BAB I
PENDAHULUAN
Sebagai produk pemikiran manusia wacana-wacana yang dihasilkan oleh
aliran ilmu kalam. Seperti halnya pemikiran keislaman lainnya memiliki titik
kelemahan dan perlu mendapat kritikan yang memadai dan konstruktif.
Secara garis besar, titik kelemahan ilmu jkalam yang menjadi sorotan para
pengkritiknya berputar pada tiga aspek yakni aspek ontologi. Aspek epistimologi dan aspek aksiologi. Dimana
aspek ontologi berkisar pada realita atau hakikat paradigma. Aspek epistimologi
membahas dari mana dan bagaimana ilmu kalam itu. Sedangkan aspek aksiologi
berkisar pada penilaian, penghargaan dan penghormatan. Yang banyak disorot
adalah serta titik kelemahan yang banyak disorot adalah diskursus ketuhanan
yang tidak menyentuh persoalan-persoalan riil manusia yang kurang mendapat
perhatian dari ilmu kalam .
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Aspek Ontologi Ilmu Kalam
Aspek
ontologi ini adalah membahas rentang realita dan hakekat atau standar
paradigma, dimana harus diakui bahwa diskursus aliran-aliran kalam yang ada
hanya berkisar pada persoalan-persoalan ketuhanan dan yang berkaitan dengan-Nya
yang terkesan ”mengawang-ngawang” dan jauh dari persoalan kehidupan manusia. Kalaupun tetap dipertahankan bahwa
diskursus aliran kalam juga menyentuh persoalan-persoalan kehidupan manusia.
Persoalan itu adalah sesyau yang lampah yang nota bene berbeda dengan persoalan
kehidupan manusia masa kini. Dengan demikian ilmu kalam tidak dapat diandalkan
untuk memecahkan persoalan kehidupan pada masa kini.
Berangkat
dari hal itu, Fazhur Rohman berupaya mereformasikan lagi hakekat ilmu kalam.
Menurutnya : pertama Teologi haruslah dapat menumbuhkan moralitas atau
sistem etika untuk membimbing dan menanamkan dalam diri manusia agar memiliki tanggung
jawab moral (taqwa) yang memberi penuturan koheren dan setia dengan isi yang
ada dalam al Qur’an. Kedua Teologi harus memiliki kegunaan dalam agama
(fungsional) sejauh teologi tersebut dapat memberikan kedamaian intelektual dan
spiritual bagi umat manusia serta dapat diajarkan pada umat.
Dalam perspektif
perkembangan masyarakat modern dan postmodern Islam harus mampu meletakkan
landasan pemecahan terhadap problem kemanusiaan (kemiskinan, ketidakadilan, hak
asasi manusia, ketidakberdayaan perempuan, dan sebagainya). Teologi yang
fungsional adalah teologi yang memenuhi panggilan tersebut, bersentuhan dan
berdialog, sekaligus menunjukkan dalan keluar terhadap berbagai persoalan
empirik kemanusiaan.
Konstruksi
ilmu kalam ala Asy’ariyah, yaitu konsepsi mereka tentang hukum kausalitas.
Sebagaimana diketahui oleh para peminat studi ilmu kalam Asy’ariyah, yang
kemudian dikokohkan oleh Al-Ghazali bahwa kausalitas tidak cocok dengan
realitas keilmuan yang berkembang dewasa ini. Pemikiran kausalitas kalan
Asy’ariyah tidak kondusif untuk menumbuhkan etos kerja keilmuan, baik dalam
wilayah ilmu-ilmu keagamaan maupun humaniora.
0 comments:
Posting Komentar