Organisasi, Lembaga dan Tokoh-Tokoh Pendidikan Islam
ORGANISASI ISLAM DAN PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA
Organisasi islam di Indonesia lahir disebabkan karena
tumbuhnya sikap patriotisme dan rasa nasionalisme serta sebagai respon terhadap
eksploitasi politik pemerintah kolonial belanda yang mengakibatkan kemunduran
total dikalangan masyarakat Indonesia.
Tokoh-tokoh
islam menumbuhkan dan mengembangkan sikap dan rasa nasionalisme dikalangan
rakyat dengan melalui pendidikan. Dengan sendirinya kesadaran berorganisasi
yang dijiwai dengan perasaan nasionalisme yang tinggi menimbulkan perkembangan
dan era baru dikalangan Indonesia, kemudian penyelenggaraan pendidikan yang
bersifat nasional itu dimasukkan pada agenda perjuangan. Dengan ini maka
lahirlah sekolah-sekolah swasta atas usaha para perintis kemerdekaan.[1]
Ada
beberapa organisasi-organisasi sosial keagamaan yang banyak melakukan aktifitas
kependidikan, diantaranya :
a.
Al-Jami’at Al-Khoiriyyah
Organisasi
ini didirikan di Jakarta pada tanggal 17 juli 1905. Perhatian organisasi ini
ditujukan pada pendirian dan pembinaan sekolah tingkat dasar dan pengiriman
anak-anak ke turki untuk melanjutkan studinya. Organisasi ini merupakan
organisasi modern petama dikalangan masyarakat islam, yang memiliki AD/AR,
Daftar anggota yang tercatat rapat-rapat secara berskala dan yang mendirikan
suatu lembaga pendidikan yang boleh dikatakan cukup modern (kurikulum,
kelas-kelas, pemakaian bangku-bangku, papan tulis dan buku)
Dengan
demikian organisasi ini bisa dikatakan sebagai pelopr pendidikan islam modern
di Indonesia. [2]
b.
Al Ishlah Wal Al Irsyad
Al Ishlah wal Al Irsyad adalah pecahan dari organisasi
Jami’at Khoiriyyah, didirikan pada tahun 1913 dan mendapat pengesahan dari
belanda pada tanggal 11 Agustus 1915. menurut Steenbrink, organisasi ini lahir karena adanya perpecahan dikalangan
Jami’at Khoir mengenai hak istimewa golongan Sayyid, mereka yang tidak setuju
dengan kehormatan berlebihan dengan sayyid dikecam dan dicap sebagai reformis, kemudian
mendirikan organisasi Jam’iyyah Al Ishlah Wal Irsyad Al ‘Arabiyyah. Tujuan
organisasi ini yaitu:
1. Merubah tradisi dan kebiasaan
orang arab tentang kitab suci, bahasa arab, bahasa belanda dan bahasa-bahasa
lainya.
2. Membangun dan
memelihara gedung-gedung pertemuan, sekolah dan unit percetakan.
Salah satu
perubahan yang di lakukan Al Irsyad adalah pembaharuan dibidang pendidikan.
Pada tahun 1913 didirikan disebuah perguruan modern di Jakarta, dengn sistem
kelas. Materi pelajaran yang diberikan adalah pelajaran umum dan agama.
Sekolah-sekolah Irsyad berkembang dan meluas sampai ke kota-kota dimana Al Irsyad
mempunyai cabang dan cara umum, semuanya berada ditingkat rendah.
Di Jakarta
dan Surabaya didirikan sekolah guru
untuk melatih dan mendidik calon-calon guru bagi kebutuhan sekolah Al Irsyad
selain itu juga dibuka kursus dimana siswi-siswi bisa memilih spesialisasi dari
mata pelajaran agama, pendidikan atau bahasa.[3]
c. Perserikatan Ulama’
Organisasi ini berdiri atas inisiatif KH. Abdul Halim
pada tahun 1911 sebagai perwujudan dari lahirnya gerakn-gerakan pembaharuan
islam di Indonesia.
Beliau termotifasi untuk melaksanakan kegiatan, terutama dalam bidang
pendidikan, diantaranya karena pengalaman selama di makkah yang membuatnya
terkesan dengan penyelenggaraan lembaga
pedidikan bab As Salam, yang sudah
menerapkan sistem pendidikan yang cukup maju dengan meninggalkan sistem
pendidikan lama yang memakai halaqoh.
Dalam perbaikan mutu lembaga pendidikanya, Abdul Halim
berhubungan dengan Jami’at Khoir dan Al Irsyad di Jakarta. Ia juga mewajibkan
pada murid-muridnya pada tingkat yang tinggi untuk memahami bahasa arab.
Pada tahun 1932. Abdul
Halim mendirikan “santri asrama” sebuah sekolah berasrama yang dibagi
menjadi tiga tingkatan: tingkat permulaan, dasar, dan lanjutan. Kurikulum yang
diberikan di sekolah tersebut tidak hanya berupa pengetahuan agama dan umum,
tetapi juga keterampilan yang bernilai
ekonomis, pelajar-pelajar santri asrama dilatih dalam pertanian, pekerjaan
tangan (besi dan kayu) menenun dan mengolah berbagai bahan seperti membuat
sabun. Mereka harus tinggal di asrama di siplin yang ketat, terutama dalam
pembagian waktu dan dalam sikap pergaulan hidup mereka.
d.
