Kemunduran Dinasti Abbasiyah
Faktor-Faktor Penyebab Kemunduran
a. Faktor intern
1) Kemewahan hidup di kalangan
penguasa
Perkembangan
peradaban dan kebudayaan serta kemajuan besar yang dicapai Dinasti Abbasiyah
pada periode pertama telah mendorong para penguasa untuk hidup mewah, bahkan
cenderung mencolok. Setiap khalifah cenderung ingin lebih mewah daripada
pendahulunya. Kondisi ini memberi peluang kepada tentara profesional asal Turki
untuk mengambil alih kendali pemerintahan
2) Perebutan kekuasaan antara
keluarga Bani Abbasiyah
Perebutan
kekuasaan dimulai sejak masa al-Ma’mun dengan Al-Amin. Ditambah dengan masuknya
unsur Turki dan Parsi. Setelah al-Mutawakkil wafat, pergantian khalifah terjadi
secara tidak wajar. Dari kedua belas khalifah pada periode kedua Dinasti
Abbasiyah, hanya empat orang khalifah yang wafat dengan wajar. Selebihnya para
khalifah itu wafat karena dibunuh atau diracun dan diturunkan secara paksa.
3) Konflik keagamaan
Sejak
terjadinya konflik antara Muawiyh dan Khalifah Ali yang berakhir dengan lahirnya
tiga kelompok umat : pengikut Muawiyah, Syi’ah, dan Khawarij, ketiga kelompok
ini senantiasa berebut pengaruh. Yang senantiasa berpengaruh pada masa
kekhalifahan Abbasiyah adalah kelompok Sunni dan kelompok Syi’ah. Walaupun pada
masa-masa tertentu antara kelompok Sunni dan Syi’ah saling mendukung, misalnya
pada masa pemerintahan Buwaihi, antara kedua kelompok tak pernah ada satu
kesepakatan.
b. Faktor ekstern
1) Banyaknya pemberontakan
Banyaknya
daerah yang tidak dikuasai oleh khalifah, akibat kebijakan yang lebih
menekankan pada pembinaan peradaban dan kebudayaan Islam, secara real,
daerah-daerah itu berada di bawah kekuasaan gubernur-gubernur yang
bersangkutan. Akibatnya, provinsi-provinsi tersebut banyak yang melepaskan diri
dari genggaman penguasa Bani Abbas. Adapun cara provinsi-provinsi tersebut
melepskan diri dari kekuasaan Baghdad dalah : Pertama, seorang pemimpin
lokal memimpin suatu pemberontakan dan berhasil memperoleh kemerdekaan penuh,
seperti Daulah Umayah di Spanyol dan Idrisiyah di Maroko. Kedua, seseorang
yang ditunjuk menjadi gubernur oleh khalifah, kedudukannya semakin bertambah
kuat, kemudian melepaskan diri, seperti daulat Aglabiyah di Tunisia dan
Thahiriyah di Kurasan.
2) Dominasi Bangsa Turki
Sejak abad
kesembilan, kekuatan militer Abbasiyah mulai mengalami kemunduran. Sebagai
gantinya, para penguasa Abbasiyah memperkerjakan orang-orang profesional di
bidang kemiliteran, khususnya tentara Turki, kemudian mengangkatnya menjadi
panglima-panglima. Pengangkatan anggota militer inilah, dalam perkembangan selanjutnya,
yang mengancam kekuasaan khalifah dipegang oleh Bani Abbas, di tangan mereka,
khalifah bagaikan boneka yang tidak bisa berbuat apa-apa. Bahkan, merekalah yang memilih dan menjatuhkan
khalifah yang sesuai dengan politik mereka.
Khalifah
Dinasti Abbasiyah yang berkuasa pada masa kekuasaan Bangsa Turki I, mulai
khalifah ke-10, Khalifah. Al-Mutawwakil (tahun 232 H.) hingga
Khalifah ke-22, Khalifah Al-Mustaqfi Billah (Abdullah Suni-Qasim tahun 334 H).
Pada masa kekuasaan bangsa Turki II (Bann Seljuk), mulai dari khalifah ke-27,
Kbalifah Muqtadie bin Muhammad (tahun 467. H.) hingga khalifah ke-37, Khalifah
Musta'shim bin Mustanshir (tahun 656 H.).
3) Dominasi Bangsa
Persia
Masa
kekuasaan Bangsa Parsi (Banu Buyah) berjalan lebih dari 150 tahun. Pada masa
ini, kekuasaan pusat di Baghdad dilucuti dan diberbagai daerah muncul negara
negara baru yang berkuasa dan membuat kemajuan dan perkembangan baru.
Pada
awal pemerintahan Bani Abbasiyah, keturunan Parsi bekerja sama dalam mengelola
pemerintahan dan Dinasti Abbasiyah mengalami kemajuan yang cukup pesat dalam
berbagai bidang. Pada periode kedua, saat kekhalifahan Bani Abbasiyah sedang
mengadakan pergantian khalifah, yaitu dari Khalifah Muttaqi (khalifah ke-22)
kepada Khalifah Muthie' (khalifah ke-23) tahun 334 H, Banu Buyah (Parsi)
berhasil merebut kekuasaan.
Pada
mulanya mereka berkhidmat kepada pembesar-pembesar dari para khalifah, sehingga
banyak dari mereka yang menjadi panglima tentara diantaranya menjadi panglima
besar. Setelah mereka memiliki kedudukan
yang kuat, para Khalifah Abbasiyah berada di bawah telunjuk mereka
dan seluruh pemenntahan berada di tangan mereka. Khalifah Abbasiyah hanya
tinggal namanya saja, hanya disebut dalam
doa-doa di atas mimbar, bertanda tangan di dalam peraturan
dan pengumuman resmi dan nama mereka ditulis atas mata uang, dinar, dan dirham.
SEBAB-SEBAB KEHANCURN DINSTI ABBASIYAH
1.
Faktor
Intern
a. Lemahnya semangat patriotisme
negara, menyebabkan jiwa jihad yang diajarkan Islam tidak berdaya lagi menahan
segala amukan yang datang, baik dari dalm maupun dari luar
b. Hilangnya
sifat amanah dalam segala perjanjian yang dibuat, sehingga kerusakan moral dan
kerendahan budi menghancurkan sifat-sifat baik yang mendukung negara selama
ini.
c. Tidak
percaya pada. kekuatan sendiri. Dalam mengatasi berbagai pemberontakan, khalifah mengundang kekuatan asing. Akbatnya,
kekuatan asing tersebut memanfaatkan kelemahan khalifah.
d. Fanatik
madzhab persaingan dan perebutan yang tiada henti antara Abbasiyah dan Alawiyah menyebabkan kekuatan umat
Islam menjadi lemah, bahkan hancur berkeping-keping.
Perang ideologi antara Syi'ah dari Fatimiah melawan Ablu Sunnah dari
Abbasiyah, banyak menimbulkan korban. Aliran Qaramithah yang sangat ekstrem dalam
tindakan-tindakannya yang dapat menimbullcan bentrokan di masyarakat. Kelompok
Hashshashin yang dipimpin oleh Hasan bin Shabah yang berasal dari Thus di Parsi merupakan aliran
Ismailiyah, salah satu sekte Syi'ah adalah kelompok yang sangat dikenal kekejamannya,
yang sering melakukan pembunuhan terhadap penguasa Bani Abbasiyah yang beraliran
Sunni.
Pada saat terakhir dari hayatnya Abbasiyah, Tentara
Tartar yang datang dari luar dibantu dari dalam dan dibukakan jalannya oleh golongan
Awaliyin yang dipimpin oleh Alqamiy
e.
Kemorosotan ekonomi terjadi karena
banyaknya biaya yang digunakan untuk anggaran tentara, banyaknya pemberontakan
dan kebiasaan para penguasa untuk berfoya-foya, kehidupan para khalifah dan
keluarganya serta pejabat-pejabat negar yang hidup mewah, jenis
pengeluaran yang makin beragam, serta pejabat Yang korupsi dan semakin
sempitnya wilayah kekuasaan khalifah karena telah banyak provinsi yang telah
memisahkan diri
2. Faktor Esktern
Disintegrasi,
akibat kebijakan untuk lebih mengutamakan pembinaan peradaban dan kebudayaan
Islam daripada politik, provinsi-provinsi tertentu di pinggiran mulai
melepaskan dari genggaman penguasa Bani Abbsiyah. Mereka bukan sekadar
memisahkan diri dari kekuasaan khalifah, tetapi memberontak dan berusaha
merebut pust kekuasaan di Baghdad. Hal ini dimanfaatkan oleh pihak luar dan
banyak mengorbankan umat, yang berarti juga menghancurkn Sumber Daya Manusia
(SDM).
(Provinsi-provinsi
yang melepaskan diri dari Dinasti Abbasiyah, dijelaskan selanjutnya). Yang
paling membahayakan adalah pemerintahan tandingan Fatimiyah di Mesir walaupun
pemerintahan lainnya pun cukup menjadi perhitungan para khalifah di Baghdad.
Pada akhirnya, pemerintah-pemerintah tandingan ini dapat ditaklukkan atas
bantuan Bani Saljuk atau Buyah.
0 comments:
Posting Komentar