajaran agama, pendidikan atau bahasa.[3]
c.       Perserikatan Ulama’
Organisasi ini berdiri atas inisiatif KH. Abdul Halim pada tahun 1911 sebagai perwujudan dari lahirnya gerakn-gerakan pembaharuan islam di Indonesia. Beliau termotifasi untuk melaksanakan kegiatan, terutama dalam bidang pendidikan, diantaranya karena pengalaman selama di makkah yang membuatnya terkesan dengan penyelenggaraan  lembaga pedidikan  bab As Salam, yang sudah menerapkan sistem pendidikan yang cukup maju dengan meninggalkan sistem pendidikan lama yang memakai halaqoh.
Dalam perbaikan mutu lembaga pendidikanya, Abdul Halim berhubungan dengan Jami’at Khoir dan Al Irsyad di Jakarta. Ia juga mewajibkan pada murid-muridnya pada tingkat yang tinggi untuk memahami bahasa arab.
Pada tahun 1932. Abdul  Halim mendirikan “santri asrama” sebuah sekolah berasrama yang dibagi menjadi tiga tingkatan: tingkat permulaan, dasar, dan lanjutan. Kurikulum yang diberikan di sekolah tersebut tidak hanya berupa pengetahuan agama dan umum, tetapi juga keterampilan  yang bernilai ekonomis, pelajar-pelajar santri asrama dilatih dalam pertanian, pekerjaan tangan (besi dan kayu) menenun dan mengolah berbagai bahan seperti membuat sabun. Mereka harus tinggal di asrama di siplin yang ketat, terutama dalam pembagian waktu dan dalam sikap pergaulan hidup mereka.
d.      Muhammadiyah
Organisasi ini didirikan di jogjakarta pada tanggal 18 Nopember1912 bertepatan pada tanggal 18 Dzulhijjah 1330 H oleh KH. Ahmad Dahlan atas saran yang diajukan murid-muridnya.
Organiasi ini mempunyai maksud menyebarkan pengajaran kanjeng nabi Muhammad SAW kepada penduduk bumi putra dan memajukan agama islam pada anggota-anggotanya.
Tujuan didirikan organisasi ini adalah untuk membebaskan umat islam dari kebekuan dalam segala bidang kehidupanya, dan praktek-praktek agama yang menyimpang dari kemurnian ajaran islam. Saat itu, umat islam telah dipengarui sikap fatalisme, bid’ah, khurofat, dan konservatisme yang berpengaruh kuat pada kehidupan keagamaan dan sosial ekonomi masyarakat muslim Indonesia. Kolonialisme dan misi Kristen telah memburuk keadaan umat islam yang semakin terbelakang dan ketinggalan zaman disegala bidang.
Sebagai organisasi dakwah dan pendidikan muhammadiyyah mendirikan lembaga pendidikan dari tingkat dasar sampai perguruan tinggi. Pada tahun 1915 H KH. Ahmad Dahlan mulai mendirikan sekolah dasarnya yang pertama. Pada sekolah ini diberikan pengetahuan umum, disamping pengetahuan agama. Kemudian diikuti dengan berdirinya sekolah-sekolah Muhammadiyah di pelosok Indonesia.
e.       Nahdlatul Ulama
Organisasi ini didirikan di Surabaya pada tanggal 33 januari 1926 M bertepatan pada tanggal 16 Rajab 1344 H oleh kalangan madzhab yang sering menyebut dirinya sebagai golongan Ahlussunah Waljama’ah yang dipelopori oleh KH. Hasyim Asy’ari dan KH. Wahab Chasbullah dari jombang. Dan alim ulama’ tiap-tiap daerah diantaranya adalah:
1.      KH. Bisri Jombang
2.      KH. Ridean Semarang
3.      KH. Nawawi pasuruan
4.      KH. Asnwi Kudus
5.      KH. Hambali Kudus
6.      K. Nahrawi Malang
7.      KH. Doromuntaha Bangkalan
8.      KH. M. Alwi Abdul Aziz
Gerakan NU berusaha mempertahankan salah satu dari empat madzhab dalam masalah yang berhubungan dengan fiqh madzhab Hanafi, madzhab Maliki, madzhab Syafi’I dan madzhab Hambali. Dalam hal I’tiqod, NU berpegang pada Ahlussunah Waljama’ah. Dalam konteks ini, NU memahami hakikat Ahlussunah Waljama’ah sebagai ajaran islam yang murni sebagaimana yang telah diajarkan oleh Rosulullah SAW bersama para sahabatnya.
Motifasi utama berdirinya NU adalah mengorganisasikan potensi dan peranan ulama’ pesantren yang sudah ada, untuk ditingkatkan dan dikembangkan secara luas untuk diguakan sebagai wadah untuk mempersatukan dan menyatukan langkah para ulama’ pesantren dalam tugas pengabdian yang tidak terbatas pada masalah kepesantrenan dan kegiatan ritual Islam saja, tetapi lebih ditingkatkan lagi agar para ulama’ lebih peka terhadap masalah-masalah sosial, ekonomi dan masalah kemasyarakatan pada umumnya.    
f.       Persatuan islam                                                                             
Persis didirikan di Bandung pada tanggal 17 september 1923 oleh KH. Zamzam. Pendirian organisasi ini bermula dari pertemuan yang bersifat kenduri kemudian diteruskan dengan bincang-bincang tentang persoalan-persoalan agama dan gerakan-gerakan keagamaan baik di Indonesia maupun di Negara lain. Kegiatan persis diantaranyamengadakan pertemuan-pertemuan umum, tabligh, khitobah, menerbirkan majalah, pamphlet, serta kitab. [4]
g.      Al Washliyah
Al Washliyah didirikan di Medan pada tanggal 30 Nopember 1930 oleh pelajar dan para guru Maktab Islamiyah Tapanuli. Organisasi ini bergerak dibidang pendidikan,  sosial dan keagamaan. Adapun usaha-usaha yang dilakukannya antara lain: mengusahakan berlakunya hukum-hukum islam, membangun perguruan dan mengatur kesempurnaan pelajaran, dan pendidikan, mendirikan dan memelihara tempat ibadah, dan menyantuni fakir miskin dan mendidik anak yatim. [5]

[1] Zuhairini, 2008, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta; Bumi Aksara. H. 157.
[2] Fenti Hikmawati, 2008, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, Bandung; PT. Pustaka Setia.  H. 80
[3] Hanun Asrohah, 1999, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta; PT. Logos Wacana Ilmu. H. 161.
[4] Fenti Himawati, Op.Cit., H. 94
[5] Ibid., H.  97

0 comments: