Selasa, 03 Januari 2012

Makalah Ilmu Kalam

BAB I

PENDAHULUAN

Sebagai produk pemikiran manusia wacana-wacana yang dihasilkan oleh aliran ilmu kalam. Seperti halnya pemikiran keislaman lainnya memiliki titik kelemahan dan perlu mendapat kritikan yang memadai dan konstruktif.

Secara garis besar, titik kelemahan ilmu jkalam yang menjadi sorotan para pengkritiknya berputar pada tiga aspek yakni aspek ontologi. Aspek epistimologi dan aspek aksiologi. Dimana aspek ontologi berkisar pada realita atau hakikat paradigma. Aspek epistimologi membahas dari mana dan bagaimana ilmu kalam itu. Sedangkan aspek aksiologi berkisar pada penilaian, penghargaan dan penghormatan. Yang banyak disorot adalah serta titik kelemahan yang banyak disorot adalah diskursus ketuhanan yang tidak menyentuh persoalan-persoalan riil manusia yang kurang mendapat perhatian dari ilmu kalam .



 BAB II

PEMBAHASAN

A.    Aspek Ontologi Ilmu Kalam

Aspek ontologi ini adalah membahas rentang realita dan hakekat atau standar paradigma, dimana harus diakui bahwa diskursus aliran-aliran kalam yang ada hanya berkisar pada persoalan-persoalan ketuhanan dan yang berkaitan dengan-Nya yang terkesan ”mengawang-ngawang” dan jauh dari persoalan kehidupan manusia. Kalaupun tetap dipertahankan bahwa diskursus aliran kalam juga menyentuh persoalan-persoalan kehidupan manusia. Persoalan itu adalah sesyau yang lampah yang nota bene berbeda dengan persoalan kehidupan manusia masa kini. Dengan demikian ilmu kalam tidak dapat diandalkan untuk memecahkan persoalan kehidupan pada masa kini.

Berangkat dari hal itu, Fazhur Rohman berupaya mereformasikan lagi hakekat ilmu kalam. Menurutnya : pertama Teologi haruslah dapat menumbuhkan moralitas atau sistem etika untuk membimbing dan menanamkan dalam diri manusia agar memiliki tanggung jawab moral (taqwa) yang memberi penuturan koheren dan setia dengan isi yang ada dalam al Qur’an. Kedua Teologi harus memiliki kegunaan dalam agama (fungsional) sejauh teologi tersebut dapat memberikan kedamaian intelektual dan spiritual bagi umat manusia serta dapat diajarkan pada umat.

Dalam perspektif perkembangan masyarakat modern dan postmodern Islam harus mampu meletakkan landasan pemecahan terhadap problem kemanusiaan (kemiskinan, ketidakadilan, hak asasi manusia, ketidakberdayaan perempuan, dan sebagainya). Teologi yang fungsional adalah teologi yang memenuhi panggilan tersebut, bersentuhan dan berdialog, sekaligus menunjukkan dalan keluar terhadap berbagai persoalan empirik kemanusiaan.

Konstruksi ilmu kalam ala Asy’ariyah, yaitu konsepsi mereka tentang hukum kausalitas. Sebagaimana diketahui oleh para peminat studi ilmu kalam Asy’ariyah, yang kemudian dikokohkan oleh Al-Ghazali bahwa kausalitas tidak cocok dengan realitas keilmuan yang berkembang dewasa ini. Pemikiran kausalitas kalan Asy’ariyah tidak kondusif untuk menumbuhkan etos kerja keilmuan, baik dalam wilayah ilmu-ilmu keagamaan maupun humaniora.

0 comments: