Jumat, 20 Juli 2012

Embriologi Menurut Islam

Di dalam sebuah hadits menguraikan tentang proses kejadian manusia, meliputi proses kejadian manusia pada awal kehidupan saat manusia diciptakan, tentang keadaan terakhir manusia diciptakan, tentang keadaan terakhir hidupnya yaitu bahagia atau sengsara, sesuatu yang ada di antara keduanya yaitu ajal, serta rezeki.
Abu Abdurrahman Abdullah bin Mas’ud berkata Rasulullah bersabda dan beliau adalah orang yang berkata benar dan dibenarkan “Sesungguhnya salah seorang dari kamu, penciptaannya telah dihimpun di perut ibunya selama empat puluh hari berupa nutfah, kemudian menajdi ‘alaqah, kemudian menjadi segumpal daging selama itu pula. Kemudian, diutuslah malaikat kepadanya, meniupkan ruh kepadanya, dan diperintahkan untuk menulis empat hal: menulis rezekinya, ajalnya, amalnya, dan apakah ia celaka atau bahagia (HR. Al-Vukhari dan Muslim)
Ucapan Ibnu Mas’ud, “Sedangkan beliau adalah orang yang berkata benar dan dibenarkan”, maksudnya adalah, Allah telah menyatakan bahwa beliau adalah orang yang berkata jujud, dan orang yang dibenarkan. Sabda beliau “Penciptaannya telah dihimpun di perut ibunya”. Ada kemungkinan bahwa yang dimaksudkan disini adalah sperma pria disatukan dengan sel telur wanita, kemudian dari kedua unsur yang disatukan itu tercipta anak. Sebagaimana firman Allah, “Dia diciptakan dari air yang terpancar”. Tetapi ada kemungkinan pula bahwa yang dimaksudkan adalah “Seluruh badannya dihimpun”. Sebab, dikatakan bahwa pada fase pertama, sperma laki-laki berjalan di rahim wanita selama empat puluh hari, ini adalah masanya anita mengidam. Kemudian berlanjut ke fase kedua, ia mulai membesar sehingga menjadi mudigah. Ia disebut mudigah karena ukurannya sebesar sekerat daging yang dikunyah. Pada fase ketiga Allah membentuk rupa (mudghah) itu, melubangi telinga, mata, hidung, dan mulut. Kemudian Allah membentuk usus dan lambung di dalam perutnya. Allah ta’ala berfirman “Dialah yang membentuk kamu dalam rahim sebagaimana dikehendaki-Nya”. Bila fase ketiga telah sempurna, yaitu selama empat puluh hari, sedangkan usia bayi telah mencapai empat bulan, ditiupkan ruh kepadanya. Allah Ta’ala berfirman “Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), maka (ketahuilah) sesungguhnya kami telah menjadikan kamu dari tanah”, maksudnya nenek moyangmu Adam, “kemudian dari nutfah”, maksudnya keturunan Adam, artinya asalnya adalah sedikit air. Kemudian dari alaqah yaitu darah kental yang beku. Nutfah telah berubah menjadi darah kental, “kemungkinan dari mudigah”, yaitu sekerat daging, “yang tercipta dan yang tidak tercipta”.
Kata “anak  “ dalam ungkapan Al Qur’am disebutkan dengan istilah Al-Atfa dengan pengertian anak mulai lahir sampai usia baligh. Hal ini seperti tertera dalam ayat berikut:
Artinya : Dan apabila anak-anakmu telah sampai umur baligh, maka hendaklah mereka meminta izin, seperti orang-orang yang sebelum mereka meminta izin. Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayat-Nya. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.
Meskipun anak dalam kandungan masing abstrak, namun pendidikan itu sudah bnisa dimulai dengan melihat keterkaitannya pada ibu yang mengandungnya (pendidikan pre natal). Sedangkan secara nyata, pendidikan Islam tentang anak banyak diarahkan pada pendidikan post natal (setelah kelahiran). Tepatnya dimulai sejak penanaman anak, dimana hal ini berdasarkan pada penjelasan hadits nabi:
Artinya : Diriwayatkan oleh pemilik kitab sunan dari Sumayyah, ia berkata; nabi bersabda, setiap anak tergadaikan dengan aqiqahnya, sehingga disembelih untuknya aqiqah pada hari ketujuh, diberi nama dan dicukur rambutnya.
Artinya : Dijelaskan dalam shahih Muslim, hadits dari Sulaiman bin Mughirah dari Tsabit, dari Annas ra berkata, nabi bersabda: pada suatu malamku dilahirkan seorang bayi, lalu aku beri nama Abi Ibrahim.
Periodisasi Psikologis, menurut Kohstam dapat digolongkan sebagaimana berikut. Pertama : periode vital (mulai lahir sampai umur 2 tahun). Kedua, periode Esthetic (mulai umur 2 sampai 7). Ketiga, periode intelectual (mulai umur 7 sampai 13/14 tahun). Keempat : periode social (mulai umur 13/14 sampai 20/21 tahun). Kelima : periode maturasi (mulai usia 20/21 tahun sampai usia dewasa.
Pembagian versi lain menurut Hurlock yang dinukil oleh Soesilo Windradini sebagai berikut :
a.       Sebelum lahir (Pre Natal), yaitu mulai hamil samai lahir
b.      2 minggu setelah lahir (Neo Natus)
c.       Masa bayi (mulai 2 minggu pertama sampai usia 2 tahun)
d.      Masa TK nol kecil (antara usia 2-6 tahun)
e.       Masa TK nol besar / SD (antara usia 6-12 tahun)
f.       Usia pubertas (antara usia 10/12 – 13/14 tahun)
g.      Remaja awal (usia 14-17 tahun)
h.      Remaja akhir (usia 17-21 tahun)
i.        Pemuda awal (usia 21-40 tahun)
j.        Pemuda pertengahan (usia 40-60 tahun)
k.      Tua (usia 60 – meninggal)

Periodesasi lainnya seperti yang dikemukakan oleh zaidan, dimana ia mengklasifikannya berdasarkan tinjauan kejiwaan dan pendidikan. Klasifikasi tersebut seperti berikut : 1) Periode qabla al-milad yaitu mulai mengandung sampai lahir. 2) Periode al mahd (ayunan) yaitu setelah lahir sampai 2 minggu pertama dan ditambah usia menyusui sampai akhir 2 tahun. 3) Periode kanak-kanak awal (usia 3-5 tahun) atau usia pra sekolah. 4) Periode kanak-kanak pertengahan (usia 6-8 tahun). 5) Periode kanak-kanak akhir (usia 9 – 12 tahun)

Potensi Keagmaan Anak
Tinjauan lainnya dilihat dari perkembangan psikis (jiwa agama) bahwa setiap bayi yang terlahir ke dunia itu dalam keadaan fitrah.
Artinya : Nabi bersabda : Tidaklah setiap bayi yang lahir kecuali dalam keadaan fitrah (suci), maka kedua orang tuanya yang dapat menyebabkan ia beragama yahudi, nasrani, atau majusi (HR. Muslim)
Menurut Darajat kondisi keagamaan anak berkembang sejalan dengan perkembangan kejiwaannya. Jiwa keagamaan ini semakin berkembang pesat dengan bertambahnya pengetahuan tentang agama. Pada usia empat sampai lima tahun misalnya, anak dengan kemampuan bahasanya telah memulai bertanya tentang surga, neraka, bagaiamana cara menuju kesana, dan juga tentang tuhan. Anak akan menerima semua jawaban yang diberikan tanpa membantahnya. Baru nanti ketika menginjak usia baligh ia mulai kritis, mencari jawaban seara rasional.
Menurut Zakiyah, rasa keagamaanseperti ini sudah mulai tumbuh disaat anak berumur enam tahun. Perkembangan jiwa anak pada usia empat atau lima tahun ketika menginjak usia taman kanak-kanak, ia mulai gemar menghafal doa-doa pendek yang diajarkan oleh pendidiknya di sekolahan atau keluarganya di rumah.
Pendidikan anak dalam Al qur’an dan Al Hadith
Melihat pada ayat-ayat Al-Qur’an berkaitan dengan pendidikan ini, maka ada dua macam pernyataan yang digunakan untuk mengistilahkan anak, yaitu : istilah al-Aulad dan al-Banuun.
Pertama : Istilah Al-Aulad biasanya dikaitkan dengan konotasi makna anak secara pesimistis, sehingga anak memerlukan perhatian khusus. Hal ini dapat dilihat pada ayat-ayat berikut :
Artinya : Maka janganlah harta benda dan anak-anak mereka menarik hatimu. Sesungguhnya Allah menghendaki dengan (memberi) harta benda dan anak-anak itu untuk menyiksa mereka dalam kehidupan di dunia dan kelak akan melayang nyawa mereka, sedang mereka dalam keadaan kafir.
Ayat-ayat tersebut sebagai titik tolak untuk mencurahkan tenaga dan fikiran dalam rangka memperbaiki anak melalui  pendidikan, sehingga mereka dapat menjadi wasilah untuk memperdekat kepada Allah, bukan sebaliknya menjadi fitnah (merepotkan) khususnya bagi orang tua, dan umumnya bagi masyarakat.

Pendidikan anak dalam pandangan ulama
Al Ghazali memberi penjelasan tentang posisi anak bagi orang tuanya, serta karakteristik kejiwaannya sebagai berikut :
Bahwa anak bagi kedua orang tuanya bagaikan titipan (amanat), jika anak dibiasakan melakukan kebaikan, ia akan terbiasa dengan hal itu sehingga memperoleh kebahagiaan di dunia dan akherat, serta kedua orang tua dan gurunya juga memperoleh pahala atas prilaku baik anak tersebut. Sebaliknya, jika anak diajari/dibiasakan berbuat kejelekan, maka iapun akan terbiasa dengan hal itu.
Menurut Al-Ghazali, cara untuk menanamkan keimanan pada anak didik ialah dengan metode pengajaran yang dilakukan secara sabar, dan kasih sayang sehingga mencapai hasil iman yang kuat.
Ulwaan menjelaskan pendidikan anak dimulai setelah lahir di dunia, yaitu secara berurutan seperti berikut : 1) Memberikan ucapan selamat, 2) Diadzani di telinga kanan dan iqomah di telinga kiri. 3) Menyuapi dengan makanan. 4) Disunnahkan mencukur rambut.

DAFTAR PUSTAKA
Google. Psikologi
Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Edisi 2. Prof.. dr. Ida Bagus Gde Manuaba, Sp.OG (K)

0 comments: