A. Fisafat Yunani
Pra-Socrates
Menurut
Juhaya S.Pradja (2003 : 50 – 58), para filosof Yunani yang pertama tidak lahir
di tanah airnya sendiri, melainkan di tanah perntuan di Asia Minor.
1. Thales (642 – 546 SM)
Filnsofi
alam pertama adalah Thales, yang hidup pada abad ke-6 sebelum Masehi. Di
kalangan orang-orang Yunani pada waktu itu, ia dikenal sebagai salah seorang hoi
liepta soplioi, yaitu tujuh orang yang bijaksana.
Sumber
utama ajaran Thales diungkapkan oleh Aristoteles, sebagaimna dalam traktatnya
mengenai metafisika Aristoteles menyatakan bahwa Thales adalah orang pertama
yang memikirkan tentang asal muasal terjadinya alam semesta ini. Menurut
Thales, asal mula alam ini adalah air. Air adalah pusat dan sumber segala yang
ada atau pokok dari segala sesuatu. Segala sesuatu berasal dari air dan kembali
menjadi air. Menurut Thales, tumbuh-tumbuhan dan binatang lahir di tempat yang
lembap, bakteri-bakteri hidup dan berkembang di tempat yang lembab, bakteri
makan sesuatu yang lembap dan kelembapan bersumber dari air. Dari air itu
terjadilah tumbuh-tumbuhan dan binatang, bahkan tanah pun mengandung air.
Argumen Thales merupakan argumen yang bukan hanya rasional, tetapi observatif,
meskipun pada zamannya belum lahir ilmu pengetahuan yang segala sesuatu baru
dinyatakan benar jika telah terbukti secara empirik dan observatif. Pandangan
Thales menurut Juhaya S.Pradja (2000 : 51) merupakan pandangan yang rasional,
karena dikemukakan melalui salah satu sumber pengetahuan yang konkret.
Naluri
imanen Thales adalah animisme, yang memercayai bahwa bukan hanya yang hidup
saja yang mempunyai jiwa, tetapi juga benda mati mempunyai jiwa. Aristoteles
menamakan pendapat Thales yang menyatakan bahwa jagat raya ini memiliki jiwa,
dengan nama hylezoime (Juhaya S.Pradja, 2000 : 51)
Sebuah
cerita menuturkan bahwa Thales menyisihkan dirinya dari pergaulan awam. Ia
berpikir senantiasa terikat kepada alam semesta. Pada suatu hari, Thales pergi
berjalan-jalan. Matanya asyik memandang ke atas, melihat keindahan alam di
langit. Tanpa sepengetahuannya, ia terjatuh masuk lubang. Seorang perempuan tua
yang lewat di dekat itu menertawakannya sambil berkata, “Hai Thales, jalan di
langit engku ketahui, tetapi jalanmu di muka bumi ini tidak kau ketahui”
Sungguhpun
demikian, Thales terbilang Bapak Filosofi Yunani, sebab dialah, filosof
pertama, yang tak pernah meninggalkan pelajaran yang dituliskannya sendiri.
Filosofinya diajarkan dengan lisannya dan dikembangkan oleh murid-muridnya yang
kemudian ditulis oleh Aristoteles.
Aristoteles
mengungkapkan bahwa kesimpulan ajaran Thales ialah filsafatnya yang mengatakan
bahwa segala sesuatu berasal dari air, dan semuanya itu air. Air yang cair itu
adalah pangkal, pokok, dan dasar (principle) segala-galanya. Semua
barang terjadi dari air dan semuanya kembali kepada air pula.[1]
Pada
masa itu, ketika dunia penuh dengan takhayul dan kepercayaan yang serba mistik,
munculnya buah pikiran yang mengatakan bahwa yang lahir itu tidak banyak,
melainkan satu, memiliki makna yang mendalam.
Pikirannya
membuka mata tentang wujud alam dan menyingkapkan rahasia dan tabir yang selama
ini menutupi kalbu manusia. Kedalaman pandangan Thales sebagai filosof alam,
telah membuka mata manusia tentang kelemahan rasional dari semua pandangan yang
berbasis kepada legenda dan mitos. Thales, paling tidak, mengawali kemerdekaan
berpikir manusia sebagai makhluk yang berakal.
Dalam
pandangan Thales, animisme ialah kepercayaan bahwa bukan saja barang yang hidup
mempunyai jiwa, tetapi juga benda mati. Kepercayaannya kesana dikuatkan oleh
pengalaman pula. Besi berani dan batu api yang digosok sampai panas menarik
barang yang dekat padanya. Ini dipandangnya sebagai mempunyai kodrat tanda berjiwa.
Dunia
mitologi Yunani mulai tergeser oleh pandangan Thales, sehingga mitos-mitos yang
dipercayai kebanyakn orang pada umumnya dipandang telah begitu lama membohongi
alam pikiran manusia. Bahkan hebatnya Thales, dia berhasil menebak dengan tepat
gerhana matahari yang terjadi pada masanya. Mungkin, dia pernah menyaksikan
atau mendengar cerita gerhana yang terjadi sebelum itu, yaitu gerhana yang
terjadi pada tahun 603 SM, dan dia telah mengetahui pula sedikit ilmu peredaran
bintang, bahwa setiap 223 bulan atau 18 tahun 11 hari telah terjadi gerhana
serupa, sehingga ia berhasil menebak dengan tepat gerhana matahari yang tentu
telah terjadi pada tanggal 28 Mei 585 SM. Perbuatan ini menyebabkan dia
termasyhur. Selain sebagai seorang ahli ilmu astronomi, yang sering dilukiskan
dalam karikatur, sebagai seorang yang begitu sibuk dalam memerhatikan
bintang-bintang hingga iapun terperosok jatuh ke dalam sumur. Dia mahir dalam
ilmu ukur. Dia pernah pergi ke Mesir dan menyaksikan Pirmid. Di sana, dia
berhasil mengajar orang Mesir untuk mengukur tinggi Piramid dengan mengukur
bayangannya yang terjadi akibat sinar matahari. Dia konon dapat menentukan
jarak kapal yang kelihatan dari pantai dari dua tempat yang berlainan. Banya
dongeng dalam cerita rakyat Greek, yang menunjukkan keistimewaan Thales (Lihat
Juhaya S.Pradja, 2000 : 51)
Thales
disebut-sebut sebagai Bapal Filsafat Yunani, sebab dialah filosof yang pertama.