Muhammadiyah
Organisasi ini didirikan di jogjakarta pada tanggal 18 Nopember1912
bertepatan pada tanggal 18 Dzulhijjah 1330 H oleh KH. Ahmad Dahlan atas saran
yang diajukan murid-muridnya.
Organiasi ini mempunyai maksud menyebarkan pengajaran
kanjeng nabi Muhammad SAW kepada penduduk bumi putra dan memajukan agama islam
pada anggota-anggotanya.
Tujuan didirikan organisasi ini adalah untuk
membebaskan umat islam dari kebekuan dalam segala bidang kehidupanya, dan
praktek-praktek agama yang menyimpang dari kemurnian ajaran islam. Saat itu,
umat islam telah dipengarui sikap fatalisme, bid’ah, khurofat, dan konservatisme
yang berpengaruh kuat pada kehidupan keagamaan dan sosial ekonomi masyarakat
muslim Indonesia.
Kolonialisme dan misi Kristen telah memburuk keadaan umat islam yang semakin
terbelakang dan ketinggalan zaman disegala bidang.
Sebagai organisasi dakwah dan pendidikan muhammadiyyah
mendirikan lembaga pendidikan dari tingkat dasar sampai perguruan tinggi. Pada
tahun 1915 H KH. Ahmad Dahlan mulai mendirikan sekolah dasarnya yang pertama.
Pada sekolah ini diberikan pengetahuan umum, disamping pengetahuan agama.
Kemudian diikuti dengan berdirinya sekolah-sekolah Muhammadiyah di pelosok Indonesia.
e.
Nahdlatul Ulama
Organisasi ini didirikan di Surabaya pada tanggal 33
januari 1926 M bertepatan pada tanggal 16 Rajab 1344 H oleh kalangan madzhab
yang sering menyebut dirinya sebagai golongan Ahlussunah Waljama’ah yang dipelopori oleh KH. Hasyim Asy’ari dan
KH. Wahab Chasbullah dari jombang. Dan alim ulama’ tiap-tiap daerah diantaranya
adalah:
1.
KH. Bisri Jombang
2.
KH. Ridean Semarang
3.
KH. Nawawi pasuruan
4.
KH. Asnwi Kudus
5.
KH. Hambali Kudus
6.
K. Nahrawi Malang
7.
KH. Doromuntaha Bangkalan
8.
KH. M. Alwi Abdul Aziz
Gerakan NU berusaha mempertahankan salah satu dari
empat madzhab dalam masalah yang berhubungan dengan fiqh madzhab Hanafi,
madzhab Maliki, madzhab Syafi’I dan madzhab Hambali. Dalam hal I’tiqod, NU
berpegang pada Ahlussunah Waljama’ah.
Dalam konteks ini, NU memahami hakikat Ahlussunah
Waljama’ah sebagai ajaran islam yang murni sebagaimana yang telah diajarkan
oleh Rosulullah SAW bersama para sahabatnya.
Motifasi utama berdirinya NU adalah mengorganisasikan
potensi dan peranan ulama’ pesantren yang sudah ada, untuk ditingkatkan dan
dikembangkan secara luas untuk diguakan sebagai wadah untuk mempersatukan dan
menyatukan langkah para ulama’ pesantren dalam tugas pengabdian yang tidak
terbatas pada masalah kepesantrenan dan kegiatan ritual Islam saja, tetapi
lebih ditingkatkan lagi agar para ulama’ lebih peka terhadap masalah-masalah
sosial, ekonomi dan masalah kemasyarakatan pada umumnya.
f.
Persatuan islam
Persis didirikan di Bandung pada tanggal 17 september 1923 oleh
KH. Zamzam. Pendirian organisasi ini bermula dari pertemuan yang bersifat
kenduri kemudian diteruskan dengan bincang-bincang tentang persoalan-persoalan
agama dan gerakan-gerakan keagamaan baik di Indonesia maupun di Negara lain. Kegiatan
persis diantaranyamengadakan pertemuan-pertemuan umum, tabligh, khitobah, menerbirkan
majalah, pamphlet, serta kitab. [4]
g.
Al Washliyah
Al Washliyah didirikan di Medan pada tanggal 30 Nopember 1930 oleh
pelajar dan para guru Maktab Islamiyah Tapanuli. Organisasi ini bergerak
dibidang pendidikan, sosial dan
keagamaan. Adapun usaha-usaha yang dilakukannya antara lain: mengusahakan
berlakunya hukum-hukum islam, membangun perguruan dan mengatur kesempurnaan
pelajaran, dan pendidikan, mendirikan dan memelihara tempat ibadah, dan
menyantuni fakir miskin dan mendidik anak yatim. [5]
[1]
Zuhairini, 2008, Sejarah Pendidikan Islam,
Jakarta; Bumi
Aksara. H. 157.
[2]
Fenti Hikmawati, 2008, Sejarah Pendidikan
Islam di Indonesia, Bandung;
PT. Pustaka Setia. H. 80
[3]
Hanun Asrohah, 1999, Sejarah Pendidikan
Islam, Jakarta;
PT. Logos Wacana Ilmu. H. 161.
[4]
Fenti Himawati, Op.Cit., H. 94
[5]
Ibid., H. 97
0 comments:
Posting Komentar