Namun, ajaran filsafatnya tidak pernah ditulisnya, sehingga Aristoteles melukiskannya
secara gamblang tentang perjalanan pemikiran Thales.
2. Anaximandros
Anaximandros
(610 – 547 SM) adalah murid Thales. Usianya lima belas tahun lebih muda
daripada Thales, tetapi meninggal dunia dua tahun lebih dahulu. Sebagai
filosofis, ia lebih besar daripada gurunya. Ia juga ahli astronomi, disamping
itu, ia juga ahli ilmu bumi.
Sama
halnya dengan gurunya, anaximndros juga ingin mencari asal dari segalanya. Ia
tidak menerima saja apa yang diajarkan oleh gurunya. Yang dapat diterima
akalnya ialah bahwa yang asal itu satu, tidak banyak. Akan tetapi, yang satu
itu bukan air, dan bukan suatu anasir yang dapat diamati oleh pancaindera.
Menurut Anaximandros, segala sesuatu itu berasal dari to opeiron, yaitu
yang tak terbatas, sesuatu yang tak terhingga.
Menurut
Anaximandros, Apeiron itu tidak dapat dirupakan, tidak ada persamaannya
dengan salah satu barang yang kelihatan di dunia ini, sebab segala yang
kelihatan itu, yang dapat ditentukan rupanya dengan pancaindera kita adalah
barang yang asal, yang tidak berhingga dan tidak berkeputusan itu mustahil bagi
salah satu dari barng yang berakhir itu. Segala yang tampak dan terasa dibatasi
oleh lawannya. Yang panas dibatasi oleh dingin. Dimana bermula yang dingin, di
sana berakhir panas. Yang cair dibatasi oleh yang beku. Yang terang dibatasi
oleh yang gelap. Bagaimana yang terbatas itu dapat memberikan sifat kepada yang
tidak berkeputusan ?
Mengenai
terjadinya makhluk di bumi, Anaximandros menerangkan bahwa atas pengaruh panas
tersebut, dari uap yang basah dibumi itu terjadilah makhluk-makhluk hidup, yang
kemudin secara bertingkat-tingkat mengalami kemajuan dalam hidupnya. Pada
mulanya, bumi ini diliputi oleh air semata-mata. Oleh sebab itu, makhluk yang
pertma di atas bumi ialah hewan yang hidup di dalam air, seperti ikan. Akan
tetapi, setelah tanah semakin kering, timbullah daratan maka makhluk yang lain
mulai berkembang di atas daratan.
Pendapat
Anaximandros tentang kejadian dan kemajuan makhluk di dunia ini banyak
menyerupai teori evolusi Darwin yang muncul pada abad ke-19. tidak heran, kalau
orang mengarang lelucon bahwa Anaximandros patut dipandang sebagai “Darwins”,
yaitu pengikut Darwin yang pertama kali.
Dilihat
dari kacamata ilmu modern sekarang, tampak adanya kejanggalan-kejanggalan pada
keterangan Anaximandros tentang kejadian alami. Akan tetapi, dititik dari
masanya, dimana segala keterangan berdasar kepada takhayul dan cerita yang
ganjil-ganjil, pendapatnya itu merupakan buah pikiran yang maju, sehingga cukup
untuk menilai Anaximandros sebagai pemikir yang genius.[2]
Demikianlah
kesimpulan hukum dumia menurut pndangan Anaximandros. Disitu tampak
kelebihannya daripada gurunya. Selagi Thales berpendapat bahwa barang yang asal
itu salah satu dari yang lahir, yang tampak, yang berhingga juga, Anaximandros
meletakkannya di luar alam yang memberikan sifat yang tidak berhingga padanya
dengan tiada dapat diserupai.
Meskipun
tentang asal kejadian alam tidak begitu jelas, dia adalah seorang yang,
cakap dan cerdas. Dia tidak mengenal ajaran Islam atau Kristen bahwa semula
tidak ada dunia lautan diciptakan menjadi ada dan nanti, akan kembali menjadi
tidak ada dengan cara being and becoming. Tidak pula, dia mengenal kepercayaan
India yang beranggapan bahwa ada Tuhan yang bertugas menciptakan, ada yang
bertugas memelihara, dan ada yang. bertugas merusak. Baginya, alam adalah
belantara keabadian di mana dunia kita juga berada, tidak ada penciptaan dan
tidak ada permusuhan, yang ada yang gerak, evolusi dan perkembangan abadi, dan
dunia yang ada adalah salah satu perwujudannya. Dalam perincian teorinya menjemukan, tetapi pada garis
besarnya, is memakai metode ilmiah. Menurut dia, manusia yang ada adalah hasil
dari dan perkembangan. Semua makhluk hidup berasal dari proses penguapan air
samudra oleh matahari. Manusia, sebagaimana binatang, berasal dari ikan;
Anaximandros sangat terpesona oleh pemandangan ikan, anjing laut, dan dia
menganggap bahwa mereka mata rantai yang berada antara jenis ikan dan jenis
binatang. Manusia tentu berasal dari binatang lain, karena waktu perawatannya,
pada waktu kanak-kanak, memakan waktu yang begitu panjang, sedangkan jenis
binatang lainnya begitu dilahirkan telah dapat memperoleh makanannya sendiri,
maka dia telah tidak dapat bertahan hidup sebagaimana manusia yang ada kini.
Sifat-sifat yang diberikan oleh Anaximandros
tentang apeiron, yaitu sebagai zat atau sesuatu yang tak terhingga, tak
terbatas, tak dapat diserupakan dengan alam, pemahaman tentang apeiron
dapat dianalogikan dengan pemahaman orang muslim tentang Tuhan.
3. Anaximenes
Anaximenes (585-524 SM) adalah murid Anaximandros,
yang secara substansial, pemahamannya tentang alam tidak berbeda dengan gurunnya.
Anaximenes mengajarkan bahwa asal dari alam ini satu dan tidak terhingga Hanya
saja, ia tidak dapat menerima ajaran Anaximenes bahwa yang asal itu
tidak ada persarnaannya dengan barang yang lahir dan tak dapat dirupakan.
Baginya, yang asl itu mestilah satu dari yang ada dan yang tampak. Barang yang
asal itu ialah udara. Udara itulah yang satu dan tidak berharga. Pndangan Anaximenes
tersebut didasarkan atas alasan-alasan sebagai berikut :
1) Suatu kenyataan bahwa
udara itu terdapat dimana-mana. Dunia ini diliputi oleh udara, tidak ada stu
ruangan pun yang tidak terdapat udara di dalamnya. Oleh karena itu, udara itu
tidak habis-habisny, tidak berkesudahan dan tidak berkeputusan
2) Suatu
keistimewaan dari udara ialah ia senantiasa bergerak. Oleh karena itu, udara memegang peranan yang
penting dalam berbagai renvana kejadian dan perubahan dalam alam ini
3) Udara adalah
unsur kehidupan. Udara adalah dasar hidup. Tidak ada sesuatu pun yang hidup
tanpa udara. Oleh karena itu, ia dapat menerima ajaran gurunya, bahwa “jiwa itu
serupa dengan udara”. Sebagai kesimpulan atas ajarannya, ia mengatakan
“Sebagaimana jiwa kita, yang tidak lain dari udara, menyatukan tubuh kita,
demikian juga udara mengikat alam ini menjadi satu. Maksudnya, jiwalah yang
menyusun tubuh manusi menjadi satu. Maksudnya, jiwalah yang menyusun tubuh
manusia menjadi satu, dan menjaga agar tubuh tidak bercerai berai. Kalau jiwa keluar dari badan, badan
menjadi mati hancur dan bercerai berai bagian-bagiannya. Juga alam besar ini
ada karena udara, udaralah yang menjadi dasar hidupnya, jika tidak ada udara,
hancurlah alam ini. Dengan demikian, alam (makro kosmos) dan manusia (mikro
kosmos) itu pada dasarnya satu rupa”
Mengenai
terjadinya alam ini, ia mengatakan, ”Semuanya terjadi dari udara. Karena gerak
udaralah yang menjadi sebab terjadinya. Udara bisa jarang dan bisa rapat. Kalau
udara menjadi jarang, terjadilah api, kalau udara terkumpul menjadi rapat,
terjadilah angin dan awan, kalau udara bertambah padat lagi, turunlah hujan
dari awan itu. Dari air terjadi tanah, dan tanah yang sangat padat menjadi
batu”
Dari
pandangan-pandangan dan hasil pemikiran filosof-filosof pertama dari Miletos di
atas dapat diringkaskan sebagai berikut :
1) Alam semesta itu merupakan
satu keseluruhan yang mempunyai dasar atas asal yang satu, walaupun mereka
tidak sepakat tentang yang satu, yang menjadi dasar dari kejadian alam semesta
ini.
2) Alam semesta ini
dikuasai oleh hukum, kejadian-kejadian dalam alam tidak terjadi secara
kebetulan, tetapi ada semacam keharusan di belakang kejadian-kejadian itu.
3) Akibatnya, alam
semesta ini merupakan kosmos, dalam arti alam yang teratur, sebagai lawan dari chaos
dalam arti alam yang kacau balau
Anaximenes
adalah seorang murid Anaximandros yang merupakan filosof alam terakhir dari
kota Miletos. Sesudah ia meninggal dunia, kemajuan filosof alam berakhir di
kota tersebut. Banyak ahli pikir yang berasal dari kota tersebut sebab kota
Miletos pada tahun 194 SM diserang dan ditaklukkan oleh bangsa Persia. Dengan
kepergian para ahli pikir itu, kebesaran kota Miletos sebagai pusat pengajaran
filosofi alam telah lenyap.
Pandangan
filsafatnya tentang kejadian alam ini sama dasarnya dengan pandangan gurunya.
Ia mengajarkan bahwa barang yang asal itu satu dan tidak berhingga. Hanya saja
ia tak dapat menerima ajaran Anaximandros bahwa barang yang asal itu tak ada
persamaannya dengan barang yang lain dan tak dapat dirupakan. Baginya yang asal
itu mestiah satu dari yang ada, dan yang tampk. Barang yang asal itu ialah
udara. Udara itulah yang satu dan yang tidak berhingga
Anaximenes
adalah seorang filosof alam yang juga memperbincangkan soal wujud jiwa tau roh.
Ia menghubungkan udara sebagai bahan dasar roh yang menghidupkan manusia
sebagai bagian dari alam. Pandangannya tentang wujud jiwa tidak dikupasnya
panjang lebar dibandingkan filsafatnya tentang alam.
4. Pythagoras
Pythagoras
dilahirkan di Samos antara tahun 580 sami 570 SM. Kemudian, ai berimigrasi ke
daerah koloni Grik di bagian selatan Italia pad tahun 529 SM karena sikap
oposisinya terhadap pemerintahan tirani di bawah pemerintahan Plykrates.
Sikapnya yang loyal terhadap golongan aristokrat, menyebabkan ia meninggalkan
daerahnya dan pindah ke kota Krotona. Di tempt inlah, ia mendirikan perkumpulan
agama yang terkenal sebagai mazhab pythagorean.
Di kota
itu, Pythagoras membangun kelompok tarekat yang hidup mengasingkan diri dari
keramaian. Ada yang berpendapat bahwa pythagoras terpengaruh oleh aliran mistik
yang berkembang dalam alam Yunanu yang bernama Osfisisme
Ajaran
terikat yang dikembangkan oleh Pythagoras riyadhah bathiniyah semacam
pendidikan jiwa yang dimaksudkan untuk menyucikn roh. Pythagoras percaya akan
kepindahan jiwa dari makhluk yang sekarang kepada makhluk yang akan datang.
Apabila seseorang meninggal, jiwanya lebih kembali lagi ke dunia, masuk dalam
badan salah satu hewan. Karena ajarannya itu, orang-orang menyindirnya dengan
sebuah cerita bahwa pada suatu hari pythagoras sedang berjalan-jalan. Tampak
olehnya seorang memukul anjing, sehingga anjing itu menjerit-jerit. Lalu ia
berkata, ”Hai sanak, jangan dipukul anjing itu, di dalamnya ad jiwa seorang
sahabatku, terdengar olehku dari jeritanyya”
Menurut
kepercayaan pythagoras, manusia itu asalnya Tuhan. Jiwa itu adalah penjelmaan
dari Tuhan yang jatuh ke dunia karena berdosa. Ia akan kembali ke langit ke
dalam lingkungan Tuhan bermula, apabila sudah habis dicuci dosanya itu. Hidup
murni adalah jalan untuk menghapus dosanya itu. Akan tetapi, prosesnya tidak
tercapai sekaligus, melainkan berangsur-angsur. Sebab, jiwa itu berulang-ulang
turun ke tubuh makhluk dahulu. Dengan jalan begitu, dari setingkat demi setingkat, ia mencapai kemurnian. Untuk
mencapai hidup murni, orang wajib makan daging kacang yang sudah matang.
Menurut kepercayaan itu, Pythagoras menjadi penganjur vegetrinisme, memkan
sayur-myur dan buah-buahan saja.
Pythagoras
mengajarkan filsfatnya dengan lisan. Kebenaran bagi pythagoras adalah
keseimbangn antara roh dan jiwa, jasmani dan rohani. Ajarannya diakui
kebenaraannya oleh seluruh muridnya. Jika ada yang mengatakan ”tidak benar”,
itulah kebenarannya. Oleh karena itu, kebenaran bersifat positif dan negatif.
Benar tentang benarnya kebenaran sesuatu dan benar tentang ketidakbenaran
sesuatu.
Pythagoras
dikenal sebagai seorang ahli dalam dunia mistik, seorang filosof, dan ahli
dalam ilmu matematik dan ilmu berhitung. Dialah orang pertama yang mengemukakan
teori dan hal angka-angka yang menjadi dasar ilmu berhitung. Karena dialah,
orang menyadari bahwa berhitung itu bukan saja kecakapan menghitung seperti
yang dikerjakan sehari-hari. Orang yang belajar matematik mengenal segi-segi
pythagoras.
Falsafah
pemikiranny banyak diilhami oleh rahasia angka-angk. Ia beranggapan bahwa
hakikat dari segala sesuatu adalah angka. Benda dari benda lain dibatasi oleh
angka. Kita menentukan segala sesuatu dengan bilangan. Batas, bentuk, dan angka
dalam pengertian pythagoras adalah sesuatu yang sama. Segala sesuatu dalam alam
raya tidak tertentu dan tidak menentu, benda atau materi adalah sesuatu yang
tidak tertentu, segala hal setelah memiliki batas bentuk dan angka akan menjadi
tentu dan pasti. Dunia angka adalah dunia kepastian dan dunia ini erat hubungannya
dengan dunia bentuk. Ilmu
angka dan ilmu bentuk adalah satu-satunya ilmu pasti (pure matehmathics).
Ajaran
pythagoras tersebut tampaknya dirasakan terlalu tinggi oleh par pengikutnya. Hal ini terbukti dengan adanya perpecahan
diantara mereka. Satu golongan hanya memperdalam ilmunya dan mengabaikan ajaran
agmanya, sedngkan golongan lain tidak tertarik akan ilmu tentang angka-angka
tersebut, tetapi mereka lebih tertarik untuk menempuh jalan menyucikan roh,
dengan hidup bersahaja, berjalan tanpa alas kaki, dan tidak makan daging
kacang, dn ikan. (Juhaya S. Pradja, 2000 : 55 – 56)
5. Herakleitos
Herakleitos
(540 – 480 SM) dilahirkan di Epheros dari suatu keluarga yang tergolong
aristokrat. Ia mempunyai watak tidak mengenal kompromi dan sangat ekstreem
dalam menentang demokrsi. Dia sangat bebas mengemukakan pendapatnya, terutama
dalam hal mencela orang lain, bahkan tidak segan-segan, ia menghina orang-orang
terkemuka yang dijunjung tinggi oleh banyak orang, seperti : Humeros,
Arkhilokhes, hesiodos, pythagoras, Xanophaeus, hekataios, dan lain-lain.
Oleh sebab
itu, tidak heran kalau ia tidak mau menerima pendapt filosof-filosof
sebelumnya, dan mempunyai pandangan sendiri dalam filsafat. Klau
filosof-filosof Lonia tertarik pada masalah substansi yang menjadi asal atau
sebab dari alam dan filosofi Pythagoras tertrik pada masalah bentuk dan hubungan-hubungannya
dalam alam yang bersifat kuantittaif, maka Herakleitos tertarik pada masalah
perubahan-perubahan yang terjadi dalam alam (problem of changing of
becoming). Herakleitos sangat terpengruh oleh kenyataan bahwa alam ini
menglami perubahan terus menerus, sehingga terjadilah pluralitas dalam alam
ini.
Menurut
Herakleitos, tidak ada satu pun di alam ini yang bersifat tetap atau permanen.
Apa yang kelihatan tetap, sebenarnya ia berada di dalam proses perubahan yang
tiada henti-hentinya. Adapun ucapan-ucapan Herakleitos yang sangat terkenal
yang menggambarkan pandangan filsafatnya, seperti : Pan tarhei kai uden
menei, semuanya mengalir dan tidak ada satupun yang tinggal menetap. Engkau
tidak bisa turun dua kali ke dalam sungai yang sama. Matahari adalah baru
setiap hari.[3]
Herakleitos
berkeyakinan bahwa api adalah elemen utama dari segala sesuatu yang timbul. Api
merupakan lambang dari perubahan-perubahan dalam alam ini, sebab nyala api
selalu memakan bahan bakar yang baru, dan bahan bakar senantiasa berubah
menjadi asap dan abu.
Sungguhpun mempunyai
pandangan sendiri yang berlainan dari pendirian par filosof sebelumnya, ia juga
terpengaruh oleh alam pikir filosof alam dari Miletos. Ia juga menyatakan bahwa
asal segala sesuatu hanyalah satu anasir, yakni api. Api itu lebih dari
daripada air dan udara, dan setiap orang dapat melihat sifatnya yang mudah
bergerak dan mudah bertukar rupa. Api membakar semuanya, menjadikan semuanya
api dan akhirnya menukarnya lagi jadi abu. Semuanya bertukar menjadi api dan
api bertukar menjadi semuanya. Yang kemudian ini dapat dilihat pada panas
matahari yang menjadi syarat hidup bagi manusia, binatang dan tumbuh-tumbuhan.
Herakleitos
memandang api sebagai anasir yang asal. Pandangannya itu semata-mata tidak
terikat pada alam eksternal, alam besar, seperti pandangan filosof-filosof
Miletos. Anasir yang asal itu dipandangnya pula sebagai kiasan dari segala
kejadian. Api yang selalu bergerak dan berubah rupa itu menyatakan, bahwa tak
ada yang tenang dan tetap. Yang
ada hanya pergerakan senantiasa. Tidak ada yang boleh disebut ada, melainkan
menjadi. Semuanya itu dalam kejadian.
Pandangan
Herakleitos tentang keabadian adalah bermula dari pahamnya tentang ketiadaan
yang abadi atau keabadian itu sendiri. Sebagaimana tiada yang tetap artinya
tiada abadi, atau sebaliknya ketidaktepatan dan perubahan merupakan keabadian.
Alam ini terus bergerak sebagai wujudnya yang abadi, dan karena gerakannya
tidak berhenti sehingga keabadian itu rasional adanya.
Dia
berpandangan bahwa perubahan itu dikuasai oleh hukum dunia yang satunya yaitu
logos (pikiran). Orang yang mengetahui hukum dunia tentu akan bertindak
menyatukan hukum itu. Seperti halnya logos menguasai dunia, perbuatan manusia
akan dikuasai oleh akalnya. Hukum dalam alam besar tidak berbeda dengan hukum
dalam alam kecil kita, yaitu hukum dnia yang satu tersebut. Logoslah yang
menjadi dunia bergerak dan karena itulah, hukum dunia menurut irama yang tetap
(Ahmad Syadali dan Mudzakir, 2004 : 51 – 53)
6. Perminides
Perminides
adalah seorang filosof Elea yang dilahirkan pada tahun 540 M. Ia terkenal
sebagai seorang yang besar. Ia ahli politik dan pernah memangku jabatan
pemerintah. Akan tetapi, bukan karena itu, ia terkenal melainkan karena ia
terkenal sebagai ahli pikir yng melebihi siapa saja pada masanya. Filsafatnya :
yang realitas dalam alam ini hanya satu, tidak bergerak, tidan berubah dasar
pemikirannya, yang ada itu ada, mustahil tidak ada. Perubahan itu berpindah
dari ada menjadi tidak ada, itu mustahil, sebagaiman mustahilnya yang tidak ada
menjadi ada. Konsekuensi dari pandangan demikian ialah :
a. Bahwa ”yang ada”
adalah satu dan tidak terbagi, karena itu pluralitas tidak mungkin ada
b. Bahwa ”yang ada” itu
tidak dijadikan, dan tidak akan dimusnahkan (dihilangkan). Dengan kata lain,
”yang ada” itu bersifat kekal dan tidak terubahkan
c. Bahwa ”yang ada” itu
sempurna, tidak ada sesuatu yang dapat ditambahkan padanya, dan tidak ada
sesuatu yang dapat diambil darinya
d. Bahwa ”yang ada” itu
mengisi segala tempat, sehingga tidak ada ruang yang kosong sebab kalau ada
ruang kosong, ”yang ada” akan ada dalam pergerakan, dan pergerakan berarti
perubahan. Hal serupa ini tidak mungkin” (Juhaya S.Pradja, 2000 : 57)
Sebagai
ahli pikir yang brilian dan tidak tertandingi pada zamannya, Perminides
mengatakan bahwa kebenaran adalah satu, namun berbeda-beda, bergantung pada
subjek yang mengatakannya. Ada kebenaran yang dikatakan dengan rendah hti dan
ada kebenaran yang disampaikan dengan cara teror dan paksa. Dan cara kedua
berlaku dari zaman dahulu hingga zaman modern. Orang banyak tidak diajak
berdiri sama tinggi dan duduk sama rendah dalam menghadapi masalah-masalah yang
serba tidak ada kepastian. Mereka lebih suka dimanja dengan cerita khayal yang
menyenangkan daripada pada kenytaan yang phit (Mohammad Hatta, 1986 : 15 – 17)
Perminides
mengatakan bahwa segala kebenaran dapat dicapai dengan akal dan logika. Yang
ada adalah ada, dan yang tak ada adalah tk ada. Yang tak mungkin tidak ada, dan
yang tak da mustahil menjadi ada. Dunia ini tidak bertambah dan tidak
berkurang. Perubahan yang tampak adalah tipuan belaka. ”Kau tak dapat
mengetahui apa yang tak ada, ini adalah mustahil, dan tak juga kau dapat
mengatakanny, karena yang dapat kau pikir dan yang bisa adalah barang yang tak
berlainan”. Perminides menganggap bahwa di dunia tak ada barang barunya, tidak
ada barang lahir keduanya, dan tidak ada barang menghilang dari dunia.
Perminides
adalah seorang tokoh relativisme yang penting, kalau bukan yang terpenting.
Perminides dikatakan sebagai logikawan pertama dalam pengertian sejarah
filsafat, bahkan dapat disebut filosof pertama dalam pengertian modern.
Sistemnya secara keseluruhan disandarkan
pada deduksi logis, tidak seperti Herakleitos, misalnya, yang menggunakan
metode intuisi. Ternyata, Plato amat menghargai metode Perminides, dan Plato
lebih banyak mengambil dari Perminides dibandingkan dengan dari filosofi lain
pendahulunya. (Ahmad Mudzakir, 2004 : 55)
Ajaran
Perminides, yang berbasis kepada yang satu dan tetap, bertentangan dengan
ajaran Herakleitos. Pertentangan itu tampak pula pada paham keduniaan mereka.
Herakleitos adalah nabi dari yang bergerak senantiasa, yang selalu dalam
kejadian. Perminides adalah nabi dari yang tetap, yang tidak berubah-ubh.
Bangun dunia Herakleitos dinamis, sedangkan bangun dunia Perminides statis.
Ajaran
Perminides mendapat pertentangan dari filosofi di zamannya. Pandangannya
tentang yang satu dan tetap banyak ditentang karena tidak realistik. Untuk
penangkis serangan-serangan lawannya itu, muncul ke muka murid-muridnya,
seperti Zeno dan Lelissos (Mohammad Hatta, 1986 : 23, Ahmad Syadali, 2004 : 55
– 56)
7. Leukoppis
Leukippos (+
540 SM) adalah seorang ahli pikir yang pertama kali mengajarkan tentang atom.
Menurut pendapatnya, tiap benda terdiri dari atom. Atom dalah benda yang sangat
kecil sehingga tak dapat dibagi-bagi lagi. Karena kecilnya atom itu tidak
kelihatan, tetapi tetap ada, tidak hilang dan tidak berubah-ubah. Ia bergerak
terus tidak henti-hentinya.
Dasar teori
tentang atom ialah rumus tentang ”yang penuh yang korong”. Atom dinamainya yang
penuh sebagai benda betapa pun kecilnya dan bertubuh. Setiap yang bertubuh
mengisi lapangan yang kosong. Jadi, di sebelah yang penuh dan yang kosong
itulah kejadian alam ini. Keduanya yang penuh dan yang kosong mesti ada sebab
kalau tak ada yang kosong atom iru tak dapat bergerak
Paham
Leukippos bahwa atom itulah yang ada, tetap tak berubah-ubah, dipengaruhi oleh
teori gurunya Perminides (aliran Elea), sedangkan pahamnya bahwa atom itu
banyak dan bergerak dipengaruhi oleh Herakleitos. Rupanya Leukippos akan
melakukan kompromi dari dua teori yang bertentangan itu.
Seperti
Perminides, ia menyatakan tidak mungkinnya ada penciptaan dan pemusnahan
mutlak, tetapi tidak ingin menolak
kenyataan tentang banyak, bergerak, lahir ke dunia dan menghilang yang tampak
pada segala sesuatu. Banyak, gerak, lahir dan hilang tidak mungkin kita phami
tanpa adanya tidak ada. Dalam hal ini, ia sependapat dengan Perminides. Namun,
ia menambahkan bahwa tidak ada mempunyai arti pula sebagaimana ada. Being berarti
pemenuhan ruang, berarti pula penuh, nonbeing berarti kekosongan. (Ahmad
Syadali dan Mudzakir, 2004 : 57)
Pandangan
ontologis dari Leukippos tidak berbeda jauh dengan Perminides. Semua pada
hakikatnya adalah hakikat, dan semua yang ada adalah hakikat. Hakikat itu ada
yang ada dan yang tiada. Keberadaan dengan ketiadaan wujud aslinya sama, hanya
realitasnya yang berbeda. Oleh karena itu, tidak akan ada yang tidak ada,
karena ada dan tidak ada sebagai hukum alam yang sebenarnya.
8. Demokritos
Eduard Teller (460 – 360 SM), seorang komentatir
filsafat Yunani dari Jerman, berpendapat, ”democritus was a universal mind
who embraced the whole of the philosophical knowledge of his tima, and in this
respect can be compared only with Aristotle”
Dalam hidupnya, ia banyak mengadakan perjalanan ke
Mesir, Babylonia, Persia, akhirnya ke Athena. Dengan
semangat seorang idealis besar di semua zaman, E. Zeller
menambahkan, i mengabdi hidupnya untuk penyelidikan dan berpandangan bahwa
lebih baik menemukan hubungan sebab akibat dalam ilmu alam daripada menerima
mahkota kerajaan terbesar di dunia.
Demokritos
berpandangan bahwa segala sesuatu mengandung “penuh” dan “kosong”. Jika mau menggunakan pisau, kita harus
menemukan ruang kosong supay dapat menembus. Jika apel itu tidak mengandung keosongan, ia tentu
sangat keras dan tidak dapat secara fisik dibelah. Adapun bagian yang penuh
dari segala sesuatu dapat dibagi-bagi menjadi titik-titik yang tak terbatas
jumlahnya, dan karena kecilnya, ia tidak dapat ditangkap oleh pancaindera.
Bagian kecil-kecil itu tak dapat dibagi dan tidak mengandung kekosongan. Ia
bernama atomos, artinya, tak dapat dibagi. Atomos ini tidak lahir dan hilang,
ia sangat homogen, satu dari ruang lain tidak berbeda, kecuali dalam bentuk dan
besarnya, tak berubah-ubah sifatnya, kecuali hanya dalam letknya, lahir dan
hilangnya suatu benda bergantung kepada bersatu atau berpisah-pisahnya
atom-atom itu. Letak, bentuk dan besar kecilnya atom menentukan sifat-sifat
benda. Atom-atom itu dalam keadaan bergerak selamanya, sebagaimana geraknya
titik-titik debu yang dapat dilihat dalam berkas sinar matahari di udara yang
tak berangin. Gerak itu terjadi tidak karena akal, ia terjadi secara mekanis.[4]
Demokritos
adalah murid Leukipos dan sama dengan pendapat gurunya bahwa alam ini terdiri
dari atom-atom yang bergerak-gerak tanpa akhir, dan jumlahnya sangat banyak.
Atom adalah
benda yang bertubuh meskipun sangat halus. Diantara atom-atom yang banyak itu
terdapat yang kosong dimana atom-atom bergerak. Demokritos sependapat dengan
Herakleitos bahwa anasir yang pertama adalah api. Api
terdiri dari atom yang sangat halus, hitam dan bulat. Atom apilah yang menjadi dasar dalam segala yang hidup. Atom api adalah
jiwa.
Jiwa
itu tersebar ke seluruh badan kita, yang menyebabkan badan kita bergerak. Waktu menrik napas, kita tolak ia keluar. Kita hidup hanya selama kita bernapas. Demikianlah Demokritos menjadi atom sebagai asas, hidup penglihatan, perasaan dan pendengaran,
semua timbul dari gerak atom. (Ahmad Syadali dan Mudzakir,
2004:58)
9. Zeno
Zenol
lahir tahun 490 SM di Elea. Ia menjadi terkenal karena ketangkasan
perkataan dan ketajaman pikirannya. Zeno termasuk salah seorang dari murid-murid
Perninides.Ia mempertahankan filsafat gurunya tidak dengan menyambung
keterangan atau menambahkannya, melainkan dengan mengembalikan keterangan
terhadap dalil-dalil orang-orang yang membantah pendapat gurunya ia menyatakan
jika keterangan orang yang membantah dinyatakan salahnya pendirian gurunya (Perminides)
benar dengan sendirinya. Oleh banyak filosof, ia dianggap banyak merelatifkan
kebenaran yang telah mapan. Misa dan dalam memperbincangkan anak panah yang
meluncur dari busurnya, Zeno mengatakan diam. Diam
ialah bila suatu benda pada suatu saat berada di suatu tempat. Sebagaimana anak panah yang berada di suatu tempat, anak panah itu diam. Ini
khas logika. Kita dengan jelas menyaksikan bahwa anak panah itu.
bergerak dengan cepat. Siapa yang benar? Yang mengatakan bergerak atau yang
mengatakan diam ? Itu relatif, kedua-duanya benar bergantung pada cara
membuktikannya. Contoh lain seperti pernyataan ia tentang suara (pendengaran).
Ia berkata bahwa jika sekarung gandum yang jatuh
berbunyi, tiap-tiap biji gandum itu, betapa juga kecilnya, mesti pula berbunyi.
Akan tetapi, jika sebutir gandum tiada berbunyi kalau jatuh, sekarung gandum
yang jatuh pun tiada berbunyi pula. Sebab, karung gandum tak lain dari jumlah
butir gandum di dalamnya.
Terhadap
paham yang mengatakan, yang bergerak itu ada, Zeno mengemukakan empat pasal :
1. Suatu
gerakan tidak bisa bermula, sebab tiap-tiap badan tidak bisa sampai kepada
suatu tempat atau titik yang dilalumiya
2. Achilleus
yang cepat seperti kilat tidak bisa mengejar penyu, yang begitu lambat
jalannya. Sebab apabila ia tiba di tempat penyu tadi, dia sudah maju lagi sedikit
ke muka
3. Anak panah yang dipanahkan dari busurnya tidak bergerak,
tetapi berhenti. Sebab, setiap saat ia berada pad satu
tempat. Ada pada satu tempat sama
artinya dengan berhenti.
4. Setengah
waktu sama dengan sepenuh wkt, Sebab; suave bdug yang bergerak
terhadap suatu badan akan melalui panjang badan itu dalam setengah waktu
atau sepenuh waktu. Dalam sepenuh waktu,
apakah bergerak soma cepatnya ke arah yang bertentangan.[5]
Sikap yang dipakai oleh Zeno
ialah meneruskan keterangan lawannya sampai selanjutnya sehingga bertentangan
satu sama lain. Uraiannya itu rupanya seperti bertele-tele. Akan tetapi, jika
diperiksa lebih dalam, ia menunjukkan berbagai kesukaran dalam logika.
Dalil pedama atau ketiga
yang ditemukannya untuk meniadakan yang bergerak.
Suatu badan
yang bergerak juga dalam keadaan berhenti, karena yang
mengatakan bahwa barang yang ada pada satu tempat itu berhenti. Tidak dapat
dibantah. Bahwa barang yang bergerak setiap saat pula pada suatu.tempat yang tertentu sukar pula
membantahnya.
Bergerak yaitu melalui jalan dalam waktu. Sebab itu, setiap saat sekalipun seperseribu
detik lamanya, badan yang bergerak itu ada pada satu tempat sepanjang jalan
yang dilaluinya. (Ahmad dan Mudzakir, 2004 : 62-64)
Sebagai murid Perminides,
Zeno cukup ulet dalam mempermainkan logika. Hanya bagi orang-orang yang kurang
cerdas yang akan merasakan bingung memainkan keterampilan kata-kata Yang
diuntainya seperti pernyataan bahwa anak -panah dilepaskan dari
busurnya akan diam di suatu-tempat Yang pada saat tertentu
ia
senantiasa berada di tempat tertentu. Oleh karena itu, anak panah
itu sebenamya diam,
karena tidak mungkin
berada di dua tempat dalam waktu yang bersamaan.
10. Gorgias
Gorgias (427 SM) seorang filosof yang berpandangan
bahwa : Pertama, tidak ada yang ada, maksudnya realitas itu sebenarnya
tidak ada. Kita harus mengatakan bahwa realitas itu tunggal dan banyak,
terbatas dan tak terbatas, dicipta dan tak dicipta.
Gorgias dalam akhir kesimpulan pemikirannya selalu paradoks
karena ia harus mengatakan bahwa realitas itu tunggal dan banyak, terbatas dan
tak terbatas dicipta dan tak dicipta. Karena kontradiksi tidak dapat diterima
dalam pemikiran, menurut Gorgias, pemikiran lebih bik tidak menyatakan apa-apa
tentang realitas (Ahmad Syadali dan Mudzakir, 2004 : 64)
Kedua, akal tidak juga mampu menyakinkan kita tentang
bahan alam semesta ini, karena kit telah dikungkung oleh dilema subjektif. Orang berpikir sesuai dengan kemauan
dengan idea kita yang sesuai dengan fenomena. Karena demikian, proses ini tidak
akan menghasilkan kebenaran.
Ketiga, ia
menegaskan, sekalipun realitas itu dapat kita ketahui, ia tidak akan dapat
diberitahukan kepada orang lain. Dari sini, ia memperlihatkan kekurangan bahasa
untuk menyebutkan isi pengetahuan itu, atau dengan kata lain, kata-kata tidak
mempunyai pengertian absolut, dan kata-kata hanya mempunyai pengertian relatif.
Dengan demikian, ia tidak pernah menjwab persoalan secara final (Ahmad Syadali
dan Mudzakir, 2004 : 65)
Terdapat
perbedaan pemikiran antara ajaran Gorgias dan ajaran pythagoras. Meskipun
keduanya meniadakan kebenaran umum, pythagoras berkata, ”Tiap-tiap pendirian
salah”. Setiap orang berkata benar, sebab setiap orang boleh benar. Tidak ada
kebenaran yang umum, tetapi semua orang berkata benar. Benar milik bersama,
seseorang telah berpendirian benar. Nah, pusing, bukan ?
[1]
Hakim, Atang Abdul dan Beni Ahmad Soebani, 2008, Filsafat Umum, Bandung
Pustaka Setia, hal 150
[2]
Hakim, Atang Abdul dan Beni Ahmad Soebani, 2008, Filsafat Umum, Bandung
Pustaka Setia, hal 153
[3]
Bhtiar Amsal. 2007. Filsafat Ilmu, Jakarta
: PT. Raja Grafindo Persada, hal 24
[4]
Hakim, Atang Abdul, dan Beni Ahmad Soebani, 2008. Filsafat Umum, Bandung : Pustaka Setia,
hal 169
[5]
Hakim, Abdul dan Beni Ahmad Soebari, 2008. Filsafat Umum, Bandung, Pustaka Setia,
hal 171
0 comments:
Posting Komentar